4. Suasana Baru

7 0 0
                                    

Hati Jia sakit saat mendengar bahwa ibunya menganggap Jia beban dalam keluarganya.

"Mamaa!! Maksud mama apa sih? Mama nikah sama om Arez tiba-tiba, terus mama malah nyuruh aku tinggal bareng orang lain?" Ucap Jia dengan suara bergetar.

"Tapi ini demi masa depan kamu Jia! Seandainya mama gak nikah sama om Arez, mama juga tetap nyuruh kamu tinggal bareng kak Briven! Dan apa salah mama nikah bareng om Arez?  Apa mama gak berhak bahagia?" Ucap ibu Jia.

Jia kehabisan kata-kata, kini matanya juga berkaca-kaca. Akhirnya setelah berpikir panjang, Jia setuju untuk tinggal dengan pria itu. Untuk waktunya, Jia tidak tahu berapa lama. Jia hanya mengikuti kemauan ibunya agar ibunya bahagia.

~~~

Hari ini Jia bersekolah seperti biasa dan kini Jia sedang bersama Eunice dan Melvin di kantin.

"Masa gue disuruh tinggal bareng si Briven itu sih" gerutu Jia berulangkali.

"Hahahaha...makanya nurut sama orang tua, jadi anak yang baek, jangan cerewet" ucap Melvin menasihati Jia

"Berisik Lo, bukannya ngasih saran buat batalin rencana ini, malah ngetawain" ucap Jia sambil merotasikan matanya.

"Sebenarnya gua juga gak setuju Lo tinggal bareng dia. Tapi kalau demi kebaikan Lo ya gua setuju" sambung Eunice.

"Isshh, lo pada sama aja kayak emak gue!" Ucap Jia dengan wajah kesal.

~~~

Setelah pulang sekolah, Jia dan ibunya langsung pergi ke rumah Briven menggunakan taksi online. Baru saja sampai di depan gerbang, Jia dan ibunya sangat takjub dengan rumah Briven yang sangat besar dan luas. Gerbang tersebut terbuka lalu datanglah seorang sekuriti menghampiri Jia dan ibunya.

Sekuriti tersebut menghubungi Briven lewat ponselnya mengingatkan bahwa Jia dan ibunya sudah tiba. Kemudian datanglah Briven dari dalam rumah dengan kaos putih dan celana pendek yang terlihat seperti Koko-koko Jaksel.

"Eh nak Briven" ucap ibu Jia tersenyum.

"Iya tan, ayo masuk" ucap Briven

Setelah sampai di dalam rumah, Briven segera mengantar Jia ke kamar yang sudah di sediakan di lantai atas.
Sementara ibunya Jia duduk di sofa sambil celingak-celinguk melihat sekeliling rumah Briven.

Setelah selesai menaruh barangnya, Jia dan Briven berjalan menuju ruang tamu untuk berbincang-bincang bersama.

"Tante, mau minum apa?" Tanya Briven

"Gak usah nak, Tante gak lama kok disini" ucap ibu Jia

"Makasih ya Briven, kamu udah mau terima Jia tinggal di rumah kamu. Tante mohon jaga dia baik-baik selama 2 tahun ini, soalnya dia anaknya bandel dan susah dibilangin" keluh ibu Jia.

Pria bernama Briven itu hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.

Jia yang masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan ibunya terdiam. Apa maksudnya 2 tahun? Itu adalah hari yang panjang bagi Jia.

"Ma! Kok 2 tahun? Aku kira cuma seminggu" ucap Jia kaget.

"2 tahun itu sebentar kok, kalau kamu bosan kamu bisa ke rumah sesekali" ucap ibu Jia.

"Apa? Sebentar?!" Suara Jia mengencang sambil mengernyitkan dahinya.

Memang Jia sudah dewasa, tapi siapa sih yang tidak sedih kalau disuruh tinggal bersama pria asing yang selama 2 tahun.

"Jia, kamu jangan ngerepotin kak Briven, bantu kak Briven nya bersih-bersih rumah ya. Terus yang nurut sama kak Briven, jangan suka membantah" ucap ibu Jia panjang lebar.

Setelah lama berbincang-bincang, Ibu Jia akhirnya pulang dan Jia akhirnya tinggal bersama pria berusia 22 tahun itu.

~~~

Sabtu pagi yang cerah, Jia baru saja bangun dan berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air putih. Jia melihat-lihat sekitarnya mencari pria bernama Briven itu. Namun Jia tidak melihat pria itu dimanapun.

Tiba-tiba keluarlah Briven dari salah satu kamar dengan rambut basah. Pria itu berjalan menuju Jia yang berada di dapur.

Jia mulai bingung dan terkejut pria itu berjalan ke arahnya. Setelah sampai ke dekat Jia, Briven justru belok ke kiri untuk membuka pintu kulkas. Briven sibuk dengan kegiatannya mengambil bahan-bahan makanan di kulkas.

"Biasanya dirumah makan apa?" Tanya pria itu tiba-tiba.

"Apa aja yang dimasak mama kak" ucap Jia sambil tersenyum terpaksa.

Pria itu hanya diam dan masih fokus pada kegiatannya tanpa menatap Jia sedikitpun. Setelah beberapa menit menunggu, pria itu selesai membuat dua sandwich di piring. Briven kemudian menyodorkan piring itu kepada Jia.

"Makasih kak" ucap Jia canggung.

Briven yang berpakaian rapih langsung menyandang tas ranselnya kemudian pergi menuju garasi. Pria itu menghilangkan dengan mobilnya.

*Kemana tu orang* ucap batin Jia.

~~~

Hari sudah sore, terlihat sebuah mobil memasuki garasi dan seorang pria keluar dari sana. Jia yang tengah asik menonton film terkejut mendengar suara beberapa orang yang masuk, ada 2 wanita dan 1 pria.

"Silahkan duduk" ucap Briven kepada ketiga orang yang masuk ke rumahnya. Tiba-tiba seorang wanita bertanya kepada Briven dengan wajah penasaran.

"Ini siapa Briv?" Tanya wanita itu.

"Oh, saudara gua Jen" ucap Briven.

"Hah? Saudara? Sejak kapan Lo punya saudara? Bukannya Lo anak tunggal?" Ucap wanita itu.

"Saudara jauh" balas Briven.

Wanita itu menatap Jia yang duduk di sofa dari ujung kepala sampai kaki. Kemudian wanita itu menghampiri Jia.

Briven || On GoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang