Haii, jangan lupa voment yaaa ☹️🤍🤍
Feel the words on process, let's diving till the end 🍂.
.
.
.
.
.
.
."Ngapain kamu ada disini?"
"Dasar anak nakal!"
Angin sore kala itu berhembus menusuk tulang, dinginnya angin bagai menguliti tiap lapisan epidermis hingga bergidik ngilu dibuatnya. Sore itu, tepat dimana Cello memutuskan untuk kembali bolos-- tak pergi ke tempat les, tanpa sepengetahuan dirinya ternyata diam-diam Jendra turut membuntuti semenjak tadi. Namun tak lama atensinya surut, ia kehilangan jejak Cello yang sempat berada tak jauh dari pertigaan lampu merah, eksistensi Cello sudah menghilang dari pandangan Jendra. Jendra kehilangan jejak sang teman yang sempat diseret oleh Elios beserta kawanannya.
Suara sopran kini menusuk pendengarannya. Kini manik gelap itu mulai bergetar, saat Jendra mencoba mengedarkan pandangan pada sang lawan bicara. Nadi nya berdenyut lebih cepat saat Laras mencekal kuat pergelangan tangannya.
"Jadi.. begini kelakuan kamu, Jendra?"
Jendra geming. Awalnya ia sama sekali tak berniat untuk pergi bolos-- namun rasa penasarannya lebih besar untuk sekedar memastikan bahwa pernyataan Cello beberapa waktu lalu tersebut benar adanya. Jendra juga sempat tersentak kaget ketika tangannya merasakan sentuhan kasar dari sang mama, terlebih lagi ia kaget saat eksistensi Laras tiba-tiba saja muncul di hadapannya sekarang.
"G-gak ma.. mama salah paham, Jendra.. Jendra bisa jelasin.." Tangan Jendra praktis meraih tangan sang mama. Ia hendak menyalami tangan itu, namun dengan gerakan yang cepat dan kasar, ditepisnya tangan ringkih yang semakin kurus kering tersebut.
"Masuk ke mobil sekarang."
"M-ma.. Jendra bisa jelasin ma.."
"Masuk, sekarang!"
Sentakan Laras membuat Jendra praktis menurut. Ia sama sekali tak membantah perintah sang empu, bagaimana bisa Laras memergoki dirinya dengan keaadan yang sekarang? Entahlah, Jendra hanya berpikir bahwa hari ini adalah hari sial untuknya. Tak sadar, sepanjang perjalanan anak itu hanya fokus menatap ujung sepatunya seraya menggigit ibu jari dengan perasaan gusar yang terus-menerus menyelimuti hatinya sekarang.
Wah, mendung..
Sekarang lihat, seberapa tebalnya gundukan abu itu mulai mendominasi langit? Sebentar lagi, teriakan-teriakan itu akan menggema di penghujung langit, dan mulai menangis. Tangisan itu akan mereda seiring jatuh menghantam keras ke bawah tanah.
Pernah ada yang bilang, "Lebih baik menerobos hujan ketimbang berteduh. Walaupun sakit akhirnya, namun agar cepat sampai pada tujuan."
Jadi, lebih baik sakit sekarang dan berhenti bila dirasa sudah sampai di titik bahwa semua hal sudah usai sebagaimana mestinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat tidur, anak mama.
FanfictionDanaka Jendra berpikir bahwa dirinya hanyalah bagaikan selembar kapas yang menyerap rasa sakit dari jahatnya semesta. Sosok mama sudah lebih dari cukup sebagai plester luka nya, walaupun beracun, Jendra yakin penderitaannya akan hilang saat kembali...