Berbicara tentang hidayah. Allah selalu punya caranya tersendiri untuk menurunkan hidayah tersebut pada seseorang. Yang pasti ketika kamu merasa hidayah itu mulai datang, maka jangan kamu lewatkan. Karena mungkin hidayah itu tidak akan kembali datang dan membiarkanmu tetap tesesat.
*
****
Malam mulai membentang. Lampu-lampu jalan dinyalakan. Dari tempatnya berdiri, Sheza melihat pesona lampu kota yang tampak seperti bintang-bintang di langit. Cahayanya seolah menantang binarnya sang raja malam. Sudah dua puluh menit Sheza menikmati pekatnya malam. Ditemani keheningan yang merajai, suasana senyap yang mendominasi, membuat Sheza semakin terlena. Di keheningan seperti ini, membuat dadanya sesak, rasa benci, penyesalan, ketakutan, bergumul menyatu dalam dadanya.Sheza terus menikmati rasa itu, rasa yang bahkan dia tidak pernah rasakan sebelumnya. Rasa yang menggerogoti jiwanya secara perlahan. Sheza memejamkan kedua matanya. Semilir angin malam menyentuh kulit wajahnya yang pucat pasi, membuat rambut hitam panjangnya yang tergerai bergerak. Dia mengingat bagaimana kemarin kejadian yang membuatnya hingga seperti kehilangan arah bisa terjadi.
Otaknya merekam dengan jelas ketika seorang pria hitam bertato naga menyeretnya ke toko yang tidak berpenghuni, memperlakukannya dengan kasar. Meski saat itu dia melawan dengan kemampuan bela dirinya tetapi tetap saja kalah dengan tenaga pria keji itu. Sehingga terjadilah Sheza yang diperlakukan seperti hewan, disetubuhi dengan brutal sampai saat itu Sheza berharap malaikat Izrail datang menjemputnya. Dan, setelah satu jam dirinya hancur lebur, Sheza ditinggalkan begitu saja. Ketika itu, Sheza tidak lagi mempunyai kesempatan untuk menangis meratapi takdirnya. Sheza dengan cepat merapikan pakaiannya, kemudian berjalan dengan lemah menuju motornya, meski dia yakin dia tidak akan bisa mengendarai motornya. Tetapi, belum sampai di tempat motornya berada, Sheza sudah tergeletak di aspal tidak sadarkan diri. Sebelum akhirnya seorang pria menemukan dan menyelamatkannya.
"Nduk masuk yukk." Abi berdiri di belakang Sheza. Batinnya ikut tercabik-cabik melihat keadaan sang putri. Hatinya sebagai seorang ayah berteriak marah pada lelaki biad*b yang telah tega merenggut kesucian putrinya. Rasa kecewa bercokol di hatinya. Ayah mana yang tidak kecewa terhadap sang putri yang gagal menjaga kesuciannya. Apalagi nama yang mereka pegang sebagai seorang pemuka agama. Akan banyak omongan-omongan tidak enak dari masyarakat serta kerabat. Tetapi, melihat keadaan sang putri yang hancur lebur sekarang, rasa sayangnya lebih besar dari rasa kecewanya. Abi menarik nafas panjang, berdiri di sebelah putrinya. Dielusnya dengan sayang surai sang putri. "Besok kita sudah bisa pulang. Sekarang kita istirahat." Tangan kanan Abi hendak menuntun Sheza untuk kembali ke ranjang. Tetapi, tangannya dicekal oleh Sheza.
Hati Abi Ibrahim semakin babak belur melihat raut wajah putrinya yang biasa tegas kini tampak rapuh. Tatapannya tidak lagi setajam dulu, hanya ada kekosongan dan luka dalam tatapan sendu itu. "Sheza mau pergi ke Arab," lirih Sheza.
"Nduk?"
"Sheza menerima perintah Abi untuk pergi ke Arab. Sheza siap tinggal di sana."
"Tidak usah dipikirkan. Yang penting sekarang kamu istirahat dulu," abi kembali berusaha membujuk, sambil menggiring putrinya
Sheza menggelengkan kepala. "Sheza udah sehat. Minggu depan, Sheza siap berangkat."
"Nduk."
"Ini pilihan Sheza Bi. Sheza memilih ini atas keinginan Sheza sendiri." Ucap Sheza diakhiri dengan senyuman di bibir pucat nya. Abi ikut tersenyum, lantas memeluk putrinya dengan penuh kasih sayang. Mengelus rambut Sheza dan dikecupnya kening sang putri. Hatinya dikerubungi rasa gembira. Bukankah pepatah mengatakan 'bahwa di setiap kejadian pasti ada hikmahnya?' 'bahwa takdir Allah tidak diduga-duga skenarionya?' Lantas, dengan cara yang tidak disangkanya ini, Allah menurunkan hidayah kepada putrinya.
Sheza, perempuan berkepala batu dan berwatak keras itu akhirnya menyetujui keinginan sang Abi dengan rasa ikhlas di dada. Pergi menimba ilmu ke Arab Saudi. Menjalani sebagaimana fitrahnya seorang perempuan shalihah.
***
Setelah satu Minggu berada di rumah sakit. Sheza akhirnya kembali ke rumah. Bukan lagi lewat belakang secara diam-diam, bukan lagi menggunakan kunci jendela yang selalu menjadi cadangan. Kali ini, kakinya melangkah lewat pintu utama di depan sembari digandeng lengannya oleh Abi.Di depan pintu yang sudah terbuka lebar, umi asma menyeringai lebar di balik cadar. Kedua tangannya merentang bersiap menyambut pelukan putri kesayangannya.
Sheza melepaskan gandengan Abi di lengannya, lantas memeluk umi Asma untuk yang pertama kalinya. Umi Asma tidak kuasa menahan lelehan air mata dari kedua bola matanya. Tangannya mengeratkan pelukan, isakannya terdengar haru. Momen yang dirinya tunggu-tunggu akhirnya menghampiri. Dipeluk oleh sang putri adalah mimpinya sejak ia sah menjadi seorang istri dari Ibrahim. Maka sekarang, ketika pelukan itu ia dapatkan, bahagia langsung menembus dadanya. Begitu pun dengan Sheza yang berada dalam pelukan sang umi, merasakan rasa nyaman yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, seperti, ia enggan melepaskan pelukan itu, rasa tidak tenang yang mengerubungi batinnya pun seolah terangkat tak bersisa.
Setelah puas meluapkan rasa bahagia dengan tangisan di bahu sang putri, umi asma menyuruh abi dan Sheza agar segera masuk.
Di ruang keluarga, sudah ada beberapa jenis makanan sehat, dari sayuran Hinga buah-buahan. Tertata apik di atas meja kaca bundar. Umi menggenggam pergelangan tangan Sheza, menuntunnya untuk duduk di sofa. "Umi udah sediain makanan-makanan sehat. Nanti setelah sembuh total umi bakal masak yang spesial buat kamu. Kamu mau umi masakin apa? Ah iya rendang balado? Menurut umi itu makanan favorit kamu," umi asma menyerocos sembari mengupas buah apel merah, lalu memberikan sepotong kepada Sheza.
Sheza menerima sepotong buah apel tersebut lalu memakannya. Abi, yang duduk bersebrangan dengan keduanya tersenyum penuh haru, matanya sudah berkaca-kaca karena saking bahagianya ia. Entah, rasa syukur seperti apa yang harus ia ucapkan pada Sang Pembolak-balikan hati, karena berkat-Nya Sheza putrinya sudah bisa menerima keberadaan sang ibu.
"Abi, Umi. Sheza mau bicara." Ujar Sheza tiba-tiba. Abi dan umi sontak berpandangan, kening keduanya mengkerut. Umi kemudian duduk di sebelah Sheza, mengelus punggung tangan putrinya yang masih tertempel plester bekas jarum infusan.
"Mau bicara apa sayang?" tanya umi asma.
Sheza tampak menarik nafas panjang. Kemudian memandang lekat wajah kedua orang tuanya yang mulai menua. Ujung mata umi asma tampak berkerut ketika tersenyum, lalu, kening Abi nya yang mulai terdapat lipatan. Sakit beserta penyesalan itu menembus hingga jantung dan dadanya, mengiris-ngirisnya hingga luluh lantak. Beberapa potongan memori ketika ia dulu begitu durhaka pada kedua orang tuanya, bukan hanya membentak bahkan ia berani menentang mereka. Betapa ia merasa berdosa sekarang. Merasa jika dirinya adalah anak paling tidak tahu diri di dunia ini.
Tanpa terasa, bulir bening itu mulai membasahi pipinya yang semakin tirus. Dengan lirih, Sheza berkata. "Maafin, Sheza. Ampuni Sheza yang sudah durhaka sama kalian. Sheza mohon ampuni Sheza. Maafkan Sheza. Betapa dulu Sheza begitu tidak tahu diri. Begitu jahat. Begitu durhaka pada Abi dan Umi. Maafkan Sheza." Tumpah sudah tangisan Sheza di pelukan sang umi. Umi asma ikut menangis, dadanya bergetar.
"Umi sudah memaafkan Sheza. Umi tidak pernah marah ataupun kesal pada Sheza. Sekali pun umi tidak pernah merasa Sheza durhaka. Jangan berbicara seperti itu sayang."
"Abi juga sudah memaafkan mu Nduk. Kamu adalah putri kecil Abi. Abi sayang sekali sama kamu. Maafin Abi juga kalo Abi belum bisa menjadi Abi yang baik." Abi ikut menangis, lantas, turut merengkuh putrinya.
"Maafin Sheza. Maafin Sheza gagal menjaga kesucian Sheza. Maaf Abi. Maaf."
Abi menggeleng, semakin mengeratkan pelukannya pada Sheza yang mulai menangis histeris. "Tidak sayang, ini takdir Allah. Allah sayang kamu, Allah sangat menyayangi kamu."
"Sheza, mau ketemu Umma sama Buya Bi."
Abi mengangguk. Mengelus punggung putrinya dengan penuh kasih sayang.
***
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuhSelamat menjalani ibadah puasa. Mohon maaf aku baru bisa up lagi🥲 Qadarullah, lagi dikasih nikmat sakit sama Allah. Dan Alhamdulillah sekarang sudah mendingan.
Btw uda puasa nih, mohon maaf lahir dan batin yaaa🙏Yuk bisa yuk khatam Al-Quran bulan ini. Ntar kita kejar lailatur qadar bareng²❤️🥰
Sebaik-baik bacaan adalah Al-Qur'an
KAMU SEDANG MEMBACA
Cahaya Dari Timur
SpiritualePernah mendengar bahwa gelap itu ada karena tidak adanya cahaya? Sheza Nurul Ibrahim. Memutuskan hijrah ke negeri Arab Saudi untuk meninggalkan dunia gelapnya dan menemukan setitik cahaya. Bertemunya ia dengan seorang pemuda di jabal rahmah membua...