BAB 13 || BAWELNYA AFRA

118 20 8
                                    

"Redup tanpa terang itu menyiksa."

__________________________________________________

Al-Birru By : Gitar_senja 🦋
__________________________________________________

"Gue pulang nanti, bawel!"

Sambungan telepon dengan langkah kaki yang terus menapak itu membuat decakan kecilnya turut keluar. Dia menatap sekeliling yang masih terlihat ramai. Tidak mungkin jika ia akan diterima baik jika berhasil pulang ke rumah yang semula ia tempati. Cowok itu megembuskan napasnya gusar. Ghata membuatnya berada di titik dilema yang tidak bisa dia pilih. Dia tidak ingin membuat Saudaranya itu kecewa. Entah dengan permasalahan keluarganya, Rafa tidak terlalu mempermasalahkan. Dia hanya berharap jika Ghata belum mengetahuinya sama sekali atau tidak pernah.

Gavin menanggapi santai kegelisahan yang diperlihatkan oleh Rafa yang memang tidak terlalu terlihat. Dia juga tahu jika orang yang menelpon itu adalah Ghata. Senyum Cowok itu menyungging kecil.

"Ghata belum tahu apa-apa?" Gavin mulai membuka suaranya. Dia menatap sekilas Cowok di sampingnya itu yang hanya diam setelah menerima panggilan telepon dari Ghata.

"Ghata ga perlu tahu. Cukup gue yang tahu dan itu yang terakhir kalinya."

"Pecundang!" Senyum Gavin mengembang licik.

"Iya, gue emang pecundang."

Kepala Gavin menoleh cepat. Dia tidak menyangka jika Rafa akan meladeni ucapannya yang tidak terkontrol. "Gue pecundang karena gue takut keluarga gue bakalan retak. Cukup satu yang hilang, dan itu adalah gue. Ghata jangan sampai!"

"Ck!" Gavin berdecak kecil. Dia sudah cukup hafal dengan sikap keras kepala juga rasa peduli Cowok itu terhadap orang lain.

Rafa memilih abai ketika melihat ekspresi wajah Gavin yang sedikit menatapnya tak suka. Dia tidak terlalu memikirkan akan hal itu. Biarkan Gavin mau berbicara apa di dalam sana. Dia tidak akan menghakimi maupun membantah jika harga dirinya harus turun.

Lima menit berjalan menuruni anak tangga juga jalanan koridor yang cukup terasa sepi, dua Cowok dengan baju seragam yang sengaja dikeluarkan itu menatap fokus ke arah depan dimana lalu lalang semua siswa sudah tak seramai tadi. Dua cowok itu kadang kala menjadi pusat perhatian dari beberapa yang memang kebetulan tengah berada di luar. Tak sedikit dari mereka yang mengagumi ketampanan Rafa meski Cowok itu kadangkala dipandang rendah oleh semua Siswa disekolahnya.

"Rafa!"

Langkah kaki kedua Cowok itu terhenti ketika suara Perempuan terdengar melengking dari arah belakang. Rafa memejamkan dua matanya sesaat. Dia sudah hafal betul siapa sang pemilik dari suara itu.

"Huh, lo kalau jalan cepet juga." Angel, gadis dengan rambut bergelombang itu mulai mengatur napasnya secara teratur ketika sudah sampai di hadapan Rafa. Gadis itu menatap Gavin sekilas. Namun, melihat Gavin yang sama sekali enggan untuk menatapnya balik bahkan menghiraukan kehadirannya yang baru saja sampai, berakhir membuat Angel menatapnya malas. So ganteng.

"Gue ada urusan. Bisa minggir?"

Kepala gadis itu menoleh cepat. Dia menatap lekat dua mata elang di depannya dengan iris mata berbeda yang mampu menambahkan pesona tampan dari Cowok itu semakin meningkat berkali-kali lipat. Itulah mengapa Angel sangat berambisi untuk mendapatkan cinta dari seorang Al-Birru Rafandra Bagaskara. Bukan karena cinta, melainkan karena obsesinya yang tidak pernah hilang untuk membuat Cowok itu takluk terhadapnya.

"Mama sama Papa lo udah pulang. Punya orang tua lagi dong lo? Ga berasa yatim."

"Bisa jaga omongan?" Gavin bersuara cepat ketika ucapan pedas itu memasuki gendang telinganya dengan cepat. Dia tidak suka mendengar nada rendah dari seseorang terutama hal itu berkaitan dengan yang namanya keluarga.

Al-Birru (DIROMBAK)Where stories live. Discover now