3

4 0 0
                                    

Elvan tak henti-henti menyentakan kakinya kasar, karena telah merasa dilecehkan oleh pria angkuh yang gila itu.

Muka yang merah karena menahan rasa amarah yang sudah memuncak.

Tiba-tiba tangannya ditarik oleh salah satu pelayan yang tadi sempat berbicara dengan Elvan, Elvan terkaget-kaget dan terus mengumpati manusia yang ada didepannya.

"K-kau! Kenapa menarik tanganku tiba-tiba!"

Bentaknya kepada manusia didepannya.

"Apa kau baru saja keluar dari ruang VVIP no 3?"

Elvan yang masih kesal menjawab pertanyaan temannya dengan sedikit membentak.

"Iya! Kenapa memang hah?!"

Manusia didepannya ini menganga kaget, lalu dirinya ditarik oleh teman pelayannya menuju kamar mandi perempuan.

Kalian tau lah kenapa Elvan bisa masuk kedalam toilet perempuan, ya karena dirinya yang sedang menyamar sebagai perempuan jadi ya gitulah.

"Kau mengantarkan minuman itu kepadanya?-

Teman pelayannya memegang pundaknya dengan tiba-tiba, dan dibalas dengan anggukan darinya.

-wah kau sangat beruntung azenna"

Terdengar dari suara wanita didepannya, sepertinya ia sangat excited sekali.

"Memang kenapa?"

Wanita didepannya itu kembali memegangi kedua pundaknya.

"Biasanya pelayan seperti kita tu ga bisa menghantarkan minuman itu kepadanya-

Dia menggoyang-goyangkan pundakku brutal.

-kau sangat beruntung azenna, ku yakin setelah ini kau akan mendapatkan tip yang besar dari bos"

Elvan menggelengkan kepalanya, lalu menghempaskan kedua tangan wanita yang ada didepannya.

"Memangnya pria itu siapa?-

Elvan menghadap kearah mirror yang ada disampingnya, lalu merapikan rambut palsunya.

-pada saat kau membicarakan orang itu kau terlihat sangat excited sekali"

Wanita disampingnya menatap wajahnya tidak percaya.

"Kau tidak tau orang itu siapa?!"

Elvan menggeleng, lalu menatap wanita itu.

"Dia Ares thanotus azenna, pria khusus yang tadi kubicarakan itu loh!"

Elvan melototkan matanya, tidak di sangka dirinya telah bertemu dengan buronan itu.

Kini dirinya berbalik memegang pundak wanita yang ada didepannya.

"Kau tidak berbohongkan?"

Wanita itu menggeleng, setelah itu Elvan melepaskan tangannya dari kedua pundak wanita itu.

Lalu berjalan keluar dari kamar mandi, menuju ruang belakang bar.

Ia membuka handphonenya, lalu menelepon seseorang.

"Orang itu benar-benar mirip dengan orang yang di lindungi oleh adikmu, heh"

Pria angkuh tetap fokus menyesapkan miras Yang ada di tangannya.

"Apa perlu aku membawanya sekarang Arthur?"

Tolehnya kepada bawahannya, bisa dibilang tangan kanan Ares.

Sudah cukup lama Ares mencari cara supaya pemuda tadi datang kepadanya tanpa harus ia paksa, Ares bukan orang yang seperti itu, tapi kalo keadaannya yang memaksa dirinya harus memaksa ya beda lagi.

darkness within the devilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang