04

371 15 3
                                    

welcome to chapter 4 ✷⁠‿✷

── ⋆⋅☆⋅⋆ ──

"Woi dah bell belum?" tanya Janu entah pada siapa.

Minul, bendahara kelas yang kebetulan mendengar pun menjawab "Beloman, bentar lagi paling".

Arion yang sedang tidur pun mulai mengerjapkan kedua mata nya. Bertepatan dengan itu bell pun berbunyi. "Bangun Yon, pulang gak Lo?" seru Remon.

"Hm, kalian duluan aja" balasnya.

Bagas mendekat lalu menepuk pundaknya pelan "Nanti malem jangan lupa"

"Hm, iya"

"Kita duluan Yon" pamit Janu, lalu ketiganya pergi bersamaan menuju parkiran.

Arion meregangkan badannya yang terasa sedikit pegal karena tidur dengan posisi duduk dengan waktu cukup lama. Setelahnya ia bangkit berjalan keluar kelas menyusuri koridor yang masih lumayan ramai, kebanyakan anak-anak memilih tinggal lebih lama disekolah entah karena ada kegiatan ekstrakurikuler ataupun sekedar bermain-main.

Laki-laki itu berjalan tegap dengan menatap lurus ke depan, tak ada minat sedikitpun untuk melirik pada beberapa kumpulan gadis-gadis yang sedang berbisik-bisik membicarakan nya. Memilih mempercepat jalannya menuju kantin untuk membeli minuman, ia sedikit haus setelah bangun tidur tadi.

"Bi minumannya satu" ujarnya pada salah satu penjual kantin yang masih buka.

"Iya sok ambil, goceng itu"

Ia berikan uang pas sisa istirahat tadi pada sang penjual, berterima kasih lalu pergi dari kantin.

"Nah ini jalan buat ke kantin, di depan sana kamu tinggal belok kanan" jelas pak Bagus, Kesiswaan yang bertugas mengarahkan para murid lama ataupun baru agar bisa menerapkan peraturan yang berlaku.

Anggukan Keiza berikan pada sang Guru yang sudah menemani nya berkeliling di sekolah baru nya itu. Namun samar-samar pandangannya menangkap siswa laki-laki yang keluar dari gedung kantin dengan rambut dan wajah yang sedikit basah.

Secara tak sengaja pandangan keduanya bertemu, diam beberapa saat namun si laki-laki dengan segera mengalihkan pandangannya.

Keiza tak sadar bahwa ia melamun melihat kepergian laki-laki itu hingga sang pemilik punggung tertelan tangga.

Sampai Pak Bagus yang melihatnya heran dan bergumam keras.

Sadar Keiza. Perempuan itu mengerjapkan matanya pelan berulang kali. Beruntung sikapnya yang kalem sangat bermanfaat saat keadaan seperti ini, ia tak ingin tertangkap basah melamun hanya karena melihat dan bertatap mata sesaat dengan laki-laki mata elang itu.

"Sudah hafal tata letak sekolah ini Keiza?" tanya Pak Bagus.

Berdehem gugup "Sedikit dari banyaknya gedung sudah Pak".

"Oke, besok kamu bisa langsung masuk kelas 12 MIPA 2, tahu kan dimana kelasnya?".

"Tahu Pak. Lantai dua, dekat tangga".

"Bagus. Yasudah kamu bisa langsung pulang, kebetulan Papi kamu barusan chat katanya Abang mu sudah menunggu didepan".

"Terima kasih Pak Bagus, kalo begitu saya izin pamit pulang" pamit Keiza.

"Ya, hati-hati Keiza" balas Pak Bagus.

Setelahnya Keiza berlalu menuruni tangga dengan berlari kecil, terbiasa dengan lantai bertingkat hingga ia bisa menuruni nya sedikit cepat.

Setelah berlari kecil menuruni tangga dan berjalan sekitar beberapa ruas meter menuju gerbang, akhirnya mata hitam pekat milik Keiza tertuju pada Bugatti Chiron Super Sport 300+, mobil milik David.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ARIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang