Chapter 04

733 35 0
                                    

.
.
.
.
.

"Kenapa Sean?" tanya Zaka pada Sean yang sedari tadi sibuk mengetik sesuatu di hpnya dan belum memakan makanan miliknya yang mungkin udah dingin.

Sekarang mereka berdua udah berada di warung makan tempat favoritnya Zaka karena nasi goreng ditempat ini kata Zaka mantul bet rasanya.

Sean yang ditanya natap Zaka dan langsung memperlihatkan layar hpnya pada Zaka.

"Ohh...minta izin sama tante julia yah" ucap Zaka mengerti tanpa harus Sean bersuara, Sean cuman ngangguk aja sebagai jawaban dan lanjut lagi membalas pesan dari mamanya itu, dan Zaka yang juga lanjut makan nasgornya.

Setelah lama mengetik dan meminta izin dari mamanya kalo dia sama Zaka mau jalan-jalan hari ini, Sean mematikan hpnya dan lanjut memakan nasgornya dengan pelan. Ia menatap Zaka yang dengan rakusnya memakan nasgor miliknya, ia ngerasa heran juga sama tuh anak yang kalo makan kaya orang kelaparan yang belum makan selama berbulan-bulan. Rakus bet kalo soal makanan.

"Pelan-pelan" ucap Sean membersihkan nasgor yang nempel disudut bibir Zaka.

Zaka yang digituin secara mendadak jadi terdiam dan langsung natap Sean tanpa kedip sedikitpun, ngebuat Sean balik natap Zaka bingung.

"Kenapa?" tanyanya pada Zaka yang tiba-tiba aja langsung berdiri dan duduk di kursi samping Sean, dan secara tiba-tiba juga memeluk Sean dengan erat, Sean yang digituin pun makin bingung dengan kelakuan Zaka yang anehnya aneh banget.

"Thanks Sean, lu temen terbaik gua dan gua sayang banget sama lu" ucap Zaka tulus masih memeluk Sean erat, merasa kalo ngak dipeluk erat Seannya bakal pergi ninggalin dia gitu.

Mendengar ucapan Zaka sahabat terbaiknya itu, Sean membalas pelukan Zaka dengan menepuk-nepuk kepala Zaka lembut sebagai kata 'sama-sama' dan makin bikin Zaka meluk erat Sean, Sean yang udah ngerasa sesak langsung ngelepas dengan paksa pelukan Zaka dan karena udah ditatap aneh juga sama pengunjung disitu.

Zaka agak cemberut tapi kemudian tersenyum natap wajah Sean yang datar itu, dan langsung merampas sendok yang Sean pegang.

Secara tiba-tiba Sean meringis sakit karena Zaka tak sengaja mengenai lebam pada pergelangan tangan Sean dan ngebuat Zaka jadi kaget.

"K-kenapa Sean? ada yang sakit ya? dimana? coba gua liat" Zaka meneliti tangan Sean dan tampak heran setelah menemukan lebam yang sudah membiru itu.

"Kok bisa gini sih Sean?" Zaka menatap Sean khawatir, ia terdiam memikirkan alasan Sean yang mentraktir dirinya pasti karena ini "bang Adrian kan yang ginian lu!" lanjutnya mulai ngerasa kesal dengan Adrian. Setegah itukah Adrian sama adek kandungnya sendiri!.

"Harus diberi pelajaran emang Abang lu itu biar ngak seenaknya dia!, apa yang dia mau harus lu turutin!" kesal Zaka mengingat kelakuan Adrian yang apapun itu harus dituruti sama Sean dan itu tak harus dibantah oleh Sean!, Zaka melupakan ketakutannya pada Adrian saking kesalnya "yok pulang biar gua hajar Abang lu itu! biar dia tau rasa!" Zaka berdiri dari duduknya berjalan pergi dari situ, namun tangannya langsung ditahan sama Sean.

Zaka berbalik natap Sean yang juga sedang menatapnya, Sean menggoyang-goyangkan kepalanya "ngakpapa" ucap Sean menarik tangan Zaka pelan untuk disuruh duduk kembali dan dituruti oleh Zaka.

Zaka kemudian menghela nafas kasar, nafsu makannya hilang karena memikirkan Adrian yang begitu kasar sampai tangan Sean jadi begitu. Ia kemudian mengambil tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari sana yaitu Salep. Zaka selalu membawanya karena sering keseleo saat main basket.

Tanpa berkata-kata Zaka langsung mengoles salep itu pada pergelangan tangan Sean, Sean meringis dan Zaka meniup-niupnya pelan.

"Udah, kalo si Adrian kaya gini lagi Sean. langsung tinju aja! kaya gini nih" Zaka meninju-ninju angin memperlihatkan cara tinju pada Sean. Sean hanya mengganguk aja agak ngerasa tak suka saat nama abangnya itu disebut.

(Bromance) My Little Bro!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang