5. Undangan

5 0 0
                                    

"Oh iya, kalian mau minum apa?" Tanya Briven

"Mmm...air putih aja" ucap wanita yang menghampiri Jia.

"Kami ngikut aja" sahut dua orang teman Briven.

Briven pun pergi ke dapur untuk membuat minuman. Sementara wanita yang menghampiri Jia mulai mengobrol.

"Hai, nama Lo siapa?" Ucap wanita itu

"Saya Jia kak, kakak sendiri?"

"Gue Jenna, calon kakak ipar Lo" ucap wanita itu dengan senyuman centil kemudian ia pindah ke sofa pojok yang lebih luas.

Tak lama kemudian, Briven kembali membawa nampan berisi tiga gelas air putih untuk teman-temannya. Setelah menaruh nampan di meja, Briven berniat duduk sambil melihat sekelilingnya. Jenna mulai bergeser untuk menyisihkan tempat untuk Briven agar duduk di sampingnya.

Diluar harapan, Briven justru duduk di samping Jia yang sibuk dengan gadgetnya. Jenna merotasikan matanya malas sekaligus kecewa. Sementara Jia yang kesempitan mulai merasa tidak nyaman.

"Maaf kak, disamping kak Jenna masih luas kursinya. Disini terlalu sempit" ucap Jia dengan senyuman tertekan.

Briven menatap Jia sebentar lalu pindah ke samping Jenna namun masih berjarak.

Jia yang bingung dan merasa canggung langsung pamit dan pergi ke kamarnya di lantai atas.

~~~

*Pembicaraan Briven dan teman-temannya*

"Adik Lo sekolah dimana? Kelas berapa?" Pertanyaan itu tiba-tiba terlontar dari seorang pria yakni Adriel teman akrab Briven di kampusnya.

"Kelas 12, tapi gua gak tau dia sekolah dimana" jawab Briven.

"Lo pelit ngasih tau atau emang gak tau?" Tanya seorang wanita di samping Adriel, yakni Kaylee.

Briven masih fokus dengan laptopnya sambil mengetik tugas-tugasnya tanpa membalas Adriel dan Kaylee.

"Gua baru tau Lo punya saudara perempuan" ucap Adriel dengan senyuman nakal.

"Dia saudara jauh gua" ucap Briven

"Oh iya, dua hari lagi ada party di cafe cafe Melancholia dari anak kampus kita, kalian semua datang kan?" Ucap Jenna tiba-tiba.

"Iya datang" ucap Adriel disahut balik oleh Kaylee.

"Gua gak bisa" ucap Briven.

"Lah kok gitu? Kenapa emangnya?" Tanya Adriel.

"Gua gak ada pasangan" cetus Briven cepat.

"Hahaha, kasihan ganteng-ganteng jomblo" ucap Adriel meledek.

"Gue juga gak ada pasangan sih" ucap Jenna.

"Nah, pas banget nih, kalian berpasangan aja" ujar Kaylee.

"Maaf, tapi gua sibuk banget" balas Briven.

"Sibuk ngapain Lo? Nge-gym? Renang? Ya elah, hidup Lo ngebosenin banget sih Briv. Sekali-kali ikut acara kampus lah" ucap Kaylee.

Briven hanya diam menatap Kaylee dengan tajam namun tangannya masih berada pada keyboard laptop.

"Oh iya gua tau, Lo pergi bareng saudara Lo aja si Jia" ucap Adriel dengan senyuman nakalnya.

Briven dengan cepat menutup laptopnya kemudian menarik nafas kasar.

"Kalian bisa gak sih jangan maksa gua, Lo pikir aja dulu, masa gua party sama anak SMA" ucap Briven kesal.

"Ya, gak apa-apa kali" ucap Kaylee.

"Kalo gitu, kenapa gak bareng gue aja?" Tawar Jenna dengan senyuman manis yang dipaksakan.

"Ekhem, maaf gua simpan laptop dulu baru kita lanjut ngobrol" ucap Briven dengan cepat.

Setelah Briven selesai menyimpan laptop ke kamarnya, ia segera duduk kembali bersama ketiga temannya.

"Ayolah Briv, Lo datang ya?" Rengek Jenna.

Briven masih enggan menjawab, ia masih berpikir keras untuk menerima undangan itu. Namun, setelah beberapa lama kemudian, Briven akhirnya setuju.

"Oke, gua diskusikan dulu bareng Jia" Jawab Briven.

"Apa? Jia?" Bingung Jenna yang berharap Briven akan pergi dengan dirinya.

"Emang kenapa?" Tanya Briven.

"Gak apa-apa" ucap Jenna.

~~~

Setelah teman-teman Briven pulang, Jia menghampiri Briven. Briven sedang duduk di sofa ruang tengah dan sangat fokus dengan laptopnya.

"Kak, kok tadi kakak bilang kita saudara jauh?" Ucap Jia bingung.

"Terpaksa. Apa yang kamu pikirkan saat ada cowok dan cewek yang tinggal serumah dengan alasan 'teman masa kecil'? " Tanya Briven balik

"Ahahaha...iya sih hehe" Jia mulai merasa canggung.

~~~

Hari Minggu yang cerah, seperti biasalah Jia akan pergi beribadah ke gereja. Jia yang sudah bersiap-siap rapih dengan dress putih yang elegan yang dibelikan ibunya. Jia yang masih tidak tahu banyak tentang Briven masih bingung dengan kepercayaan pria itu. Jia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang tamu.

Di sana ia melihat pria berpakaian rapih yang sangat formal sedang sibuk dengan ponselnya. Jia yang hendak pergi berniat mengajak Briven untuk ikut dengannya namun Jia tidak berani. Akhirnya Jia menghampiri pria itu untuk meminta izin pergi.

Namun, baru saja Jia berdiri menghadap pria itu, Jia sudah gugup ingin mengatakan apa. Sadar Jia menghampiri, Briven berhenti menatap ponselnya dan menatap Jia di hadapannya.

"Maaf kak, saya boleh pergi ibadah gak kak? Sebentar kok cuma 2 jam" ucap Jia gugup.

"Silahkan. Kamu ibadah dimana?" Tanya Briven.

"Di gereja kak"

Briven tersenyum tipis, "Saya tau kalau itu, maksud saya nama gerejanya"

"Oh, di *** kak"

Tiba-tiba, Briven berdiri dan mengambil kunci mobil yang berada diatas meja.

"Sekalian aja" ucap Briven.

Jia hanya melongo kemudian mengangguk iya dan mengikuti pria itu ke garasi.

                                  ~~~

Briven || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang