Obsession : Never

1.3K 161 24
                                    

Chenle tidak tahu kenapa sepulang dari rumah sakit, kedua orangtuanya saling terdiam seperti itu. Padahal biasanya selalu ada obrolan ringan diantara mereka yang membuat rumah ini terasa  hangat.

Chenle hendak bertanya dan menghampiri keduanya, akan tetapi dia ragu. Apalagi melihat ekspresi Minghao yang begitu suram, dan Jun yang tampak pucat itu.

"Chenle, malam ini kamu minta Bibi untuk masak ya. Mamah gak enak badan kayaknya." ujarnya mengusap surai Chenle sebelum berjalan menuju kamar tamu.

Hal yang membuat Chenle semakin kebingungan karena kedua orangtuanya masuk ke dalam kamar yang berbeda. Namun dia tak mau ambil pusing, dia memilih memasuki kamarnya juga tanpa mematuhi ucapan Minghao.

Sementara itu, Minghao duduk merenung di ranjang kamar tamu. Dia menghela nafas dan mengusak surainya, helaan nafas yang terasa berat. Memikirkan bagaimana bisa selama ini keluarga Moon membohonginya? Menyembunyikan perihal kehadiran Jay, yang sesungguhnya tidak memiliki salah apapun.

"Kenapa disini?" Minghao menengok kala suara pintu terdengar beriringan dengan suara Jun.

Minghao terdiam tanpa mau menjawab, dia kembali menatap lurus kedepan tanpa mempedulikan Jun yang duduk disampingnya.

"Kenapa?" Jun hendak meraih tangan Minghao, akan tetapi segera perempuan itu tepis.

"Kenapa selama ini kamu bohong?" tanya Minghao dengan pandangan yang lurus ke depan.

"Bohong?" pekik Jun mengernyitkan keningnya.

"Anak kamu, Jay."

Jun mendengus. "Bohong? Bahkan aku gak tahu kalau dia anak aku."

Minghao mengalihkan pandangannya, setidak peduli itukah Jun terhadap anak kandungnya sendiri?
"Aku tahu kamu benci sama ibunya, aku ngerti. Kamu mengalami hal buruk bahkan sampai trauma gara-gara Ibunya Jay, tapi Jay gak salah apapun."

"Dia salah karena terlahir dari rahim perempuan itu!" sahut Jun dengan tangan yang mulai gemetar.

Minghao memejamkan matanya, mengembuskan nafas berat karena perkataan Jun. Apa jika Minghao melakukan hal yang sama, Jun juga akan membenci Chenle?

"Dia udah hancurin hidup aku, kamu pikir kenapa aku jadi kayak gini sekarang? Oke, mungkin kamu gak tahu gimana aku dulu-"

"Aku tahu." potong Minghao.
"Kamu adalah laki-laki brengsek yang berubah menjadi korban karena kesalahan kamu sendiri. Bukankah itu karma untuk kebrengsekan kamu di masa lalu?"

Jun terdiam tak percaya, kenapa Minghao bisa berkata seperti itu.

"Aku tahu masa lalu kamu, kalau aja kamu gak bikin Minghao hilang percaya di masa lalu, kalau aja kamu gak ninggalin dia hanya karena dia jadi budak seks Ayah kandungnya sendiri, kalau aja-" Minghao terdiam dengan nafas tersenggal.

"Kalau aja kamu tulus mencintai dia, dan gak mencampakkan dia setelah kalian berhubungan badan karena tahu dia udah gak perawanan karena ayah angkatnya. Semua gak akan kayak gini, gak akan ada dendam bahkan mungkin jiwanya dia akan baik-baik aja." sambung Minghao lirih.

"K-kamu-"

"Kamu bingung kenapa aku tahu?" Minghao mendengus sinis. "Karena Guanlin yang jadi saksi semuanya."

Minghao tidak tahu sebenarnya jika perempuan yang pernah adiknya cintai itu adalah Myungho, perempuan yang sama yang telah membuat Jun trauma seperti ini. Minghao ingat sekali, sebelum bertemu dan menikahi Renjun, Guanlin selalu bercerita tentang Myungho.

Guanlin sempat bersekolah di Korea, dan melalui sambungan telepon dia bercerita kepada Myungho. Bahwa pria itu jatuh hati kepada kakak kelasnya, perempuan yang pendiam tapi memiliki sisi ramah yang manis. Minghao selalu mengatakan bahwa dia ingin bertemu dengan sosok perempuan yang adiknya itu cintai, tapi Minghao tidak memiliki waktu untuk terbang ke Korea.

Writer's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang