10. take a diff way

264 39 11
                                    


Hallo? huhuhu sorry baru update lagi guys, soalnya aku lagi sibuk rl akhir-akhir ini ☹️Gimana kabar kalian? Semoga selalu sehat dan bahagia yaa🤍

jangan bosen buat kasih voment nya buat Jendra yaa 🤍🤍

Feel the words on process, let's diving till the end 🍂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Feel the words on process, let's diving till the end 🍂.

.
.
.
.
.
.
.
.

"Mas gak suka dibohongin kaya gini." Marvel menghela napasnya kasar, kejadian malam tadi masih membuat hatinya gusar tak karuan. Bagaimana tidak, siapapun tahu sekeluarga. Tidak ada yang namanya jam les pulang tengah malam seperti itu.

Beruntung saja Renald, sang Abang dengan berbaik hati membukakan pintu masuk untuknya, walaupun sempat Marvel mengamuk dan dihalau oleh Hajun malam itu. Ayah sebenarnya tak pernah marah jika anak-anaknya berbuat sesuatu. Bahkan ia memilih acuh dan membebaskan mereka untuk berbuat apa saja. Bisa dibilang, keluarga Andara tak ada tuntutan dari sang Ayah. Meskipun begitu, tidak dengan si sulung. Semenjak kecil, apalagi setelah kepergian sang Bunda tentu saja ia menuntut keras terhadap dirinya sendiri — bahkan kepada adik-adiknya.

Sebagai anak kedua, Renald mengerti. Kakaknya berbuat seperti itu pun pasti ada penyebabnya. Mungkin saja Marvel memberikan tuntutan kepada dirinya bersama adik-adik yang lain agar tak menjadi orang gagal suatu saat nanti. Marvel benci dipandang rendah oleh orang lain, sebisa mungkin ia selalu berusaha keras untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya.

Ayah malam itu tak berada di rumah. Entahlah, mungkin Ayah pergi mencari hiburan diluar sana? Atau — hanya melarikan diri dari tanggungjawab mengurus anak-anaknya? Sekarang, yang memegang kendali penuh di rumah itu adalah Marvel. Si sulung yang terkenal keras dan penuh tuntutan.

"Dengerin kata mas.. denger!!"  Suaranya tertahan, deru napasnya menggebu. Daksa nya masih Hajun tahan.

Suasana di rumah mendadak panas dan menegang kala Marvel kian meninggikan suara. Apalagi suara tersebut ia tujukan pada Marcello seorang.

"Kamu mau jadi orang gagal? Dasar gak tahu diuntung.. apa kata Bunda diatas sana, Cello?!"

"Kalau mau hidup jadi berandalan, lebih baik kamu jangan tinggal disini!"

"Hidup saja luntang-lantung kaya preman pertigaan disana!"

Marcello hanya menatap malas pada Marvel. Pulang ke rumah bukannya mendapat perhatian, ia malah mendapat makian dari sang kakak. Kata-katanya kelewat menyayat hati, telinga dan hatinya praktis memanas setiap Marvel menyebut-nyebut mendiang Bunda perihal kelakuannya. Renald dan Hajun memilih diam, selama Marvel tak main fisik pada sang adik.. mereka hanya akan geming, tak melawan setiap penuturan sang kakak.

Semenjak tadi, Marvel berusaha melepas panutannya dari sang adik, Hajun. Ia meminta untuk dilepaskan namun Hajun menggeleng tak setuju. Ia takut jika Marvel melebihi batas hingga main tangan pada si bungsu.

Selamat tidur, anak mama.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang