dua

10K 305 5
                                    

Helena berjala bersama Gaia menuju kantin. Helena hanya memiliki satu sahabat yaitu Gaia. Bukan karna tak ada yang ingin berteman dengannya, itu salah besar. Bahkan banyak sekali atau tepatnya hampir seluruh angkatan ingin menjadi temannya. Namun semua itu hanya bohong, mereka tak ada yang tulus, semua hanya semata-mata ingin mengambil hati Hiero. Maka dari itu Helena membatasi para penjilat itu.

Setelah memesan makanan keduanya memilih duduk di kursi ujung.

"Gue pingin dah punya pacar, masak 16 tahun hidup gue masih menjomblo." Keluh Helena, ia juga ingin seperti yang lain bucin dan bulol.

"Emang lo bisa lolos dari Hiero. Yang ada lo kena marah abang lo. Mana sempet cowok-cowok deketin lo, yang ada baru maju udah kena pukul sama abang lo," balas Gaia yang menertawakan penderitaan Helena yang tak bisa memiliki kekasih.

"Tau, dah! Ngeselin banget, dia mah gak pernah jatuh cinta makannya kaku. Awas aja nanti gue mau pacaran sembunyi-sembunyi biar gak ketauan sama Bang Hiero."

"Gue bilangin abang lo ntar, gue gak mau lo salah cowo terus sakit ati. Pacaran gak cuma haha hihi doang, Hel." Nasihat Gaia.

"Lo mah gak asik, kayak Bang Hiero. Lama-lama gue jodohin juga kalian berdua." Sahabatnya itu memang mirip dengan Hiero kadang ia kesal dengan Gaia tapi cuma Gaia yang ia punya.

"Dih, ogah gue jadi saudara ipar lo."

"Loh, kenapa? Bang Hiero juga gak jelek-jelek amat malah tergolong cakep. Apa pelet Bang Hiero udah luntur, ya?" Helena menatap Gaia dengan pandangan yang tak percaya, bisa-bisanya sahabatnya itu tak tergoda dengan Hiero. Namun, ya, memang ini juga yang ia suka. Gaia tampak tak tertarik dengan Hiero.

"Gue ogah jadi saudara ipar lo. Lo, kan. Ileran, Hel." Tawa puas Gaia menyembur melihat wajah sahabatnya yang sudah masam seperti tomat.

"Sialan, lo." Helena dengan kesal melempar tisu ke muka Gaia.

"Udah, makan lagi, ntar keburu masuk." Keduanya kembali melanjutkan sesi makannnya.

Hingga kursi sebelah Helena yang kosong tiba-tiba terisi oleh seorang siswa dengan kelas akhir.

Gaia melebarkan matanya saat mengetahui siapa yang duduk disebelah Helena. Mampus pasti itu cowok, kalo sampai Heiro tau siswa itu berada didekat Helena.

"Pagi cantik," sapa cowok itu.

Helena mendongak, menatap kesamping.

"Berisik Kak Regan," balas Helena kesal.

Regan malah terkekeh, bukannya memakan makanan yang dibawa pria itu menyangga dagunya dan mengamati Helena yang tengah menyantap makanannya.

"Mata lo dijaga, kalo ketauan Hiero bisa dicolok tuh mata." Gaia mendesis kesal. Namun peringatannya hanya dianggap angin lalu oleh Regan.

"Helena, gue keknya jatuh cinta pada pandangan pertama sama lo," ucap Regan tiba-tiba.

Uhuk..

Suara batuk dari Gaia yang kini sudah memukul dadanya karna tersedak air minum. Wah, emang Regan udah gak sayang hidup.

Helena melirik sekilas tak terganggu lalu kembali makan.
"Buaya," cibir Helena.

"Apa? Buaya? Gue emang buaya yang lagi cari pawang. Lo mau jadi pawang gue?" Kembali godaan Regan berikan pada Helena.

"Mampus lo, Hiero kesini," gumam Gaia yang melihat langkah lebar Hiero kearah meja mereka.

Cowok yang menjadi saudara kembar Helena sudah berdiri dibelakang Regan. Tangan Hiero dengan ringan menarik kerah belakang Regan hingga pria itu terjatuh ke lantai. Hiero tanpa peduli menduduki tempat Regan.

