Sigit menghembuskan nafasnya berat, ia melemparkan kerikil kecil di tangannya ke tengah kolam. Sudah berhari-hari Sigit menunggu sekelompok musuh Keylo itu untuk datang lagi. Mereka mungkin datang, tapi selalu tanpa Gilang.
Sigit frustasi, ia tak tau letak sekolah Gilang berada. Dava, cowok itu sama sekali enggan di bujuk. Ia takut Sigit membawa perkara, padahal kan Sigit cuma ingin menyapa saja.
Dava yang memperhatikan di belakang hanya bisa cemberut. Sigit menolak berbicara padanya karena hal itu. Sigit itu batu, apapun yang ia mau harus di turuti. Hal itu yang membuat Dava kadang merasa kesal.
"Git.." Dava memanggil, pemuda itu melangkahkan kakinya mendekati Sigit. Sigit bergeming, ia menarik tubuhnya menjauh.
Ya kalo sudah begini, Dava hanya bisa mengalah pasrah.
"Gue kasih tau jalannya deh.." ucapnya lesu, Sigit sumbringah pemuda itu menoleh kearah Dava dengan raut wajah cerah.
"Dari tadi kek."
Dava tersenyum miris, ia menjelaskan arah lokasi sekolah Gilang berada. Sigit hanya mengangguk, ia meregangkan otot-otot badannya yang terasa pegal karena terlalu lama duduk.
"Gue mau kesana." Ucapnya mantap, Dava menghembuskan nafasnya pasrah. Entah ini benar atau tidak, selama Sigit tidak merugikannya, Dava hanya bisa menurut pasrah.
"Ayok.."
***
"Jadi ini sekolahnya?" Ucap Sigit sembari menatap luas kearah sekitar, Dava mengangguk. Cowok itu mendudukkan tubuhnya di samping pohon.
"Bentar lagi dia pulang kayaknya."
Sigit menoleh kearah Dava, ia melangkahkan kakinya mendekat dan duduk di sebelahnya.
Sudah hampir 2 jam mereka menunggu di seberang jalan. Sudah selama itu juga Sigit memperhatikan setiap orang yang masuk dan keluar dari gerbang. Dava heran, kenapa pemuda itu begitu tertarik dengan orang bernama Gilang. Meskipun ia dan Gilang satu sekolah dulu, tapi Dava sama sekali tak mengenal Gilang.. mungkin karena Dava anak pindahan, jadi ia tidak terlalu mengenal semua orang.
"Gilang itu temen lu?" Dava bersuara, ia sedikit penasaran dengan sosok Gilang. Apa yang terjadi dengan Sigit dan Gilang sampai-sampai mereka berjauhan seperti ini. Banyak tanda tanya di otaknya, tapi Dava enggan..
Ia enggan menanyakan semua hal kepada Sigit. Karena sifat Sigit yang pemarah dan mudah tersinggung, membuat Dava sedikit berhati-hati saat berucap.
Sigit terdiam, ia tak menjawab pertanyaan Dava sama sekali. Sudah Dava duga dia akan di abaikan, Sigit itu rumit! Ia terlalu rumit untuk Dava mengerti.
"Gue kenal Gilang sewaktu SMP.." ucap Sigit pada akhirnya, matanya terfokus saat seorang pemuda dengan jaket hoodie oversize keluar gerbang di iringi 2 orang di belakangnya.
Itu Gilang! Cowok itu Gilang!
Sigit tersenyum, ia menatap Gilang dari kejauhan. Gilang sedang mengobrol dengan Kevan dan Randy, obrolan hangat yang membuat Sigit merasa iri.
Ia iri karena hubungan mereka tak sedekat dulu lagi, meskipun semua itu karena ulahnya sendiri.
"Ayok balik.." ucap Sigit kemudian, Dava mengerutkan keningnya heran.
Ia menunggu 2 jam hanya untuk melihat Gilang pulang?
"Gitu doang?" Ucap Dava tak puas, Sigit mengangguk. Ia berjalan kearah motornya, membuat Dava mau tak mau menurut dan mengekorinya.
Dava tak habis pikir, segabut itukah Sigit sampai-sampai dia rela mengorbankan waktu 2 jam nya hanya untuk melihat cowok itu pulang. Dava sudah tau dari dulu kalau Sigit itu aneh, tapi baru kali ini ia melihat Sigit tertarik dengan seseorang. Terlebih lagi, orang itu cowok sama seperti dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonis [ON]
Teen FictionDunia bisa merebut segala hal dariku, tapi tidak denganmu. Hanya kamu yang aku miliki untuk saat ini, nanti, hingga seterusnya. Bahkan jika tuhan merebutmu paksa dariku, aku akan tetap mengikutimu. Karena hanya kamu, satu-satunya orang yang memahami...