2 : Memancing Ikan dan Ide Baru

136 28 0
                                    

Setelah jam 2 siang, Ameera meminta Felix membuatkan alat pancing dari bambu. Ameera juga membawa tali tipis yang ada di rumahnya. Berikut juga dengan jarum untuk menjadi kailnya.

Kini Felix dan Ameera sedang berada di pinggir sungai. Sedari tadi Ameera sedang merakit alat pancing sendiri. Felix hanya menatap sang adik penasaran dengan apa yang dilakukannya.

Alat pancing sederhana yang Ameera rakit sudah jadi. Kini ia berjalan mencari tanah yang sekiranya cacing ada di sana. Ia mulai menggali sedikit dan ada banyak cacing lumayan besar-besar di sana. Ia agak merinding sekaligus jijik.

"Kak, tolong ambilin cacingnya hehehe," pinta Ameera. Ia juga mengambil selembar daun talas kecil untuk menjadi wadah si cacing dan juga segumpal tanah. Felix hanya menuruti apa yang adiknya mau.


Setelah itu mereka kini berada di pinggir sungai untuk memancing. "Dek, emang cacing buat apa sih? Dari tadi kakak heran kamu mau buat apa," Felix bertanya karena sangat penasaran dengan yang Ameera lakukan.

"Ya buat pancingan ikan kak. Cacingnya aku buat jadi umpan. Nanti pasti kita bakal dapet banyak ikan deh," jawab Ameera dengan yakin.

"Lho, emang bisa?" Felix bertanya dengan tidak yakin. Ameera hanya tersenyum menatap kakaknya.

"Udah kakak percaya aja sama aku. Oh ya kak, tolong tusuk cacingnya di ujung jarum yah," Ameera menyerahkan ujung kail kepada Felix. Melihat cacing yang ia dapat membuat ia tidak ingin menyentuhnya.

Sesudah cacing di pasang, Ameera mulai melempar talinya ke sungai. Menunggu 3 menit, alat pancing yang ia pegang akhirnya mulai bergerak. Ia mengangkat pancingannya dan ada ikan di ujung pancingannya.

Felix bahkan tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Ikan itu mungkin sekitar 4 pon beratnya. Yang lebih tidak ia percaya adalah ikan itu terasa gampang sekali untuk di dapatkan. Felix menatap berbinar adiknya. Jika begini keluarganya bisa makan enak.

Bagi orang di desa, ikan sudah menjadi makanan mewah. Dan karena Ameera menemukan cara menangkap ikan membuat Felix jadi ingin untuk memancing ikan juga.

"Wah beneran bisa dapet ikan dek. Kakak juga mau coba kalo gitu," Felix dengan semangat ingin mencobanya juga. Setelah ikan itu di simpan di ember usang, Ameera mengajarkan Felix untuk memancing.

Felix dengan sabar menunggu umpannya di makan ikan. Beberapa menit kemudian pancingannya mulai bergerak menandakan si ikan memakan umpannya. Felix dengan semangat menarik alat pancingnya. Alat pancing itu sangat berat sampai ia berpikir apakah mendapatkan ikan yang sangat besar.

Ameera menyemangati Felix. Tapi kekecewaan menghampiri Felix begitu mengangkat pancingannya. Di umpan itu terdapat lobster kecil.

"Kok malah itu sih," Felix menghela nafasnya kecewa. Berbeda dengan Ameera yang menatap berbinar lobster kecil itu.

Di desa mereka, hal seperti lobster maupun udang tidaklah bermanfaat. Selain ikan, mereka juga tidak tahu cara mengolahnya.

"Wah kak itu lobster kecil. Hebat kak," puji Ameera dengan senang.

"Dek, lobster itu gada gunanya," sukar Felix dengan sedih.

"Eh, kakak jangan salah. Lobster kecil itu bisa kok di olah jadi makanan enak," Ameera menghibur kakaknya yang kelihatan sedih itu.

"Emang beneran bisa di olah?" tanyanya penasaran.

"Iya. Tapi, banyak ga lobster kecil kayak gitu?"

"Wah beneran dek? Banyak kok. Tapi karena ga tau cara ngolahnya, makanya lobster kecil jarang banget di ambil," Felix kemudian tidak berkecil hati lagi mendengar ucapan sang adik.

"Banyak anak-anak juga yang suka mancing di sini tapi dapetnya lobster kecil atau udang. Tapi ya gitu karena ga tau cara ngolahnya, makanya jarang di ambil," lanjut Felix.

Mendengar penjelasan Felix, membuat Ameera mendapatkan ide untuk peluang bisnis yang baru. Ia tersenyum dalam hatinya. Ia tidak menyangka, di jaman ini banyak sekali peluang untuk mendapatkan uang.

"Kalo gitu, tangkap yang banyak kak. Kita bisa makan enak nanti," sahut Ameera dengan riang. Felix mengangguk dengan semangat. Tidak apa. Masih ada waktu untuk menangkap ikan yang lain.

Beberapa saat kemudian, ember mereka penuh dengan ikan, lobster kecil dan juga udang-udang yang lumayan besar. Ini benar-benar keberuntungan bagi Felix.

Keluarga mereka biasanya hanya bisa makan kentang rebus, ubi manis rebus dan juga jagung rebus. Hari ini keluarganya akhirnya bisa makan ikan. Dimana ikan sudah merupakan hal yang langka di desa mereka.

"Oh iya. Kita bawa pulang aja Alvin di rumah Bibi Sarah. Sekalian kita juga kasih Bibi beberapa ikan kak," usul Ameera.

Felix mengangguk. Adik bungsu mereka pasti senang bisa makan ikan. Mereka mulai bersiap untuk pulang. Langit juga semakin sore.

Di perjalanan hanya ada keheningan. Ameera sekarang sedang memikirkan berbagai olahan apa yang akan ia masak dengan hasil tangkapan mereka.

****


TBC...

Life In 1990Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang