Bagian 26. End

12 0 0
                                    


Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Di sebuah taman yang cukup luas menjadi tempat berlangsungnya acara istimewa bagi  Uma dan Ali. Menjadi saksi terikatnya ikatan halal antara Uma dan Ali untuk selamanya. Dengan dekorasi serba putih membuat acara yang bertema outdoor ini terlihat elegan.

Kursi tamu undangan satu persatu mulai terisi pagi ini untuk menyaksikan acara akad yang akan berlangsung sebentar lagi. Saat ini Uma yang sudah dirias sejak jam lima pagi tadi hanya tengah menunggu di ruangan yang memang disediakan untuknya. Begitu pun Ali diruangan yang lain.

Gugup? Pasti. Cemas, takut, senang dan semua perasaan seakan bercampur aduk saat ini. Uma hanya terus menghembuskan napasnya untuk mengurangi ketegangannya, bahkan sejak tadi tangannya sudah berkeringat. Bagaimana tidak? Ini adalah hari penting dalam hidupnya, dan pastinya setiap calon pengantin akan merasakannya.

“Acara udah dimulai!” seru Risa antusias, wanita itu yang sejak tadi menjadi mata bagi Risa untuk melihat keadaan diluar. Padahal perutnya sudah mulai membuncit, tapi tetap saja masih lincah berjalan kesana-kemari.

“Jangan gugup! Serahin aja semuanya sama Allah, Dek!” kata Anna mencoba menenangkan Uma, sembari menggendong bayinya yang masih berumur 1 tahun.

“Iya, Kak.” Uma tersenyum, tetap saja masih terselip rasa gugup dalam hatinya.

“Ali udah mau Ijab qobul!” seru Risa lagi dari luar kamar.

“Dek, jangan lari-lari terus, ih! Kamu itu lagi hamil!” omel Fajar yang menyusul sang istri kedepan kamar Uma.

Anna dan Uma hanya tertawa kecil saat melihat wajah cemberut Risa setelah di marahi Fajar.

Suara pak penghulu yang terdengar karena menggunakan microfon itu membuat Uma dan semuanya mendadak diam.

Jantung Uma kembali berdetak dengan keras seakan ingin keluar dari tempatnya, tangannya pun sudah berkeringat dingin. Anna yang sejak tadi disampingnya hanya mencoba menenangkan Uma, meski Uma hanya tetap diam dan merapal dzikir dalam hatinya.

Tidak berbeda jauh dengan kondisi Ali, wajahnya memang tidak pernah lepas dari senyuman, tapi berbanding terbalik dengan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat.

Dihadapannya sudah ada pak penghulu yang dengan senyumnya mencoba menenangkan Ali.

“Sudah siap?” tanya pak penghulu. Dijawab anggukan oleh Ali.

Keduanya bersalaman, dan memulai ijab qobul dengan ucapan basmalah.

Dengan suara yang tegas dan lantang pak penghulu itu mengucapkan qobiltu “Ankahtuka wa zawajtuka bi ibnati Azzuma Inayah Putri Ni maharin emas 80 gram Haalan.”

Dengan yakin dan dalam satu tarikan napas, Ali mengucap "Qobiltu nikahaha Azzuma Inayah Putri Bi maharin mazkur halalan.”

Pak Penghulu menoleh kekanan dan kirinya, bertanya pada para saksi.

 ”SAH?”

Bukan hanya para saksi, seluruh tamu juga Anna, Risa dan Fajar bahkan ikut berteriak didalam ruangan Uma.

“SAH!”

“Alhamdulillah.”

Setelah mendengar kata ‘SAH' saat itulah Uma baru bisa bernapas lega. Kini hanya senyuman bahagia yang terbit diwajah ayunya. Kini dirinya sudah bukan lagi seorang wanita single melainkan seorang istri. Sudah berstatus istri dari laki-laki bernama Syahrali Akbar. Laki-laki yang ia harapkan mampu menjadi imamnya, mampu melindunginya, mencintai serta memenuhi semua nafkah lahir dan batinnya. Uma berharap cinta mereka bukan hanya cinta dunia, tapi juga sampai di akhirat.

AZZUMA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang