14. Kecewa

530 99 7
                                    

JenSoo

Jean & Jisoo

Gender Bender story

And

Happy reading all......

____________________________

Jean mengepalkan tangan kanannya. Mendengar penjelasan Jennie, ia berpikir bukan hanya Rio saja pria brengsek di dunia ini. Namun, pria yang menjadi ayah dari kekasihnya pun sama brengseknya. Tak mengakui seorang anak? Yang benar saja! Pantas saja, Jisoo selalu menceritakan kebaikan tentang Ibunya dan bahkan tak pernah Jisoo menceritakan tentang ayahnya sama sekali.

Yang ada diingatan Jisoo, hanyalah tentang sikap kasar Ayahnya yang selalu menyakiti hatinya. Hanya sebagian kecil masa lalunya dengan Ayahnya yang membuat Jisoo bahagia, selebihnya pria itu hanya bisa menyakiti Jisoo dan menghina gadis itu. Itulah yang membuat Jisoo begitu takut, meski terkadang ia merindukan Ayahnya. Meski beberapa kali ia mencoba untuk menjadi anak yang diinginkan Ayahnya, tetap saja syndrom yang ia miliki membuat Jisoo tak bisa berbuat banyak. Ia terjebak dalam jiwa anak-anak.

Jisoo hanya di manja oleh Ibunya. Bahkan, wanita itu begitu baik dengannya. Bersabar dengan sikap Jisoo, dan akan menyayanginya sepenuh hati. Jisoo sangat bahagia, jika berada didekat Ibunya. Namun, saat ini Jisoo begitu sedih karena jauh dari Ibunya. Meski ada Jean dan Jennie, tapi sejujurnya hatinya begitu menginginkan keberadaan Ibunya dan kakak sepupunya. Hanya kedua orang itulah di keluarga yang menyayangi Jisoo, selebihnya tak ada sama sekali. Bahkan, kakek dan neneknya pun membenci Jisoo.

"Kenapa Appa sangat membenci Jichu, Oppa? Appa tak pernah menganggap Jichu sebagai anak?" Ia mengadu sambil menangis, pipinya begitu basah dengan air mata yang terus saja mengalir.

Jean sedari tadi mencoba untuk menenangkan gadisnya, ia ikut sakit melihat gadis yang sangat dicintainya menangis seperti ini.

"Apa karena Jichu itu aneh? Jichu tidak normal? Sehingga Appa tak mau lagi menganggap Jichu sebagai anaknya?"

Jean berdesis, ia tak suka dengan kata-kata Jisoo. Aneh? Tidak normal? Itu seperti kalimat pantangan bagi Jean, karena Jean begitu membenci 2 kata itu. Jisoo tidak aneh, dan bukan kesalahan gadis itu karena terlahir mempunyai keistimewaan seperti itu. Jisoo sendiri pun, pasti juga tak akan mau dilahirkan seperti itu. Tapi, Jisoo juga tak bisa memilih untuk dilahirkan seperti itu. Jisoo juga ingin menjadi gadis normal seperti lainnya, tapi sayangnya ia dilahirkan mempunyai keistimewaan itu. Dan itu bukanlah sebuah kesalahan. Hanya orang bodoh yang berpikiran seperti itu. Atau memang dia tak memiliki hati sama sekali.

"Dengar, sayang! Jichu tidak aneh, mereka hanya iri dengan Jichu. Jichu tahu? Jichu itu istimewa, Jichu itu cantik dan yang pasti Jichu itu adalah kebahagiaan Oppa! Jangan dengarkan orang lain, anggap saja mereka hanya iri dengan Jichu."

Jean menenangkan gadisnya, menghapus jejak air mata di pipi Jisoo. Perlahan, gadis itu mulai tenang meski hanya dengan kata-kata yang Jean lontarkan. Kata sederhana, tapi bisa menenangkan hati dan jiwanya. Bagi Jisoo, sekarang ini hanyalah Jean dan Jennie yang ia miliki. Yang benar-benar menyayanginya dirinya.

Jean mengecup kepala Jisoo dengan lembut, penuh kasih sayang. Ia memeluk Jisoo dengan erat, membiarkan gadis itu tenggelam dalam pelukan hangatnya. Pelukan itu berefek pada Jisoo, gadis itu merasa tenang hanya karena sebuah pelukan dari seorang Kim Jean.

"Sudah, ya? Air mata Jichu terlalu berharga, tak seharusnya Jichu menangis. Jichu itu gadis yang kuat, jadi gadis yang kuat tidak boleh menangis! Jichu tidak mau diejek karena sering menangis, bukan?" Jisoo menggeleng pelan.

My Little Girlfriend || JenSooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang