31 : Ingkar Janji

167 16 1
                                    

Mentari indah yang terus nampak cerah saat sang awan biru ikut mengiringi suasana di sekitaran apartemen, suara kicauan burung mulai bersahutan tak menentu dan di tambah lagi angin dingin yang makin bertiup kencang seakan ingin merombak isi dunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mentari indah yang terus nampak cerah saat sang awan biru ikut mengiringi suasana di sekitaran apartemen, suara kicauan burung mulai bersahutan tak menentu dan di tambah lagi angin dingin yang makin bertiup kencang seakan ingin merombak isi dunia.

Kini heyra sedang menatapi riasan simpel untuk menemui pemuda yang akan Elvio temui.

Sebenarnya heyra takut mengajak Elvio bertemu dengannya. Jelas saja, kalau pemuda itu bukan adik-nya, melainkan hanya saja mirip.

Heyra sudah memberi tahu Elvano tadi malam agar mendatangi Cafe yang kemarin mereka datangi. Alasannya, heyra ingin bertemu dengan Tasya. Tak perlu basa basi, dia pun langsung menyetujui.

Heyra menggunakan Sweter berwarna Cream dan juga rok yang berwarna baby pink, warna kesukaannya sejak lama. Lalu ia menggoreskan sedikit lipbalm agar tidak terlalu pucat, dan itu membuatnya sudah merasa lengkap.

Heyra bergegas mengambil tas selempang yang biasa ia pakai. Dirinya yakin bahwa Elvio pasti sudah menunggu di bawah dengan raut wajah yang kesal. Sebab heyra berdandan sedikit lama.

Heyra menuruni tangga dengan hati-hati, lalu menemui Elvio yang sudah memakai pakaian Casuall, seperti biasa, terlihat cukup sempurna dan tampan. Dia sedang memunggungi heyra. Pria itu tak tahu, bahwa heyra akan berjalan kepadanya. Ia pun mencolek lengannya agar menoleh ke arahnya.

Elvio menoleh, manik matanya melihat ke rok yang gadis di hadapannya itu pakai.

"Kenapa rok-nya pendek sekali?" Elvio menghela nafas. "Ganti atau tidak berangkat sama sekali?" Lanjutnya ketus.

Heyra tertegun dengan ucapan Elvio yang sangat berlebihan ini. Langsung saja ia menggeleng samar. "Ini tidak pendek!" jawabnya singkat. Setelah mengucapkan itu, heyra bisa melihat raut wajah Elvio yang kesal.

"Terserah kamu saja!" dinginnya sambil meninggalkan gadis itu yang masih terdiam.

"Dasar, pemarah!" lanjut heyra sambil mengikuti langkah Elvio berjalan menuju pintu depan.

꒰‧₊˚Dear V´°꒱

Dentingan lonceng yang berada di atas pintu masuk membuat Elvio selalu melirik ke arah pintu. Hyera pun sama, matanya tak lepas dari suasana Caffe yang mulai ramai tidak seperti biasanya.

Sudah hampir dua jam, Elvano tak datang. Dan itu membuat Elvio yang menunggunya semakin geram. Tidak ada tanda-tanda pemuda itu datang ke Caffe yang Hyera sudah beri tahu.

Hyera bahkan sudah menyepam chat beberapa kali dan menelponnya, tetapi tak ada balasan dan juga Handponenya berdering sedang sibuk. Kemana pemuda itu, sungguh Hyera tidak suka orang yang ingkar apa lagi membuatnya sudah menunggu lama seperti ini.

Dia berharap Elvano cepat datang.

Lamunannya buyar ketika suara notifikasi teleponnya berbunyi dan langsung dia menggeserkan tanda hijau dan menempelkannya di telinga.

Dear V ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang