Bagi anak-anak, mendengarkan beberapa cerita dongeng sebelum tidur katanya dapat mendatangkan kantuk. Misalnya dongeng Putri Salju, Si Kerudung Merah, dan masih banyak lainnya. Setelah kantuk menyerang, tubuh kita akan terjatuh ke alam bawah sadar. Tak hanya itu, jika masih sulit untuk memejamkan mata, masih ada cara lainnya. Membayangkan sambil menghitung domba meloncat kesana kemari dari satu hingga ke angka sekian dan akhirnya terpejam kantuk.
Selamat malam dunia, aku rehat sejenak demi meluruhkan lelahnya diriku pada dunia hari ini. Ayo bersama menyambut sinar mentari pagi di esok hari, sekarang beristirahatlah yang nyenyak.
Di kediaman keluarga rumah Laras, tepat pukul setengah satu malam. Suara rengekan yang cukup keras membuat seisi rumah geming, tak mampu lagi untuk merebahkan otot-otot yang telah meregang karena lelahnya aktivitas yang sudah dijalani. Cara demi cara sudah Laras lakukan untuk membuat anaknya itu geming tak merengek lagi.
Laras mendesis kemudian, seraya merutuki kelalaiannya tadi selepas terkena air panas untuk menyeduh susu. Akibatnya rasa perih dan kemerahan menjalar di punggung tangan dirinya. Laras justru tak peduli dengan luka yang ada di tangannya. Kini, ia lebih takut mama mertuanya itu kembali mengomel karena mendengar isak tangis sang anak yang terlampau berisik.
Sudah berbagai cara Laras kerahkan untuk sang anak berhenti dari tangis nya, bukan nya mereda namun justru rengekan makin menjadi. "Mau kamu apasih! Berisik!" Laras berteriak sambil menekan botol susu tersebut hingga pembuat suara rengekan itu geming yang akhirnya tersedak. Ketimbang kaget, Laras jauh lebih lega melihat anak sulung semata wayangnya itu berhenti mengeluarkan suara bising meskipun harus terbatuk-batuk.
Tak lama, suara yang Laras anggap gangguan paling besar itu muncul kembali. Kali ini suaranya dua kali lipat jauh lebih besar. Rengekan itu datang kembali. Laras menelan ludah dengan susah payah, tubuhnya membeku untuk beberapa saat. Laras sudah tak mampu berpikir jernih.
"Laras!!" Teriakan itu membuat Laras geming, sepersekian detik tubuhnya langsung membawa ia bergemetaran.
Suara derap langkah kaki yang menuruni anak tangga kian membuat degup jantung Laras tercekat, ia kelimpungan untuk sementara. Laras menggigit ibu jarinya, bola matanya bergerak kesana kemari mencari sesuatu di setiap sudut ruangan. Iris nya menangkap sesuatu yang menarik atensi dirinya. Setelahnya, ia tertawa sumbang. Dengan langkah yang tergopoh-gopoh, ia ambil botol putih yang berisikan pil di atas meja nakas. Tanpa berpikir panjang, ia memasukkan beberapa butir pil obat tidur itu ke dalam mulut putra sulungnya.
"Tidur kek, mati sekalian!!" Laras menatap iris berair sang anak, Laras mengaku bahwa dirinya sudah gila.
Tak lama, benda asing itu masuk ke mulut yang Laras anggap pembuat kebisingan itu secara paksa. Obat itu bereaksi lebih cepat dari dugaan. Laras gemetaran hingga ia jatuh terduduk sebab kaki nya sudah tak tahan untuk menopang berat tubuhnya sendiri, sekujur tubuh Laras terasa lemas.
Apa yang sudah ia lakukan?
"Laras!" Laras alun alun menoleh pada sumber suara.
Dilihatnya paras wanita paruh baya tersebut menatap iris Laras yang sulit diartikan. Tatapan itu langsung menusuk indra penglihatan Laras.
"Maafin Jendra ya, Ma. Dia sedikit rewel tadi." Laras segera mengakhiri kalimatnya. Mendengar penuturan Laras, sang empu melipat kedua tangannya di dada.
"Sedikit doang kamu bilang?" Tatapannya terasa mengintimidasi. Atensi nya langsung beralih pada sang cucu yang tertidur pulas.
Laras menggigit bibir bawahnya. "Laras janji setelah ini suara Jendra ngga akan ganggu mama lagi." Finalnya mencoba meyakinkan sang mertua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat tidur, anak mama.
FanfictionDanaka Jendra berpikir bahwa dirinya hanyalah bagaikan selembar kapas yang menyerap rasa sakit dari jahatnya semesta. Sosok mama sudah lebih dari cukup sebagai plester luka nya, walaupun beracun, Jendra yakin penderitaannya akan hilang saat kembali...