Mencintaimu itu serupa menyicip narkoba. Aku terus dibuat mabuk dan kecanduan tiap detiknya, bukan lagi tiap hari./1
Dilayar pertama ini aku ingin menulis tentang si laki-laki sederhana yang berhasil menyulap lembaran kertas hidupku serupa bianglala. Jari lentiknya itu mengukir tiap-tiap dinding hariku serupa lukisan Leonardo da Vinci yang semua mata dunia kenal sebagai pelukis termahal. Bahkan lukisan yang Ia gambar dikanvas hatiku ini tidak bisa diuangkan.
Perkenalkan namanya Adam kartiko, lelaki berdarah Indonesia dari suku jawa tulen. Berbeda dengan aku yang berdarah Sunda-Madura. Ia memiliki banyak kebiasaan bijak, bukan sekedar baik. Konten yang ia bawa dalam bersikap selalu saja berhasil membuatku benar-benar gugup. Sejak bersama-nya aku kembali menemukan arti dari hidup.Darinya aku belajar menjadi seorang yang Nrimonan(Mau menerima apa adanya), yang aku yakini tidak semua laki-laki berdarah Jawa dapat melakukan hal tersebut. Sejauh aku mengamati, dia benar-benar sangat Nrimonan. Di beberapa obrolan kami, aku sangat sering mengelukan perlakuan atau perkataan mereka yang bagiku tidak mengenakkan hati, dan tanggapannya adalah begini :
"Dek, kamu Ndak bisa mengendalikan hal-hal diluar dirimu. Kamu Cuma bisa mengendalikan dirimu sendiri. Jadi berperilaku baiklah sama siapapun, Ndak usah mengharapkan hal serupa. Toh pada hakikatnya kan yang penting berbuat baik, bukan dapat imbalan dari perbuatan baik".
Kurang-lebih begitulah logat tuturnya.
Dia adalah laki-laki paling santai yang pernah aku kenal, dalam situasi ruwet dan mumetpun dia tetap bisa bilang "seng santai to, dek.. seng tenang. Proses itu perlu dinikmati, bagaimanapun prosesnya ".Dan lelaki-ku ini juga adalah seorang yang ke-ayah-an, ke-abang-an ia merawat dan melindungiku sepenuh hatinya, seperti Malika yang dirawat seperti anak sendiri, hahaha.
Yaaa, lelakiku ini paham betul, bahwa aku sangatlah haus figur kasihsayang dari sang ayah, dan aku adalah adik kesayangan abangku. Maka ia tidak heran menemui aku yang selalu ingin di manja. Uniknya lagi, lelakiku ini selalu menunggu aku bercerita tentang apapun, selama tidak tentang keburukan orang lain, baginya itu adalah toxic, racun bagi diri sendiri dan tidak memiliki faedah, jadi untuk apa diceritakan?
Sungguh, aku tidak mahir untuk menebak setiap hal yang ada dalam pikirannya itu, benar-benar misterius. Maka diawal-awal aku memanggilnya dengan sebutan, Tuan Mistikus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam Kartiko
Teen FictionSegala hal tentangmu adalah yang selalu ingin aku ketahui, sekalipun hanya tentang caramu menikmati hembusan nafas dan kedipan mata, mas.