Dua Puluh Satu

17.5K 1.6K 48
                                    

Technical meeting untuk kelompok yang lolos ke babak kedua olimpiade telah selesai dilaksanakan. Bu Desi lantas mengarahkan Shaka dan kedelapan murid lainnya untuk mengambil perlengkapan mereka yang sudah dibawakan oleh orang rumah mereka yang kini sudah berada di luar gedung tempat mereka berada. 

"Adeeeek!!!" Suara familiar yang sangat Shaka kenali masuk ke indra pendengarannya begitu ia melangkah keluar dari gedung tempat diselenggarakannya olimpiade. Bungsu Argantara itu lantas mengedarkan pandangannya ke asal suara. Dan dapat netranya tangkap sosok dari Aaron yang nampak berdiri di depan sebuah mobil sembari merentangkan tangan. Shaka memberi tatapan sinis kepada objek yang masih setia merentangkan tangan. Apa yang Kakaknya itu pikirkan? Apa dia pikir dirinya akan berlari kepelukannya selayaknya bocah SD yang baru saja dijemput?

"Dia pikir aku bocah apa?" Monolog Shaka yang masih bisa didengar oleh teman temannya yang lain. Tapi tak lama setelahnya manik hitam legam Shaka menatap sosok Arkan yang keluar dari mobil di belakang Aaron.

"Daddy!" Shaka berlari ke arah Arkan dan melompat kedalam pelukan Daddynya itu ketika Arkan merentangkan tangannya. Abaikan saja ucapan Shaka sesaat yang lalu.

"Why are you here? (Kenapa kamu disini?)" Tanya Shaka begitu Arkan berhasil menangkapnya dan membawanya kedalam gendongan koala.

"Of course to bring your clothes, Dear. How was the Olympics, hm? (Tentu saja untuk mengantarkan pakaianmu, Sayang. Bagaimana olimpiadenya?)"

"Very good! I got first place out of 693 participants!! (Sangat bagus! Aku menempati posisi pertama dari 693 peserta!)"

"Really? Good job, that's my son. (Benarkah? Kerja bagus, itu baru putraku.)

Setelahnya Shaka turun dari gendongan Arkan ketika melihat Arslan yang berjalan ke arah mereka.

"Abaaang~ Bang Alan juga kesini?" Tanya Shaka. Pasalnya Arslan baru saja turun dari mobil yang berbeda dari Sang Daddy.

"Ya, Abang kebetulan habis rapat di sekitar sini." Jawab Arslan. Pemuda 23 tahun itu lantas memberikan paper bag yang dibawanya kepada Shaka.

"Makasih, Abaang!" Ucap Shaka sembari membuka dan melihat apa yang diberikan abangnya itu.

Alis Shaka mengernyit bingung melihat isi di dalam dari paper bag di genggamannya. Bukan sesuatu yang aneh sebenarnya, hanya beberapa soft cookies kesukaan Shaka yang beberapa kali dibawakan Daddynya ketika pulang. Hanya saja kafe yang menjual soft cookies ini berada di dekat kantor Arkan yang jauh dari tempat ini. Tapi bukannya abangnya itu bilang baru saja rapat disekitar sini? Lantas mengapa soft cookiesnya masih terasa sedikit hangat?

Shaka akhirnya mengedikkan bahunya acuh. Karena tak lama setelahnya dirinya melihat William dan teman-temannya yang lain menghampiri dirinya.

"Yo, Willy!" Aaron yang sedari tadi diabaikan sang adik akhirnya menyapa William begitu pemuda itu mendekat.

"Gak nyangka gua bocah yang biasa ngintilin gua dari kecil bisa ikutan olimpiade matematika kayak gini. Udah gede aja ya lu!" Ujar Aaron sembari merangkul pemuda yang lebih pendek beberapa centi darinya itu dan mengusak rambutnya. Sementara William yang diperlakukan seperti itu hanya diam tak menolak.

Aaron sudah mengenal William dan juga Gara sejak mereka SD. Kedua pemuda itu adalah teman sekelas Shaka yang sering datang ke rumah untuk mengerjakan tugas. Namun meski begitu keduanya justru lebih dekat dengan dirinya ketimbang sang adik yang selalu menyendiri. Dan karena itu pulalah ketika dirinya membentuk Galaxy ia mengajak William serta Gara untuk bergabung. Tak hanya itu, ketika Aaron sudah merasa cukup dewasa untuk bermain geng-gengan pun dirinya menyerahkan Galaxy ke tangan William.

Transmigrasi RyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang