Chapter 03

934 43 0
                                    

.
.
.
.
.

Disisi lain.

SMP GARUDA.

Sean yang pada dasarnya gila belajar saat ini membuang waktu istirahatnya dengan belajar di perpustakaan untuk persiapan ujiannya nanti.

Terlihat diatas mejanya bertumpuk semua jenis buku pelajaran yang Sean pelajari dan ia catat dalam buku kecilnya.

Sean menghela nafas panjang, ia menatap sayu tumpukkan buku pelajaran didepannya.

Ia beralih menatap pergelangan tangannya yang terlihat sedikit membiru dan cukup sakit bila disentuh.

Sean teringat kejadian tadi padi dimana abangnya yaitu Adrian yang dengan kasar mencengkram tangannya dengan kuat hingga membuat dirinya merasa kaget sekaligus takut terhadap tindakan abangnya itu.

Setega itukah abangnya melakukan hal itu padanya?.
Dan sebegitunya kah abangnya ingin Sean bersekolah disitu agar ia dan abangnya bisa pulang dan pergi sekolah bersama?.
Hanya karena itu?.
Hanya karena masalah sekolah?.
Adrian jadi kasar kepadanya.

Memikirkannya membuat Sean sedih.

Sean yang terlalu asik memikir tak menyadari kehadiran seseorang dibelakangnya hingga..

"Hei!. Sean!" Ucap seseorang tersebut tiba-tiba menepuk bahu Sean.

Sean tersentak kaget, ia langsung menatap si pelaku dengan wajah kesal. Si pelaku dengan polosnya hanya tersenyum menatap Sean. Sean hanya pasrah dengan temennya yang satu ini, ia menghela nafas ketiga kalinya. Ia tidak peduli dengan temannya itu ia lanjut mencatat pelajarannya yang tertunda.

Melihat Sean tidak memperdulikannya dan hanya asik menulis membuat Zaka cemberut. Temannya itu terlalu gila kalo soal pelajaran bikin zaka yang sakit kepala liatnya.

Sambil cemberut kaya bayik zaka menarik-narik seragam sekolah Sean "ayok Sean ke kantin, ngak bosen lu belajar Mulu" ucapnya menatap ngeri tumpukkan buku pelajaran diatas meja Sean.

Sean hanya diam gak gerak sama sekali, ia masih nulis gak peduli sama Zaka yang udah guling-guling dilantai kaya orang kerasukan sambil terus narik-narik seragam sekolah Sean.

Beberapa siswa-siswi yang kebetulan lewat ditempat mereka hanya menatap jijik zaka yang lagi asik ngepel lantai pakai seragam sekolahnya.

"Ayooo Seannn~"

"Seannn~"

"Ayoooo kekantin~" rengek zaka masih berguling-guling nikmat dilantai.

"Seannnn~"

"Huhu, Ayo kantin Seann~"

Sean yang udah stres dengan rengekkan zaka akhirnya berdiri dari duduknya dan menatap zaka kesal, melihat zaka yang seperti itu ingin rasanya Sean menguliti zaka hidup-hidup karena menganggu kegiatan belajarnya.

Melihat Sean yang sudah berdiri dan menatapnya, Zaka ikut bangkit dari lantai dan ingin memengang tangan Sean untuk ia bawa ke kantin.

Namun Sean reflek menyingkirkan tangannya, hampir saja zaka memengang perngelangan Sean yang membiru itu.

Zaka yang sedikit kaget menatap Sean bingung. 'kenapa Sean sekaget itu?' batinnya bertanya-tanya, Zaka menatap lama Sean, Tampak wajah anak itu sedikit pucat, Zaka jadi khawatir.

Sean yang ditatap langsung pergi keluar perpustakaan meninggalkan Zaka, melihat itu Zaka langsung lari mengikuti Sean ke arah kantin.

"Kenapa lagi tuh bocah kulkas?"

.
.
.
.
.

Dikantin.

Zaka memakan baksonya bak orang kelaparan yang baru dikasih makan.
Ia melahap dengan rakus karena emang zaka udah lapar dari pagi karena belum sempat sarapan.

(Bromance) My Little Bro!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang