2. Keluarga Baru

6 0 0
                                    

Sore hari yang cerah, Jia baru saja pulang sekolah menenteng tas ransel beratnya. Sesampainya di rumah Jia melihat ibunya duduk di sofa sambil sibuk memainkan ponselnya. Jia langsung menghampiri ibunya dan menyalamnya.

Setelah itu Jia ke kamarnya untuk bersih-bersih. Kemudian Jia ke meja makan untuk makan. Tiba-tiba ibu Jia datang menghampiri Jia yang sedang makan.

"Jia, nanti calon papa kamu mau datang ke sini. Kamu panggil aja dulu om Arez" ucap Ibu Jia dengan senyuman malu sambil menatap ponselnya.

"Apa? Calon papa?" Tanya Jia terkejut sambil mengernyitkan dahinya.

"Iya, mama udah kenal sama dia 2 tahun. Dia orangnya baik loh"

"Mama mau nikah?" Jia berhenti mengunyah makanannya.

"Iya, gak apa-apa lah, lagian dia baik kok, anaknya juga cuma 1, perempuan lagi. Pasti anaknya juga baik" Jelas ibu Jia.

"Gak mau ma, aku gak mau mama nikah lagi" bantah Jia

"Kamu ini kenapa sih? Kamu gak suka  apa dari om Arez?"

"Aku gak kenal dia ma. Kenapa mama tiba-tiba pengen nikah sih? Mama juga gak bicara sama aku kalau dia mau datang ke sini" ucap Jia kesal.

"Mama harus omongin apa sama kamu, toh akhirnya juga kamu ga setuju kan"

Jia terdiam menunduk menatap makanannya. Tak lama kemudian, terdengar seseorang mengetuk pintu. Ibu Jia segera berlari membuka pintu.

"Eh, Sayang, mari masuk" ucap ibu Jia dengan senyuman.

Pria seusia ibu Jia bernama Arez itu segera masuk bersama ibu Jia dan duduk di kursi tamu tamu. Jia yang selesai makan langsung bergegas menuju kamarnya dan tak berniat menyapa kekasih ibunya itu.

"Jia, sini duduk! Salam dulu om Arez" ucap ibu Jia.

Jia yang tak bisa berbuat apa-apa, langsung berjalan menuju ruang tamu.

"Halo Jia, kenalin saya om Arez. Mulai minggu depan kamu bisa panggil saya papa" ucap Pria bernama Arez itu.

Jia hanya tersenyum terpaksa dan sedikit mengangguk. Kemudian pria itu mengeluarkan sebuah tas yang berisi cokelat.

"Oh iya, saya punya anak perempuan 16 tahun, namanya Cashie. Saya harap kamu dan Cashie bisa akrab ya" ucap pria itu lalu tertawa.

Lagi-lagi Jia hanya diam menatap pria itu dengan malas. Namun, Jia mulai bersuara karena tidak terima akan pernikahan tiba-tiba ini.

"Maaf om, kenapa tiba-tiba nikahnya, saya juga belum kenal lama sama om" ucap Jia.

"Ini udah kesepakatan kami dari dulu, kami berencana kasih tau kamu kalau kami udah siap mau nikah. Ini juga bukan pertama kalinya om Arez datang ke sini. Sebelumnya dia sudah pernah datang tapi kamu lagi sekolah." ucap Ibu Jia dengan panjang lebar.

Jia kehabisan kata, Jia tidak bisa melakukan apapun dan keputusan ini telah ditetapkan.

Briven || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang