4#Main dilaut

80 5 0
                                    

"Nyatanya rumah yang sesungguhnya adalah berada bersama mereka"

_Jian ambiru wicaksono

______•°•♡•°•______

"Mas, bahan makanan lagi, ya? siapa yang kirim?" Ucap Chegra saat hendak mengambil sebotol air di dapur, kebetulan Erllen juga berada disana tengah menata bahan makanan di lemari bawah, Chegra awalnya bingung saat disetiap minggu masnya sering mendapat kiriman bahan masakan yang sama untuk ketujuhnya, namun ada satu hal yang berbeda di dalam kardus besar itu, ada beberapa bahan yang Chegra baru saja lihat didalamnya. Yang membuatnya dengan cepat ingin bertanya.

"Dikasih pak Rijal, katanya di DPU udah gak kepake, tapi masih bagus kok, belum kadaluarsa" jawab Erllen membuat satu halis anak itu terangkat "jadi yang setiap minggu ngasih bahan makanan ke kita itu pak Rijal? Memangnya pak Yudha gak marah?"

"Mas nggak tau, semoga aja enggak"

"Trus ini apa mas? Kok aku kayak baru lihat sih?" Chegra kembali bertanya sembari mengambil bahan makanan yang tak pernah ia lihat, terbungkus rapi dalam plastik transparan.

"Bahan buat bikin kue sus, minggu lalu Jian bilang mau kue sus"

Chegra mengangguk paham. memang benar minggu lalu setelah habis memakan cilok buatan Erllen, Jian terus saja merengek dibuatkan kue sus, katanya rindu kue sus buatan mama. Chegra jadi iri setelah mendengarnya, pasalnya sedari dulu makan masakan mamanya saja ia tidak pernah.

"Jian sudah tau, mas? Kayaknya dia bakalan seneng banget ya" Erllen mengangguk dengan seulas senyum sembari menatap wajah miris seorang anak laki-laki dihadapannya, dari sana Erllen dapat mengetahui jika Chegra tengah memikirkan perihal mamanya, mamanya yang tak pernah ada disaat ia butuh dimasa kecilnya "lain kali kalau bahannya ada mas mau bikinin kamu sop buntut, kamu suka sop buntut, kan?"

Diam sejenak setelah mendengarnya, anak laki-laki asli Jakarta itu tersenyum lebar menatap Erllen dengan tak percaya "kok mas tau aku suka sop buntut, sih?"

"Memangnya apasih yang nggak mas tau"

"Haha, sayang mas Erllen banyak-banyakk!" Teriak Chegra membuat Erllen tertawa sembari menarik pergelangan tangan anak itu kedalam pelukannya, mengusap kepalanya dengan lembut, mencoba menyalurkan kekuatan penuh supaya Chegra tak merasa kesepian. karena hanya itu yang bisa Erllen lakukan, hanya menjadi sosok pengganti orangtua bagi Chegra dan Jian yang tentunya sering sekali merengek. Kangen mama katanya.

Di sisi lain Mahen menarik senyumnya tipis melihat keakuran Erllen dan Chegra di hadapannya saat ini, rasanya Mahen ingin tinggal lebih lama lagi didalam asrama yang sama sekali tidak luas untuk tujuh orang penghuni. Karenanya dengan tinggal disini ia dapat kembali merasakan hangatnya kebersamaan yang sudah lama tak ia rasakan lagi, ibunya, bapaknya, ia jadi rindu masa-masa bersama mereka.

"Erllen, Chegra, buruan yang lain sudah nunggu kalian di pantai!" Sedikit berteriak, Mahen berhasil membuat kedua anak laki-laki yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri itu menoleh, lantas buru-buru bangkit dan berlari kearahnya.

"Iya bang, eh tapi Apem dibawa juga, kan?" Tanya Chegra yang langsung diangguki oleh Mahen "iya, sudah Haikal bawa tadi"

Ketiganya keluar kamar bersama setelah Erllen selesai menata bahan makanan, seperti biasa di setiap hari sabtu sore mereka pergi ke pantai yang tak jauh letaknya dari asrama untuk bersenang-senang guna menenangkan pikiran dari lelahnya belajar karena diasrama ini tidak ada akhir pekan yang meliburkan siswanya, mereka akan terus saja belajar sampai rasanya kepala sudah terasa penuh dan berat untuk dibawa kemana-mana.

7 raga 1989 | NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang