11#Peta?

43 5 0
                                    

"Tujuan kita sama, sama sama mencari jalur untuk pulang"

-Melody

______•°•♡•°•______

Seperti biasa, kamar nomor 189 ini tidak pernah sepi. Suara Ryan begitu menggelegar tengah menasehati Haikal dan Nathan yang menjadi tersangka pencurian anggur dikebun belakang sekolah. Bahkan tadi dua orang penjaga memanggil Mahen yang notabenya adalah ketua dikamar itu.

Erllen sih hanya bisa geleng-geleng kepala sambil memutar adonan ditangannya menjadi sebuah bulatan bola berukuran kecil, tentunya dibantu Chegra dan Jian yang senantiasa ada untuk mencuci wadah dan menunggu masakannya matang. 

“Buah anggur itu kan buah favoritenya pimpinan, kok pimpinan nggak begitu marah ya? Cuma para penjaga aja yang datang menegur” ujar Jian seraya membasuh wadah yang sudah dipolesi sabun. Fokusnya tak teralihkan, sementara Chegra nampak berpikir disana.

“Iya ya, kok bisa cuma ditegur doang” katanya dengan heran, manik matanya teralih pada Erllen yang hanya menggelengkan kepalanya tanda ia tidak tau.

“Mungkin karena mereka berdua tuh onar banget ya mas, pimpinan aja malas untuk marah”

“Mungkin, tapi harus bersyukur juga. Kita jadi nggak terlalu masalah sekarang” 

“Iya, kalau pimpinan sudah marah habis kita diseret pulang, kalau kita pulang nanti mau jadi apa? Gelandangan dijalanan?”

Bahkan menjadi gelandangan lebih baik, batin Erllen menimpali ucapan yang dilontarkan anak laki-laki itu.

“Kalau sudah pulang nanti kita mau kerja apa ya kira-kira? Kamu mau jadi apa Che?” tanya Jian sembari menyenggol lengan Chegra yang hanya berdecak karena sabunnya meleset dari baskom kecil yang tengah ia cuci.

“Jadi apa aja yang penting kaya” jawabnya dengan ketus.

“Katanya mau jadi penyanyi?” cetusnya kali ini membuat Chegra menghentikan aktivitasnya, matanya melirik sinis pada anak laki-laki polos itu.

“Kalau sudah tau nggak perlu tanya lagi!” 

Raut wajahnya berubah, anak itu menunduk polos “Siapa tau ada yang berubah, kan”

Erllen menarik senyumnya, tangan kanannya terangkat untuk mengusap pucuk kepala Jian. Merasa ada tangan yang mengusap lembut kepalanya, Jian mendongak, melihat siapa yang mengusapnya. Tentunya siapa lagi jika bukan Mas Erllen-nya.

“Kalau Mas gimana? Kalau misalnya nggak jadi dokter Mas mau kerja apa?”

Erllen nampak berpikir mendengar pertanyaan yang terlontar. Dengan tangan kanan yang mulai turun merangkul pundak Jian, senyuman manis Erllen kembali merekah.

“Apapun, yang penting Mas tetap hidup” Jian ikut tersenyum, senyum yang lebar sampai deretan gigi putih rapihnya terlihat. Melihat senyumannya saja mampu membuat hati Erllen merasa tenang. Kali ini mungkin mereka menderita, namun nanti ia pastikan mereka akan bahagia.

Erllen janji, akan membawa mereka pulang.

______

“Melody! Sedang apa kamu disini?!” gadis dengan rambut terurai itu tersentak kaget saat suara bariton menggema dalam ruangan senyap penuh akan berkas-berkas yang banyak berhamburan dilantai.

Dengan cepat gadis itu membalikkan tubuhnya, menghadap sang Ayah yang datang tanpa ia ketahui sebelumnya.

“Hanya berjalan-jalan, tidak sengaja tadi lewat kemari dan melihat pintunya terbuka”

7 raga 1989 | NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang