Hallo, apa kabar? Semoga baik-baik aja ya.. i'm glad to see you happy. So, jangan banyak sedih-sedih okay? Peluk jauh dari Jendra buat kaliannn 🤍
Pembaca yang baik tau caranya menghargai suatu karya, jangan lupa buat tekan bintang as vote.. dan komen juga biar aku semangat buat lanjutin karya ini! Thankyou!
Feel the words on process, let's diving till the end 🍂.
.
.
.
.
.
.
.
."Danaka, bangun." Laras mengguncang daksa anak itu yang tengah tertidur di tumpukan buku-buku tebalnya. Kesabaran Laras terkuras sudah saat Jendra tak bergeming. Sebagai respon, sang empu bergerak mengubah posisi tidurnya —— yang kini kepalanya bertumpu pada lipatan lengan di meja.
Laras menghela napasnya kasar, di detik berikutnya ia menghantam keras permukaan benda kayu tersebut hingga mengeluarkan bunyi yang nyaring. Sontak Jendra berjengit kaget dari bunga tidurnya.
"Eh, ayam.. ayam!!" Jendra mengurut dadanya sendiri, kaget bukan main sebab Laras yang memukul meja belajarnya secara tiba-tiba.
"Siapa bilang kamu boleh tidur?" Jendra mengucek matanya berkali-kali, memastikan objek yang ada di hadapannya sekarang bukanlah ilusi semata.
"Danaka Jendra, kamu dengerin kata Mama nggak, sih?!"
Kedua bola mata anak itu praktis membulat saat namanya disebut, siapa lagi kalau bukan sang Mama. Ia tahu betul jika Laras sudah memanggil namanya seperti itu tandanya ia berbuat kesalahan, dan siap untuk dihukum.
"Dengerin kok ma.." Masih diserang dengan rasa kantuk, Jendra mengalihkan pandangannya menuju sekumpulan buku pelajaran yang masih menumpuk.
"Tadi di sekolah pingsan?"
Mendengar nada bicara Laras yang sedikit melunak, ada sedikit kebahagiaan di dalam lubuk hati Jendra. "Iya, Jendra dihukum sama pak Darto tadi."
"Kenapa dihukum?"
"Dateng terlambat. Jendra dijemur di tengah lapang, terus ga sadar udah ada yang bawa ke UKS."
"Guru kamu kok gitu, sih? Telat aja harus sampai dijemur di tengah lapang."
Jendra tak dapat menyembunyikan sunggingan kecil dari mulutnya. Ini kali pertamanya Laras berbicara lembut memberikan perhatian pada dirinya. Netra Jendra berbinar seketika melihat iris gelap Laras.
"Soalnya pak Darto ——"
"Jadi kamu ketinggalan pelajaran, kan? Lain kali jangan telat. Rugi caranya kalau kamu kaya gitu."
Alun-alun senyuman di wajahnya perlahan pudar. Apa yang Jendra harapkan? Mama memberikan perhatiannya hanya untuk mementingkan nilai-nilai akademisnya di sekolah, diluar hal itu mana mungkin Laras peduli. Sudah tak heran lagi dengan Mama yang memperlakukannya seperti itu, lantas Jendra menghela napasnya sejenak, membuang segala sesak yang menyelimuti dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamat tidur, anak mama.
FanfictionDanaka Jendra berpikir bahwa dirinya hanyalah bagaikan selembar kapas yang menyerap rasa sakit dari jahatnya semesta. Sosok mama sudah lebih dari cukup sebagai plester luka nya, walaupun beracun, Jendra yakin penderitaannya akan hilang saat kembali...