"Akhh, sialan lo!" Tunjuk Regan yang sudah berdiri.

Hiero memandang sekilas, "Jangan deketin adek gue! Mending lo pikirin absensi lo yang bolong terus! Gak malu sama absensi yang bolong?" Ejek Hiero. Ia memang selalu protektif terhadap Helena. Saudarinya itu terlalu naif soal cowok. Helena memang pemalas dan hobi bolos namun ia sangat bodoh tentang hati dan cowok, Hiero bisa menjamin hal itu.

"Cih, cowok yang hobi jilat kaki guru emang suka ngatur hidup orang. Gue gak ada urusan sama lo! Lo cuma abangnya, gak usah sok ngatur." Regan bukannya menyingkir malah kini memantik api pada Hiero. Apa cowok itu bodoh hingga tak sadar jika menyinggung Hiero bisa mempersulit restu dalam mendapatkan Helena.

"Gue balik dulu, bang. Brisik banget ganggu orang makan." Helena sudah berdiri tanpa menunggu balasan. Ia mengajak Gaia pergi dari keributan Regan dan Hiero.

Hiero ikut berdiri dan berbalik menatap Regan dengan tajam. Ia tau dan hafal siapa Regan.

Naregan Argatama, siswa yang bermasalah, Hiero memang selalu tak suka dengan siswa yang hanya bisa membuat jelek nama sekolah dengan dalih menimmati masa sekolah. Menikmati atau merusak masa depan sendiri memang tak beda jauh. Regan terkena dengan biang rusuh, mabuk, bahkan Regan juga terkenal dengan perkumpulan anak-anak brandal.

"Sekali lagi gue lihat lo deketin Helena lagi, habis lo!" Hiero pergi dari hadapan Regan. Mengurus Regan hanya menghabiskan waktu saja.

Regan menatap Hiero dengan culas. Ia tak akan gentar hanya karna ancamam kosong Hiero. Cowok kacung guru itu bukan levelnya.

Cowok itu memilih berlaih pada para sahabatnya yang berada di meja ujung. Sorakan ejekan terdengar dari para sahabatnya.

"Udah gue bilang, Hiero galak, lo, sih. Pake deketin adeknya."

"Mamam tuh, mau dihajar Hiero."

"Mundur, Gan. Benteng lo Hiero."

Tawa dari para sahabat yang mengejek Regan. Cowok itu memilih duduk tanpa terusik dengan semua ejekan.

"Lihat aja gue bakal dapetin Helena. Inget itu dalam otak kalian semua," ucap Regan dengan percaya diri.

"Waduh, gak bahaya tah."

****

"Ketebak, kan, ujungnya. Hiero pasti ngamok sama tuh cowok." Gaia memulai pembicaraan kembali saat keduanya sudah duduk di kursi kelas.

"Udah, sih. Lagian gue gak minat sama Regan."

"Jangan sampai jilat ludah sendiri," balas Gaia.

Helena hanya mengedikkan bahu, ia memang belum pernah didekati dengan intensive oleh cowok. Jadi ia juga tak tau seberapa kuat hatinya nanti.

"Gue juga gak tau, siapa tau nanti gue jatuh hati sama, gak ada yang tau masa depan," gumam Helena.

"Semoga, enggak deh. Gue lihat Hiero benci banget sama Regan kayak punya dendam kusumat."

"Lo, kelihatan tau banget soal Bang Hiero." Helena memicing menatap Gaia dengan curiga.

"Apaan, sih, enggak ya. Gue cuma nebak." Suara Gaia terkihat grogi meski masih tenang.

"Nih, minum." Hiero meletakkan sekotak jus apel kesukaan Helena. Setelah niatnya tersampaikan Hiero keluar tanpa menunggu ucapan terima kasih.

Helena mengedik, ia menusuk jus itu lalu meminumnya dengan senang hati. Hiero memang tau apa yang ia inginkan dan butuhkan.



***

Jangan lupa tinggalkan jejak!

Gimana bab 2 menurut kalian?
Kalian dukung Hiero atau Regan?

Follow ig : @ minniemalies
Tiktok : @minniewine
Karyakarsa : @minniewine

The H Twins (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang