07. putih biru 1

250 35 5
                                    

Feel the words on process, let's diving till the end 🍂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Feel the words on process, let's diving till the end 🍂

.
.
.
.
.

"Jendra!!"

Suara Marcello membuyarkan lamunan seketika. Semenjak beberapa menit berlalu, Jendra masih menatap langit dengan geming, menatapnya kosong. Tentu saja Cello khawatir, apalagi dia sudah tahu betul penyebab anak itu melamun cukup lama dipastikan tengah ada sesuatu.

"Eh, kenapa?"

Cello merotasikan bola matanya jengah, melihat tingkah laku Jendra yang akhir-akhir ini tak biasa. "Seharusnya gue yang tanya kaya gitu." Cello menghela napas panjang.

Lantas Jendra mengernyit. "Tanya apa?"

Gemas. Gemas sekali rasanya sampai-sampai Marcello ingin menendang tulang kering anak itu, Jendra pura-pura polos atau memang bego sih? Perasaan gondok sudah menggerogoti hati Marcello. Kemudian tangannya bergerak membuka resleting tas dan merogoh sesuatu disana. Hening tercipta, saat Jendra memilih untuk melamun kembali seraya menatap lembayung-lembayung yang mulai menggantung di langit sore hari ini.

"Dimana sih.." Gumam Cello, mengacak sembarang isi tas nya.

Pergerakan riuh sang teman mengundang atensi Jendra seketika. Cello itu memang anaknya tidak sabaran, bahkan jika mencari barang di depan mata saja tak pernah absen untuk marah-marah. Sudah seperti ibu-ibu, dia itu cerewet dan jago mengomel.

"Jangan marah-marah carinya, nanti gabakal ketemu."

"Ya kan ini lagi dicari! Setan ah, bikin kesel!!"

"Sabar, carinya pakai mata."

"Lo pikir gue carinya pake lubang pantat? Nih, bola mata gue hampir keluar!"

Jendra menggeleng pelan, sudah kesekian kali Marcello membuka tutup resleting tasnya, mencari di setiap kantong ransel yang kunjung tak ia temukan. Nihil, barang yang sedari tadi dicari mengkhianati jerih payah Marcello. Lantas Marcello mengacak rambut asal.

"Ah sialan! Tas nya minta banget buat gue bakar!"

Jendra terkekeh, melihat Marcello merengut memberi kesan pada wajahnya terlihat lebih lucu dari sebelumnya.

"Ngapain ketawa?" Sahutnya sinis.

"Coba inget-inget lagi. Ketinggalan gak di kelas?"

Penuturan Jendra sukses membuat Cello geming, dirinya tampak mengingat-ingat sesuatu. "Seinget gue terakhir di simpen di kolong meja deh, tapi gue yakin banget udah masukin ke tas."

"Kamu yakin?"

Cello mengangguk cepat. "Iya, tapi--"

"Tapi?"

Cello sempat menggantung kalimat terakhirnya, sebelum akhirnya ia mengingat sesuatu. Dia ingat, terakhir kali orang yang menyentuh 'kotak rahasia' miliknya itu hanya Wildan seorang. Sebelum pulang sekolah tadi, ia sempat menitipkan kotak itu pada Wildan, teman satu ekskul basket di sekolah.

Selamat tidur, anak mama.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang