Seorang remaja laki-laki tengah mengikat dasinya, memastikan kerapian seragam hari senin yang membungkus pas di tubuhnya.
Ia pergi melangkah menuju kamar yang berada tepat disebelah kamarnya. Tanpa mengetuk pintu ia memasuki kamar tersebut. Helaan nafas menunjukkan dirinya yang bosan melihat pemandangan didepan sana.
Kaki yang menjuntai lewat dari ranjang, selimut yang sudah tak tentu arah dan juga wajah yang tertutup bantal. Satu lagi yang membuat ia mendengus, ceceran bungkus makanan ringan berserakan di lantai. Ia bisa menebak jika semalaman si pemilik kamar begadang hingga pagi.
Satu-persatu bungkus makanan ia ambil lalu membuangnya ke tempat sampah yang berada di pojok ruangan.
Ia melangkah dan duduk disebelah tubuh saudarinya. Tangannya mengguncang tubuh yang masih terlelap itu.
"Bangun, sekolah, Dek." Lembut, Hiero membangunkan saudarinya itu dengan penuh kasih sayang.
"Nanti dulu, Bang. Helena masih ngantuk." Helenan menjawab dengan mata yang masih terpejam.
"Bangun sekarang, Dek. Abang gak mau lihat kamu berdiri didepan tiang buat hormat ke bendera." Ancam Hiero. Yap, pemuda itu adalah Hiero. Putra dari Naraka dan Linka.
Dan yang mulai duduk diatas ranjang sambil mengucek matanya adalah Helena, saudara kembar dari Hiero. Naraka dan Linka dikaruniai oleh dua anak kembar yang suka membuat mereka naik darah. Seperti sekrang.
"Helena, cepat turun atau uang jajan kamu akan Mama potong!" Teriak Linka dengan berlalu turun kembali ke lantai dasar.
"Tuh, denger kata Mama. Buruan atau kamu abang tinggal." Hiero berlalu keluar tanpa menunggu Helena beranjak dari ranjang.
"Abang, ih. Jangan ditinggal." Helena segera berlari menuju kamar mandi untuk bersiap.
Hiero turun ke lantai bawah membawa tas punggungnya. Ia meletakkan tas pada sofa ruang tamu lalu pergi menuju dapur.
"Morning, Mah." Sapa Hiero sambil mengecup pipi Linka yang tengah menyiapkan sarapan.
"Morning, dear." Balas Linka.
"Heh! Itu milik Papa. Siapa yang ngizinin kamu nyium wanita papa sembarangan." Sembur Naraka. Pria itu menatap tajam putranya yang mencium Linka tanpa permisi didepan matanya. Bayangkan didepan matanya, ia kan jadi cemburu.
"Sama anak sendiri cemburu, pantesan Mama kalo hangout selalu ngintilin." Cibir Hiero.
"Pagi semua, gelar red carped buat Princess." Teriak Helena yang baru memasuki ruang makan. Helena berkeliling mencium pipi satu persatu anggota keluarganya.
"Pagi Princessnya, Papa." Balas Naraka.
"Pagi sayang."
"Pagi dek."
Helena duduk disebelah Hiero. Linka mulai menyiapkan makanan untuk Naraka dan anak-anaknya.
"Selamat makan." Mereka mulai makan dalam hening. Naraka memang berprinsip untuk mengutamakan sehari entah itu sarapan atau makan malam agar satu meja. Memperkuat tali kekeluargaan mereka.
Naraka berdiri ketika menyelesaikan makannya. Ponselnya sudah sejak tadi berdering, sekretatisnya itu memang suka mengganggu acara kumpul keluarganya. Ia meraih ponslenya, "Iya, saya tau ada meeting. Berhenti mengingatkanku terus Alran atau gajimu bulan ini akan kupotong!" Kesal Naraka. Ingat Alran sepupunya itu tengah mengabdi pada Naraka menjadi sekretarisnya. Ini tak luput dari permintaan Linka, yang tak ingin sekretaris Naraka itu orang luar ataupun wanita.
"Papa pergi dulu. Yang rajin sekolahnya, terutama kamu nona muda Helena. Papa gak mau denger ada surat pangilan lagi datang ke meja papa." Naraka mencium dahi Helena dan Linka. Hiero anak lelakinya itu memang anti romantic, sejak memasuki sekolah menengah atas adegan mesra Naraka dan Hiero menjadi lebih jarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The H Twins (Selesai)
Teen FictionHiero dan Helena dua anak kembar yang tak bersama. Mereka bukan dipisahkan oleh rumah namun hanya kelas. Membuat banyak yang tak menyadari jika keduanya adalah saudara kembar karna tingkatan kelas mereka. Dan satu hal yang membuat mereka sulit perca...