Prolog

301 28 0
                                    

"Hah"

Mata lentik dan cantik itu langsung terbuka dengan nafas terengah-engah. Bulir keringat bercucuran di dahinya. Entah apa yang terjadi, namun dirinya masih bisa hidup sekarang ini.

Peristiwa sebelum ia kehilangan nyawanya adalah karena ia mengidap gagal jantung. Dimana ia akan merasa dadanya sakit tak terkira. Seakan ada sebuah tangan yang meremas jantungnya sampai ia tidak tahan dengan rasa sakitnya.

Melihat sekeliling dimana ia berada sekarang. Rumah usang dan reot yang menurutnya tidak layak untuk di tinggali. Apalagi dengan lantai yang tidak terlapisi lantai keramik dan hanya menampilkan tanah tidak beraturan.

Kemudian lampu minyak yang menggantung di bilik ruangan itu. Gadis itu mengernyitkan dahinya bingung dimana ia berada sekarang. Berjalan keluar dengan perlahan karena kondisinya yang masih lemas.

Melihat sekeliling dan menyadari bahwa kondisi rumah ini benar-benar buruk sekali. Di kehidupan sebelumnya, ia adalah seorang nona kaya raya dan sekarang malah terdampar di tempat yang menurutnya tidak layak untuk ia huni.

"Nak, kamu sudah sadar?!" seruan itu membuat ia segera melihat ke arah pintu masuk. Di sana ada seorang wanita paruh baya dengan memakai baju lusuh yang kotor.

"Ya ampun, akhirnya kamu sadar juga. Ibu khawatir waktu malam kamu demamnya tinggi sekali" lanjut wanita itu sambil menuntun gadis itu untuk duduk di kursi rotan yang kelihatan seakan hampir rapuh itu.

"Ameera, sekarang apakah kamu masih merasakan sakit?" tanya Ibu itu.

"Ah iya. Sudah sedikit membaik. Ibu nggak usah khawatir, cuman masih lemas, kok." jawab Ameera. Gadis yang baru lulus SMA itu baru saja mengalami demam tinggi tadi malam. Keluarganya tidak mampu untuk sekedar membawanya ke rumah sakit.

Ameera baru berusia 17 tahun saat ini. Ia anak ke dua dari tiga bersaudara dan hanya ia anak perempuan satu-satunya di keluarga itu.

Bapak Ameera sedang bekerja di ladang milik keluarga mereka dengan di bantu oleh Felix kakaknya. Ibunya baru pulang setelah mengantarkan makan siang ke ladang. Sedangkan adiknya, Alvin, di titipkan di rumah saudara perempuan Ibu.

Yang tidak Ameera sangka ialah, ia kembali hidup di tahun 1990-an. Padahal dulu ia adalah gadis modern dengan hidup serba berkecukupan. Sekarang dirinya kembali hidup di desa terpencil yang sangat miskin.

*****

Ini waktunya aku ambil tahun 1990. Aku nggak terlalu tau kondisi di tahun segitu kayak apa. Jadi mohon maklumi karena keterbatasan pengetahuan aku dan juga keterbatasan kemampuanku juga.

Aku terinspirasi ceritanya dari beberapa cerita di Fiz*o. Kalo disini dominan yang time travel kan cewek yah, nah kalo di aplikasi itu dominan cowok.

Enjoy bacanya yah. Projek cerita aku yang ini aku bikin karena ide alur lagi mengalir.

Life In 1990Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang