07 : 100 Hari?

3.8K 335 76
                                    

Hyera masih berjalan di sekitaran jalan kota, dia memilih makan terlebih dahulu sebelum dia berada di apartemen Elvio, karena sudah dipastikan Elvio pasti akan menyisakan makanan bekasnya dan menyuruh Hyera memakan makanan bekas dan itu tepat di p...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hyera masih berjalan di sekitaran jalan kota, dia memilih makan terlebih dahulu sebelum dia berada di apartemen Elvio, karena sudah dipastikan Elvio pasti akan menyisakan makanan bekasnya dan menyuruh Hyera memakan makanan bekas dan itu tepat di piring yang sama pula.
Kau pikir Hyera hewan, hah?!

Rasa tegang mulai menyeruak masuk dalam dirinya, sesekali dia melirik sekitar tepi dan tak banyak orang berlalu lalang di sini. Mengingat bahwa malam ini dikabarkan akan terjadi badai.

Satu, dua, tiga detik terus berjalan dengan eloknya, mengiringi setiap jejak langkah Hyera untuk kembali menuju apartemen milik sang suami.

Semiliran angin kembali menabraknya lagi, di jauh sana dari tempatnya, dia bisa melihat reaksi kedua sosok orang yang tengah tersenyum bahagia, saat sosok yang tua itu memberinya sebuah boneka manis pada anak kecil disampingnya.

"Ayah..." ucap Hyera lirih.

Hyera masih diam, diantara benaknya hanya ada satu sosok didalam sana, yaitu ayahnya sendiri.

Tak sadar dia tersenyum miris disana melihat kejadian itu, sungguh suatu kebahagiaan tersendiri baginya, meskipun bukan dia yang berada di posisi anak kecil itu.

Seketika sosok tak terlihat mendadak saat satu bus melewatinya, membuatnya tak bisa lagi melihat sosok itu, saat bus sudah melintas, dua sosok yang sejak tadi ditatap dalam hitungan detik saja telah menghilang.

Sempat ingin berbalik badan dan melanjutkan jalannya namun terhenti saat satu sosok lagi telah membuatnya hilang kendali.

"Naura? Dan siapa lelaki itu?!"

Hyera Makin penasaran, saat melihat pria bermasker hitam itu malah menggenggam kedua saku Naura, sambil melacak saku celananya.

Matanya melotot, seketika Hyera sadar, bahwa benda besi berisi peluru itu sudah berada di tangan sang pria. Siapa dia?

Hyera berkali-kali memberanikan diri untuk memanggil Naura, namun naas, dirinya takut jika menyangkut hal ini. Kalian tahu bukan, penyebab ayah Hyera meninggal dunia, iya... Dengan peluru pistol, dan ini sungguh membuatnya trauma jika menyangkut dengan pistol tembak.

"Naura- hmmph.." teriak Hyera meleset saat satu tangan sudah memekiknya dan menyeret lengan Hyera agar segera pergi dari tempat tersebut.

"Yak! Lepaskan aku! Siapa kau, hey! Tolong.. Dia ingin menculikku ya Tuhan! Lepas! Jika tidak.."

"Berisik sekali.. Ahh! diam bodoh, kau ingin mati, hah?!" jawab pria itu membawa Hyera ke gang kecil yang semakin sepi.

"Diam kau disini! Tak ada guna nya aku menculikmu!!"

"Lalu kau mau apa, hah?!" jerit Hyera makin kencang berharap ada seseorang yang akan menolongnya.

"Aishh! Ku bilang jangan berisik!" bentak pria itu sambil memperhatikan setiap gerak-gerik dua insan disana.

Dear V ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang