5#Ulangtahun Jian

78 7 0
                                    

"Sederhana, Jian bahagia"

_Jian ambiru wicaksono

______•°•♡•°•______

Ditengah Malam ini, entah untuk kesekian kalinya Mahen menghela napas. Dirinya tak bisa terlelap tidur seperti hari-hari biasa, malah beberapa kali ia mengubah posisi tidurnya. Akhir-akhir ini banyak sekali yang memenuhi pikirannya, ia rindu ibu, rindu sekali sampai rasanya sudah mati rasa untuk mengingat sosok itu kembali. Ibunya yang cantik tak tertandingi, ibunya yang lemah lembut dan penuh dengan kasih sayang, bagaimana ia tidak akan merindukan wanita hebat sehebat itu?.

Ada rasa senang saat usianya kini hampir menginjak 18 tahun. dirinya akan pulang, dan pihak asrama tentunya akan memberikan sebuah pekerjaan besar yang ia dan ibunya yakini akan sukses besar. Namun rasanya sedih jika harus berpisah dengan enam anak yang hampir 6 tahun ini selalu bersama dan mendukungnya apapun yang terjadi. Jika ditanya akan memilih yang mana, jelas ia akan memilih dua-duanya. Terkadang, setelah sukses nanti ia selalu berpikir untuk mengajak keenamnya tinggal bersama lagi, menjadikan mereka sebagai saudara, tapi Mahen tidak akan serakah, orangtua mereka juga pastinya sedang menantikan kepulangannya.

"Kangen ibu, kengen pelukan hangat punya ibu" monolognya tanpa didengarkan siapapun, keenam anak itu sudah tertidur cukup lelap, membuat Mahen selalu ingin tahu apa yang tengah mereka impikan. Lantas setelah mengatakan itu ia bangun dari baringnya. Ia rasa dengan berdiam diri disini tidak baik, takut-takut malah mengganggu ketenangan para anak laki-laki yang selama ini sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri.

Dengan seulas senyum Mahen perhatikan setiap wajah mereka, wajah dengan penuh ketenangan yang Mahen paling suka dari pada ketenaran yang sering kali terjadi disaat mereka sadar. Apalagi dengan Haikal, anak itu terlihat begitu menyebalkan, namun saat tertidur lelap seperti ini wajah nya terlihat begitu lebih baik. Tapi Mahen tidak akan memaksa, mungkin saja itu cara terbaik yang dilakukan Haikal untuk menutupi segala rasa sakitnya. Ia mengerti tentang perasaan anak itu. Malah Mahen paling mengerti meskipun dia hanya memperlihatkannya dengan sikap yang kebanyakan orang mengira itu hanya sebuah lelucon yang tak pantas ditertawakan sama sekali.

"Abang mau kemana?"

Lupa, Mahen lupa kalau Erllen masih terjaga. Anak itu sedari tadi sibuk berkutat di dapur sendirian. Awalnya Mahen penasaran dengan apa yang dilakukannya, tadinya ingin membantu, namun Mahen lupa. Ia malah asik sendiri dengan pikirannya sampai melupakan Erllen yang sendirian di tempat gelap, hanya di terangi satu buah lilin yang sekarang tinggal setengah.

"Keluar sebentar, mau ikut?"

"Nanti nyusul, nanggung sebentar lagi jadi"

"Memangnya bikin apa?"

"Kue sus buat Jian, besok dia ulang tahun" ah Mahen benar-benar lupa kalau tanggal 5 Februari itu hari ulang tahunnya Jian, pantas saja anak itu sedari kemarin merengek terus minta dibuatkan kue sus. Mahen jadi tidak enak setelah mengingatnya, untuk besok hadiah apa yang pantas diberikan untuk Jian.

"Ahh abang lupa, kira-kira Jian mau hadiah apa, ya?"

"Nggak usah bang, biar Erllen bikin kue sus aja buat hadiah dari kita semua"

"Gitu ya, yaudah deh abang bantuin kamu aja sekarang"

"Eh, nggak perlu. Tinggal tunggu mateng aja kok, abang keluar aja nggakpapa, nanti Erllen nyusul"

"Beneran?"

"Iya"

Dengan berat hati Mahen mengangguk, lelaki itu kemudian pergi keluar, mengarahkan dirinya tuk pergi ke suatu tempat paling nyaman untuk menyendiri, tempat yang baru saja mereka kunjungi beberapa jam yang lalu untuk bermain dan entah ada kebetulan dari mana pak Rijal membawa kamera dan memotret momen itu, mengabadikan semuanya tanpa terlewatkan satu pun. Kenangan paling berharga yang Mahen rasakan.

7 raga 1989 | NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang