PART 20

366 23 1
                                    

New dan Nanon baru saja sampai di rumah dengan menaiki taksi dari rumah sakit. Hari ini, Nanon sudah diizinkan pulang oleh dokter.

"Nanon...." Sahut Pluem yang melihat papa dan adiknya yang baru pulang.

"Abang...."

"Bagaimana keadaanmu?"

"Sudah membaik, tapi masih harus pelan-pelan saat berjalan."

"Benar, maka dari itu kamu harus hati-hati dan jaga kedua ginjalmu itu. Sudah sering ku peringatkan untuk banyak minum air putih, tapi selalu saja kamu tidak menurutinya. Dan sekarang, lihat akibatnya...."

"Ya, ya. Aku tahu itu...."

"Kalau begitu, masuklah ke kamar dan istirahatkan dirimu." Ucap Pluem sambil mengelus pucuk kepala Nanon.

New sudah selesai merapikan kamar Nanon, lalu ia menuju ke kamarnya untuk menghampiri Tay.

"Tay?"
"Mau ke mana kamu?"

"Aku?"
"Pergi berjualan, mau ke mana lagi?"

"T-tapi.... "
"Apa kamu yakin dengan keadaanmu?"

"Aku ini kepala keluarga, New. Lagipula keadaanku sudah membaik, dan aku akan tetap bekerja."

"Terserah kalau begitu, hari ini aku akan menemani Nanon di rumah. Besok dia mulai kembali masuk sekolah."

"Baiklah, sekarang aku pergi berjualan dulu ya."

"Hati-hati Tay." Ucap New dan dibalas senyuman tipis oleh Tay.



Keesokan harinya, seperti biasa Nanon dijemput oleh supir suruhan Earth untuk pergi ke sekolah.

Saat bel istirahat berbunyi, Nanon menyempatkan untuk menghampiri Prim di kelasnya.

"Prim!" Sahut Nanon dengan santainya masuk ke dalam kelas, menghiraukan siswi-siswi lain yang menyapa dan melihat kearahnya dengan tatapan kagum.

"Nanon?"
"Syukurlah, kamu sudah masuk kembali. Kamu tahu? Aku sangat merindukanmu. Ternyata, sangat membosankan jika tidak ada dirimu."

"Sekarang, jangan merasa bosan lagi. Pangernmu, sudah ada di depan mata." Ucap Nanon, menggoda Prim sambil menaik turunkan satu alisnya. Kemudian, duduk di sebelah Prim.

"Aku dengar kabar dari teman sekelasmu, apa benar kamu dioperasi?"

"Iya, benar. Aku sudah dioperasi, beruntung ada seseorang yang mendonorkan ginjalnya untukku."

"Kamu tahu siapa orangnya?"

"Tidak tahu, orangnya juga tidak mau memberikan identitasnya."

"O-ohh, begitu...."
"Oh ya, Non. Sehabis pulang sekolah nanti, bagaimana kalau aku traktir kamu makan mie ayam?"

"Mie ayam?"
"Tumben sekali, memangnya ada restaurant atau cafe yang baru buka dekat sini?"

"Huh, tidak. Bukan di restaurant ataupun cafe. Tapi, mie ayam gerobak keliling."

"Hah? Gerobak keliling?"

"Y-ya...memangnya kenapa?"

"Bagaimana kalau nanti kita sakit perut? Apa penjualnya mau bertanggungjawab?"

"Sembarangan kamu, pedagang yang jual mie ayamnya bersih kok."
"Waktu itu sehabis pulang sekolah, aku bantuin penjualnya buat dorong gerobak ke bengkel. Terus, dia malah kasih aku satu bungkus mie ayam."

"Terus, kenapa kamu malah ngajakin aku buat makan di sana?"

"Sekali-sekali, kita harus coba makanan yang dijual di pinggir jalan. Lagipula, rasanya tidak kalah enak dari restaurant dan cafe yang harganya lebih mahal." Jelas Prim.
"Oh ya, aku juga penasaran bapaknya bilang dia punya anak yang sekolah di sekolah ini juga. Namanya Nanon, seperti namamu, apa kamu kenal?

Degggggg

Nanon merasa jantungnya berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya.

'Yang dimaksud Prim penjual mie ayam itu....ayah?' Batin Nanon.

"A-apa? Anak?"
"Ini kan sekolah unggulan, kamu ada-ada saja percaya dengan orang seperti itu." Ucap Nanon.

"Jadi maksudmu, bapaknya berbohong?"

"Sudah jelas, mungkin dia hanya berkhayal."

"Ck, masa sih?" Bingung Prim dan hanya diberi anggukan oleh Nanon.

'Ayah benar-benar sudah kelewatan.' Kesal Nanon dalam hati.




Setelah bel terakhir berbunyi, sekarang giliran Prim yang menghampiri Nanon. Tidak lupa dengan rencananya untuk mentraktir Nanon.

"Non, ayo..." Teriak Prim dari luar kelas sambil melambaikan tangan kanannya.

"Kamu masih ingin mengajakku makan mie ayam itu?"

"Tentu saja, tapi kita harus berjalan dulu mencarinya." Senyum Prim sambil meringis.

"Aku tidak mau." Tegas Nanon.
"Hari ini, aku saja yang mentraktir mu makan. Lebih baik kita ke cafe saja, banyak makanan yang lebih enak di sana."

"Ya sudahlah, jika itu maumu." Ucap Prim dengan cemberut.

"Hei, jangan cemberut begitu tuan putri." Ucap Nanon sambil mencubit kecil pipi Prim.
"Kamu kesal denganku?"

"Tidak, jangan dipikirkan."

"Kalau begitu, berikan aku senyumanmu." Tawa Nanon, melihat senyuman terpaksa dari Prim.

'Semoga Prim tidak penasaran lagi, bisa berantakan jika dia tahu yang sebenarnya.' Batin Nanon.

Kemudian, mereka berdua menuju parkiran untuk pergi ke cafe, dengan menaiki mobil jemputan Nanon.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






TBC


Update lagiiii, setelah satu bulanan lebih gk update huhuuu....

Aku usahain, hari senin atau selasa nanti bakalan update lagi^^

HampaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang