"Main terus!! Kamu ini perempuan Jia!! Perempuan itu harusnya di rumah bersih-bersih bukan main diluar sama anak laki-laki!!" Teriak ibu Jia kesal kepada Jia yang berusia 6 tahun itu.
"Iya ma, aku bersih-bersih sekarang" jawab Jia sambil menunduk.
"Jia...kamu harus tau diri dong, kita bukan orang kaya. Kamu harus bisa bantu mama dengan hal-hal sederhana" ucap ibu Jia
"Iya ma, maafin aku" ucap Jia
"Dengar mama, besok mama mau urusan rumah udah selesai semua pas mama pulang" ucap ibu Jia sambil memegang bahu Jia.
"Iya ma.." jawab Jia masih dengan wajah menunduk.
~~~
"Hari ini mama lembur di kantor. Kamu mama titipin ke Tante Felicia ya, nanti main sama kak Briven di sana" ucap ibu Jia.Sesampainya di sana, ibu Jia dan Ibu Briven mengobrol sebentar lalu akhirnya berpamitan. Jia dan Briven pun bermain bersama.
Jia dan Briven bermain kejar-kejaran dengan pedang mainan milik Briven. Yang tertangkap dipukul dengan pedang. Briven yang berusia lebih tua 4 tahun dari Jia tentu saja berlari lebih cepat.
Akhirnya Jia tertangkap dan punggungnya dipukul Briven dengan pedang mainan. Jia yang kesakitan pun akhirnya menangis tak henti. Briven yang sadar, segera menenangkan Jia.
"Maaf" ucap Briven singkat dan datar. Namun Jia terus menangis tak henti-henti.
"HUAAAA!!! Punggung aku sakit" rengek Jia terus menerus.
Karena Jia tidak berhenti menangis, ibu Briven pun yang sedang sibuk dengan laptopnya datang melerai dan menenangkan Jia.
Malam hari tiba, kini Briven sedang fokus mengerjakan PR nya. Sedangkan Jia hanya mencoret-coret pinggir bukunya karena bosan.
"Kak Briven!ayo main petak umpet!!" rengek Jia yang sedari tadi sudah bosan.
"Nggak Jia! Aku masih kerjain PR, kamu juga kerjakan dulu PR kamu," ucap Briven.
"Gak mau, aku bosan! Kakak jahat, gak mau main sama aku!" Teriak Jia dengan wajah cemberutnya.
"Aku mau main sama kamu, kalau kamu udah ngerjain PR" Ucap Briven.
"HUAAAA kak Briven jahat, aku gak ditemenin lagi" tangis Jia tiba-tiba. Tangisan itu membuat Briven yang sedang belajar terganggu.
Karena tangisan Jia yang tak kunjung berhenti, Ibu Briven akhirnya datang menenangkan Jia lagi. Sedangkan Briven hanya menghela nafas panjang.
"Jia si cengeng" itulah julukan Jia dari Briven saat itu.
~~~
Pagi hari tiba, Jia dan Briven berangkat ke sekolah bersama. Meski berangkat bersama, sekolah Jia dan Briven berbeda. Briven bersekolah di sekolah swasta yang cukup elite, seperti sekolah internasional. Sedangkan Jia bersekolah di sekolah biasa.
Mengapa? Karena semenjak ibu Jia bercerai 2 tahun lalu, ibu Jia sangat kesulitan untuk memenuhi biaya kehidupan sehari-hari. Karena itu Jia disekolahkan di sekolah negeri.
~~~
Jia beranjak SMP, di sekolahnya kini ia memiliki sahabat yang dekat dengannya yaitu Eunice. Eunice adalah gadis yang cantik namun sikapnya badas. Karena bersahabat, sikap Jia dan Eunice tak jauh berbeda.
Di masa SMP nya ini, Jia tidak lagi dekat dengan Briven bahkan sudah lupa dan tidak saling mengenal. Terakhir Jia bertemu Briven saat Jia berusia 7 tahun.
Tahun demi tahun berlalu, Jia dan Eunice beranjak SMA. Kini mereka menginjak kelas 12. Awal kelas 12 ini mereka berdua sekelas dan mereka sangat dekat.
Apalagi kini mereka sudah memiliki teman baru bernama Melvin. Melvin adalah pria yang mudah akrab dengan semua orang, namun Melvin lebih akrab kepada Jia dan Eunice.
Melvin sangat hebat dalam bola basket. Sering kali ia mengajari Jia dan Eunice bermain basket bersama. Melvin juga pintar di bidang akademik. Melvin selalu masuk ranking 10 besar selama SMA ini.
Ada lagi fakta yang menarik dari Melvin, dia tampan dan ikut club motor yang membuatnya semakin tenar di kalangan gadis-gadis.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Briven || On Going
Historical FictionHasil imajinasi aku sendiri (◍•ᴗ•◍) ⚠️ DILARANG PLAGIAT-!! ⚠️ Seorang gadis SMA tahun terakhir yang dipaksa tinggal bersama seorang pria asing yang menempuh perguruan tinggi (kuliah). Kondisi kekeluargaan gadis itu sangat buruk, ditambah ia h...