Tahanan terbesar didaerah US terbakar dan terbom, di sekelilingnya sudah dipenuhi mobil pemadam dan mobil ambulance.
Ratusan tahanan luka-luka, bahkan sampai ada yang meninggal karena terkana bom dan api.
Perempuan itu hendak berjalan masuk kearea dalam tahanan, namun dia sudah di hadang oleh tim investigasi.
Dengan cepat Wina mengeluarkan kartu namanya, dan memperlihatkan kearah tim investigasi tersebut.
Saat ingin melangkah kembali, dirinya ditahan lagi.
"Ada apa! Kau menghalangiku!"
Bentaknya tiba-tiba.
"Saya tidak bermaksud untuk itu-
Dia mengarahkan tangannya kearah samping kanan, Wina ikut menoleh dan terdapat beberapa baju anti bom disana.
-lebih baik kau memakainya terlebih dahulu"
Di dalam Wina berjalan menyusuri ruang bawah tanah, penerangan disini mati total, sehingga gelap gulita.
Wina mengarahkan senternya ke arah jalan yang akan dia lalui, ia membuka pintu gerbang ruangan bawah tanah, dan tentunya mengarahkan dirinya untuk keruangan tempat narapidana berpengaruh disini.
Diperiksanya satu-satu ruangan lapas ini, dan ternyata dibawah sini sangat aman, tidak ada yang luka-luka. Hanya saja, wajah para narapidana yang terlihat sangat cemas.
Dan berapa kagetnya saat ia mengarahkan senternya kearah ruangan paling pojok, dan ia sering datangi. Pintu itu sudah rusak, Wina berlari dan mengecek kembali ruangan itu.
Damn, bhalendra sudah tidak ada disini. Disini hanya ada mayat manusia yang udah antar berantah, dan arloji yang sudah rusak, yang sempat ia berikan kepada bhalendra.
Wina menjatuhkan senter dari tangannya, kini tangan kanan memegang keningnya.
"Sudah kuduga.."
Gunanya sambil terus memijat-mijat keningnya.
•
Elvan terbangun dari tidurnya, entah berapa lama ia berada didalam bagasi mobil ini, ia merasa sudah berjam-jam disini.
Dipikir dirinya sudah mati, karena sedari tadi pasokan oksigen didalam ini sangat lah sedikit. Bahkan dirinya tidak bisa bergerak sedikit pun.
Dirasakan olehnya mobil ini tiba-tiba berhenti suara gerbang terbuka terdengar oleh Indra pendengarannya. Dan kemudia mobilnya melaju kembali, beberapa detik kemudian kembali berhenti.
Ketukan dari bagasi mobil itu terdengar, menyadarkan kembali dirinya yang hampir pingsan kembali.
"Berjanjilah untuk tidak berontak, jika kau terus berontak seperti tadi, aku tidak segan-segan kasar kepadamu"
Kemudian pintu bagasi itu terbuka perlahan-lahan, oh godnes akhirnya diriku bisa menghirup udara.
Dengan tenaga sisanya, Elvan loncat dan berusaha kembali untuk kabur, tetapi sekali lagi rencananya gagal.
Ditariknya rambut belakangnya dengan amat kasar, dan memutarkan badannya untuk menghadap kearah belakang.
"Kau benar-benar tidak mau nurut rupanya!" Bentak Ares.
Lagi dan lagi wajahnya kembali memerah, karena menahan rasa amat sangat sakit dikepalanya.
"Lepaskan aku keparat!-
Tangannya ia gerakan untuk memukul-mukuli dada pria angkuh didepannya.
-kau sungguh tidak punya hati! Melakukan hal yang amat menyakitkan seperti ini kepadaku!"
Ares menghempaskan badan nouval begitu kencang, hingga lagi dan lagi tubuh Elvan berciuman dengan lantai.
"Bawa dia ke kamar tamu" perintah Ares kepada bodyguardnya.
Setelah sampai dikamar tamu nouval terus berontak bahkan dirinya berteriak-teriak minta tolong, supaya dirinya dilepaskan dan dibiarkan keluar dari kamar tamu.
Dengan langkah angkuhnya, Ares masuk ke dalam kamar tamu yang berisikan Elvan disana, pemandangan yang sangat mengejutkan.
Elvan berkali-kali mencoba menggesekan serpihan guci kearah nadinya, dengan cepat Ares berlari kearahnya dan mengambil serpihan itu.
"Kembalikan!" Teriak Elvan kencang.
Ares melempar serpihan itu, lalu menarik badan elvan untuk terduduk di sofa kamar.
Melepaskan long Coat blazernya, lalu menaruh tepat dibawah tangan kiri Elvan. Dan saat itu juga dia berlari kearah kotak P3K dikamar ini, dan kembali kehadapan Elvan.
Ingin mengambil alih tangan kirinya Elvan, dengan cepat Elvan menarik tangannya dan bangkit.
"Minggir!"
Sepertinya Elvan mempunyai pekerjaan baru sekarang, dirinya sedari tadi hanya berteriak dan berteriak.
Ares bangkit, lalu membiarkan nouval yang ingin melanjutkan percobaan bunuh dirinya, ia ingin melihat sampai mana Elvan bertahan.
Elvan kembali mengambil serpihan guci itu, lalu menggesekan ketangan kirinya.
"Akh"
Ares mengerutkan dahinya, matanya masih memperhatikan perbuatan konyol didepannya sehingga beberapa menit kemudian Elvan terjatuh tidak sadarkan diri.
Dengan cepat Ares berjalan ke arah tubuh Elvan, lalu menggendong dan menaruh tubuhnya di atas kasur king size yang sudah tersedia.
•
"Akh! Bisa kau mengobatinya pelan-pelan!"
Tangannya menepis kasar tangan asisten yang sedang mengobatinya, lalu matanya beralih kembali kearah jendela mobilnya.
"Kau sudah mendapati dimana dia sekarang?"
Ucap santai bhalendra, matanya masih senantiasa melihat kearah luar mobil.
"Haruskah saya beritahu sekarang tuan?"
Bhalendra terdiam sejenak, dan masih mencoba mencerna perkataan saria sistemnya itu. Setelah dirasa mengerti dia pun menoleh kearah manusia disampingnya.
"Menurutmu jika aku bertanya sekarang, apa kah aku masih membutuhkan jawabanmu besok setelah badanmu dan kepalamu terpisah"
Jawabnya dengan sebuah ancaman yang menyeramkan. Asistennya berdehem, lalu mengarahkan pandangannya kearah depan, gugup.
"Baiklah, dia sedang bersama Ares sekarang"
Bicaranya sambil mengetuk-ngetuk jari tangannya kearah dengkul, dan pandangan yang kesana kemari.
Bhalendra memiringkan kepalanya, senyum tipisnya mulai muncul diwajahnya.
"Ck, rupanya dia memang punya rencana untuk meruntuhkan keyakinanku ternyata"