***
Hai! Apa kabar?
Aku nulis ini sambil senyum-senyum sendiri sih.
Semoga kalian juga ya!
Happy Reading!
***
Seperti yang ia mau semalam, kami kini sudah berada di pintu masuk sebelah utara Pasar Beringharjo. Bagi beberapa orang mungkin tempatnya kelihatan kumuh dan kotor. Tapi menurutku di sini, kita bisa melihat keramah-tamahan yang jadi ciri khas Jogja.
Pasar Beringharjo kalau dilihat dari depan emang isinya baju-baju aja. Tapi kalau masuk sampai ke belakang, bakal menemukan semacam foodcourt jadul. Masih banyak pedagang yang menggunakan kayu bakar atau tungku sebagai perlatan masaknya. Ini yang menurutku membuat masakannya lebih sedap.
Seperti biasa, si tukang SKSD ini dengan PDnya melenggang masuk sambil menyapa beberapa pedagang yang sibuk bakar sate kere.
"Nuwun sewu pak," ujarnya sambil menunduk.
Tutur katanya yang sopan dibalas senyum juga oleh beberapa penjual di sini. Ia lanjut menghampiri warung bertuliskan 'Depot Bu Jum'.
"Assalamualiakum Bu Jum," sapanya membuat empunya sedikit terkaget.
"Waalaikumsalam," balas Bu Jum. Ekspresinya persis sama seperti Pak Roto. "Sinten, nggih?" (1)
Kerutan di dahinya membuat aku tersenyum. Jelas lah lupa, selain memang sudah amat sangat lama, usia Bu Jum memang sudah tidak lagi muda. Terlihat dari keriput yang menghiasi wajah cantiknya.
"Narendra sama Sahara, Bu," balasku. Bu Jum sontak terkaget dengan mata yang melebar. "Ee.. ya gusti! Iki Mas Naren sama Mbak Ara yang kuliah itu, to?"
"Nggih, bu." Narendra membalasnya dengan hangat dan sopan. Lantas memeluk Bu Jum.
Bu Jum ini pembawannya sangat hangat dan keibuan. Makanya Narendra sendiri gak ragu untuk segera memeluk beliau. Pokoknya meskipun tempat ini terkesan kotor, suasana di dalamnya seperti kepulan asap yang memenuhi ruangan ini. Hangat.
"Masyaallah, Le," beliau membalas pelukan Narendra dengan tangan yang saling menepuk punggung Narendra. Bu Jum bahkan sempat menyerka air matanya yang menetes.
Posisinya berubah menatapku, lalu melepas pelukan Narendra dan beralih memelukku. "Apa kabar kalian?" ujarnya setelah melepas pelukan.
"Alhamdulillah sehat, bu."
"Sudah menikah, to? Kok Ibu ndak di undang?" tanyanya mirip seperti dugaan Pak Roto.
Kali ini aku menekan jemari Narendra kuat, sebagai isyarat untuknya diam dan biar aku saja yang menjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMEBACK MANTAN [TAMAT]
Literatura FemininaNarendra, N nya itu NEKAT meski ditolak Ara berkali-kali dan kena sembur tiap ngajak deket lagi. Mantan yg tiba-tiba datang saat duo admin lambe turah keluarga hangat mencibir masa lajang Ara yang beranjak 30 tahun ini. "Lo sampai kapan, sih mau de...