Transmigrasi Ryan

Lima

"Lu..... Gak bosen?" Tanya pemuda tampan yang baru saja memasuki kantin bersama dengan teman-temannya. Pertanyaan itu terarahkan kepada gadis tomboy dengan roknya yang basah.

Yang ditanya lantas mengalihkan perhatiannya pada pemuda tersebut dan menatapnya malas.

"Ck, ya bosen lah, Njir! Nih anak gak pernah absen nyari masalah sama gue dari awal jadi mubar. Padahal gue kenal dia aja kagak, apalagi ganggu dia!" Jawab gadis tersebut dengan intonasi yang meninggi dan kedua tangan yang dilipat di dada, mata tajam gadis itu menatap jijik pada gadis yang sedang bersimpuh di bawahnya.

"Udah lah... yuk gue anter ke kamar mandi." Tanpa menunggu jawaban sang empu, pemuda itupun langsung membawa gadis tinggi tersebut dan menyeretnya ke kamar mandi di temani oleh sang kembaran. Sementara teman-temannya yang lain memutuskan untuk kembali ke gedung IPS setelah urusan mereka selesai.

Kedatangan mereka ke gedung IPA tak lain hanyalah untuk membantu gadis tomboy tersebut.

Shaka yang sedari tadi melihat adegan tersebut lantas tertegun, ia mengetahui siapa mereka dari visualisasi yang terlihat. Dan kejadian ini benar benar diluar dugaan nya, alurnya berubah. Seharusnya gadis tomboy tadilah yang dimarahi, bukannya dibantu dan meninggalkan gadis yang masih asik bersimpuh itu.

Yap, mereka adalah antagonis wanita, protagonis wanita, dan geng dari antagonis pria. Gadis tomboy dan tinggi itu adalah antagonis utama wanita yang bernama Zaveera Agatha Wijaya. Dan pemuda kembar yang tadi membantunya adalah kakak dari gadis itu yang bernama Daniel Arsalan Wijaya dan Danial Abiasta Wijaya. Sementara gadis yang masih bersimpuh itu tak lain adalah Lia.

Kedua pemuda itu adalah anggota inti dari geng antagonis yang bernama Lavegas. Mereka menggunakan jaket berwarna abu dengan nama Lavegas yang tersulam di dada kirinya serta lambang sayap dan mahkota tercetak jelas di punggung mereka.

Geng Lavegas sendiri diketuai oleh antagonis pria yang tak lain adalah Mikhael Titanio Mahatma. Mereka adalah anak IPS sekaligus musuh bebuyutan dari Geng Galaxy.

William sekilas menatap ketua mereka yang tak lain adalah Mikhael dengan dingin. Di matanya memperlihatkan kebencian yang amat mendalam. Ntah apa yang telah diperbuat Mikhael pada pemuda itu yang membuatnya menyimpan dendam kepada pemuda yang di tatapnya. Sementara Max dan Gara hanya menatap mereka malas.

Shaka melirik William yang hanya diam dan menatap mereka benci tanpa ada niatan membantu Lia yang mulai pergi karena mendengar cemoohan warga kantin. Dalam diam dirinya memikirkan perubahan alur ini, dan di benaknya pun dirinya terus bertanya apakah alur yang berubah terjadi karena kedatangannya? Tepukan lembut di bahu menyadarkan Shaka dari lamunannya. Pemuda itu melihat Sela yang memandangnya kahawatir. Dibalik maskernya Shaka tersenyum lembut, hatinya menghangat.

Digenggam tangan Sela yang anehnya tampak lebih besar darinya itu, lalu mengusapnya pelan. Ia memberikan tatapan pada Sela untuk kembali ke kelasnya karena bel yang sebentar lagi berbunyi. Sela menganggukkan kepalanya dan mulai berjalan menjauhi kantin menuju kelas nya.

Dan akhirnya keempat kulkas itupun memutuskan untuk masuk ke kelas mereka.

...

Kita beralih pada kedua makhluk adam yang tengah berada di Roftoop Sekolah. Dengan salah satu diantara mereka yang terduduk dan yang lainnya mengukung tubuhnya.

"Emm... Zi-Zidan kenapa?" Tanya Varo gugup, pasalnya saat ini Zidan menatapnya dengan tajam bagaikan predator yang menatap mangsanya. Yang ditanya lantas menjilat bibir bawahnya kala melihat raut ketakutan Varo yang terlihat lucu, rasanya ia benar-benar ingin menerkam Varo saat ini juga.

"Gak papa. Tapi..." dengan sengaja Zidan menjeda kalimatnya agar bisa melihat raut wajah Varo yang  terlihat lucu kala dirinya dilanda rasa penasaran. Dan benar saja, Varo menatapnya dengan raut penasaran yang terlihat begitu menggemaskan di mata Zidan yang membuatnya langsung menghamburkan tubuh bongsornya keatas tubuh pria yang jauh lebih kecil darinya.