Obsession : Quarrel

1.1K 166 34
                                    

Sepertinya hari ini harus Jeonghan tandai sebagai hari paling melelahkan, kedua setelah hari melahirkan Jungwon tentunya. Pagi sekali dia kesulitan untuk lepas dari Jungwon yang sedang rewel tak mau lepas darinya. Padahal semalaman Jeonghan tak bisa tidur karena harus mengerjakan revisi yang sialnya harus dia setorkan hari ini.

Dan ya, karena kerewelan Jungwon tadi pagi membuat Jeonghan terlambat dan kena semprot dosen pembimbingnya. Dia dimarahi karena revisinya pun masih berantakan. Belum selesai dengan amarah sang dosen pembimbing, Jeonghan juga dituntut untuk mengejar waktu menyelesaikan Tugas Akhirnya bulan depan. Siapa yang tidak tertekan jika seperti itu.

Jujur Jeonghan akui bahwa dia sedang dalam fase lelah. Lelah dengan statusnya sebagai mahasiswa juga seorang istri sekaligus ibu. Jeonghan lelah dan sungguh ingin mengistirahatkan tubuh serta pikirannya sejenak. Akan tetapi, dia tidak memiliki waktu untuk itu. Dia terlalu sibuk dengan kuliahnya, dan dia terlalu sibuk juga mengurus anak dan suaminya hingga ia melupakan dirinya.

Ini adalah salah satu konsekuensi dari pernikahan dini yang Jeonghan alami, kondisi mentalnya yang belum terlalu siap membuat Jeonghan terkadang labil dan mudah lelah. Sifat bebasnya harus dia kurung seketika jabang bayi tumbuh dalam rahimnya. Dia tidak bisa sebebas dulu.

Dan kini pun ketika setelah seharian terkena semprot sang dosen pembimbing, Jeonghan harus kembali menghadapi kerewelan anaknya. Jungwon memang cepat sekali berubah akhir-akhir, terkadang dia anteng bermain tapi terkadang dia sangat rewel jika sudah bersama Jeonghan. Bahkan bayi itu tidak mau ditinggal sama sekali oleh Ibunya.

"Iya baby kenapa nangis terus? Ini udah sama mommy." ucap Jeonghan dengan wajah lelahnya.

Sekalipun Bibi Na sudah membantu, akan tetapi bayi itu tidak mau lepas dari Jeonghan. Namun bukannya tenang karena sudah bersama sang Ibu, Jungwon justru tak henti menangis.

"Jangan nangis terus, nanti tenggorokan kamu sakit." ucap Jeonghan mengayunkan tubuhnya menenangkan sang bayi.

Jungwon masih saja menangis, semua yang Jeonghan lakukan terasa serba salah karena bayu itu tidak mau menghentikan tangisnya. Jeonghan sudah menyodorkan susunya, tapi Jungwon menolak. Jeonghan bawa kemana pun bayi itu tetap menangis, hah Jeonghan benar-benar lelah dan ingin menangi sekarang karena Jungwon yang serba salah.

"Iya baby mau apa? Jangan bikin mommy bingung dong, nak." keluh Jeonghan menggendong Jungwon lagi, tapi tangisannya belum mau berhenti.

"Mau apa hem? Mommy pusing kalau baby nangis terus kayak gini." Jeonghan sedikit demi sedikit menaikkan intonasi suaranya.

"Hwaaaa, tuuu."

Jeonghan menghela nafasnya, dia mengikuti arah tangan Jungwon yang menunjuk ke suatu tempat. Akan tetapi setelah sampai ditempat yang Jungwon tunjuk, bayi itu justru malah tak mau berhenti menangis.

"Diii, hwaaa."

"Baby, mommy cape loh, udahan nangis ya mommy pusing dengernya."

Jungwon seolah tak mendengar apa yang sang Ibu ucapkan, dia menangis dan meronta dalam gendongan Jeonghan. Membuat perempuan itu semakin kesal dan kewalahan.

Tangisan Jungwon yang keras dan tak berhenti dejak tadi, semakin mengikis kesabaran dalam diri Jeonghan yang tengah kelelahan, hingga..

"CHOI JUNGWON! BISA BERHENTI GAK SIH NANGIS MULU, PUSING DENGERNYA." teriak Jeonghan frustasi membentak sang putri kecil.

Bibi Na tampak terkejut mendengar teriakan Jeonghan yang diikuti oleh tangisan Jungwon yang semakin kencang.

Jungwon semakin kencang menangis membuat Jeonghan kalap sendiri.
"DIEM GAK!" bentak Jeonghan lagi tapi Jungwon malah semakin kencang menangis.

Writer's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang