Gue belum pernah ngerasain semacam endorfin saat ngeliat cewek yang selalu dibully itu ketakutan, semacam frucht . Padahal dia Pinter.
Memang pada dasarnya manusia itu penjahat. Gue juga, gak ada yang gue lakuin selain ngelihat dia dirudung.
Sampai suatu saat gue lihat dia jatuh dari rooftop sekolah. Gue kira dia bakalan mati, mungkin? Tapi nggak. Seolah Tuhan pengen ngasih dia segalanya.
Dia koma selama dua tahun, seperti putri tidur.
Dia disphoria.
..
"Darimana? "
Suara itu menyambut telingaku saat baru saja ku injakkan kakiku di ruang tengah. Sedikit kuremas paperbag ditanganku.
Mama.
"Beli buku" Aku hendak meneruskan langkahku sebelum suara sopran Mama memberiku interupsi.
"Tidak sopan. Duduk, lalu makan"
Ku lirik meja makan. Mama dengan gaun ungu yang mengekspos bahunya, rambut hitamnya tersanggul indah.
Partikel elementer itu sendiri tidak nyata; mereka membentuk dunia yang penuh dengan potensi atau kemungkinan alih-alih salah satu dari hal atau fakta.
Fakta bahwa kami tidak sedekat keluarga pada umumnya.
Ku jatuhkan paperbag ku hingga menimbulkan bunyi. Aku tak peduli dengan sopan santun.
Dengan langkah tenang, aku berjalan menuju kursi didepannya.
Ku dudukan diriku. Menatap salad sayur yang tersedia. Aku..
Tidak bisa mengonsumsi nasi.
"Bagaimana Sekolahmu? "
Tanpa sadar aku mendengus. Basa basi?
"Rupanya kau memang tidak sopan Alva" Mama memandang ku tajam. Aku tak peduli.
"Tidak bisakah Mama bersikap seperti dulu? Tidak perlu berusaha baik padaku,
Sangat tidak cocok untuk dirimu" Dia meremat gelas wine, berusaha menahan emosi.
"Setelah kecelakaan itu, " Aku menggantung kalimatku. Rasanya kelu untuk ku lanjutkan. "Mama tidak perlu merasa bersalah padaku. Toh, aku masih hidup"
Ku lihat Otot sternokleidomastoid nya sempat menengang. Rahangnya mengeras. "Tidak bisakah kau hargai aku sebagai ibumu, Alva? Aku membesarkan mu sendirian tanpa orang lain..
Tidak bisakah kau membalas kebaikan ku? "
Kebaikan yang mana? Mendoktrin otakku dengan kalimat menyakitkan mu? Memberiku obat asam lambung? Hanya agar aku terlihat cantik seperti mu?
Aku bahkan tidak tau rasanya nasi hanya karena dirimu, aku bahkan tidak tau rasanya Makanan ringan hanya karenamu, Ma.
Ingin sekali aku layangkan semua kalimat yang kupendam selama ini. Namun aku tidak bisa. Rasanya aku kembali pada masa lalu.
"Permisi" Muak. Rasanya salad yang kutelan ingin ku keluarkan lagi.
Aku berjalan tergesa menaiki anak tangga, membawa paperbag menuju kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUNSHINE
Teen Fiction"Manusia berevolusi kan? Sama seperti aku. Ini caraku buat bertahan hidup" Warning ⚠️ Young adults