04.00

10 2 0
                                    

Aliran Alkohol dari Champagne itu berhasil meredakan panas di rongga kerongkongan Miranda.

"Pria sialan itu yang menyuruhmu kemari, huh? " Miranda mendengus tidak sekali dua kali Laki-laki berbeda datang padanya untuk meminta Putrinya ,Vivien.

"Katakan pada Bosmu itu, aku tidak akan menyerahkan Putriku untuk nya. Cari saja Jalang untuk Percobaan sia-sia nya"

Miranda menyemburkan minuman itu ke wajah Laki-laki yang kini tengah menahan amarah.

"Kukatakan sekali lagi, Vivien putriku tak akan pernah menjadi tikus percobaan Bosmu itu! "

"Pagi-pagi sudah mengganggu waktu tidurku saja! "

Dia keluar, Miranda. Wanita dengan heels merah senada dengan gaunnya keluar dari Bar.

"Jalang sialan! "

Laki-laki itu mengangkat ponselnya yang berdering sepuluh detik semenjak keluarnya Miranda.

"Wanitamu itu benar-benar menyebalkan, Sir. Ingin sekali ku comot bibir cerewetnya"

"Jangan lukai mereka, atau Otakmu yang akan kugunakan untuk percobaan ku"

..

Tak pernah sekalipun dalam kamus hidup Vivien terlambat sekolah. Kali ini gadis belia itu tengah memilin jarinya kala mobil yang ia kendarai berada di tengah kemacetan.

"Sepertinya macet parah, Pak. Aku turun disini ya" Belum sempat si Sopir menjawab, Vivien lebih dulu keluar dari Mobil Range Roverhitamnya.

Sedikit pincang karena mengenakan Heels, Vivien berlari mencari kendaraan yang bisa membawanya ke sekolah. Berjalan kedepan dengan napas ngos-ngosan.

"Maaf Pak, didepan ada apa ya? " Vivien bertanya pada pedagang asongan yang melintas.

"Oh itu neng, ada kecelakaan truk sama Bis pariwisata"

Vivien berlalu setelah mengucapkan terimakasih.

Sia-sia. Sepuluh menit lagi masuk, dan ia akan meninggalkan ujian Fisika. Yang mana akan memberi peluang untuk murid lain.

"Telat? "

Gali?

"Kak? Kamu? " Aku bingung dengan kalimatku. Terlalu terkejut melihat Gali ada disini.

"Mau bolos bareng? " Dia menawarkan sesuatu yang belum pernah aku lakukan .

Tidak Viv, bagaimanapun juga Kamu murid baik dan beretika bagus.

"Boleh? " Justru kata itu yang keluar dari bibirku.

Dia melirik heels yang tengah kupakai. "Lo bisa naik kan? " Seumur hidup aku belum pernah naik motor, dan dibonceng laki-laki kecuali Papa dan Pak Derman Sopir ku.

Aku sedikit ragu, tanpa membalasnya aku menaiki motor besarnya bertumpu dengan pundak Gali.

"Ayo" Kataku. Namun laki-laki itu justru melepas Jaket Denimnya guna menutup pahaku yang sedikit terekspos.

"Ah, aku pakai almet aja kak" Kami, anak akselerasi berbeda dengan Reguler. Baju kami dirancang berbeda, mengenakan Almet yang Anak reguler tak memiliki.

"Pakai aja, Gue nggak mau di skors dari sekolah karena buat cucu Kepsek kenapa-napa"

Aku menggigit bibirku.

"Pegangan"

..

Aroma tubuhnya, aku suka.

Antara Kopi dengan Petrichor. Sejuk

SUNSHINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang