Jisung melemparkan kotak ini, kini cairan itu berantakan dimana-mana. Jisung memeluk lututnya sendiri, tubuhnya bergetar hebat, suara tangisan terus terdengar dari dirinya.
Sekarang pikirannya dilingkupi rasa takut, Jisung benar-benar tidak menyangka bahwa orang gila itu bahkan bisa masuk ke dalam apartemen miliknya ini.Clek!
"Loh Jisung? Kenapa kau berada disini?" Tanya Jaemin yang dengan cepat menghampiri Jisung yang nampak ketakutan.
Jaemin khawatir pada Jisung sehingga dia langsung memilih untuk masuk ke apartemen milik Jisung, memastikan bahwa tetangganya itu benar-benar aman.
Jisung langsung mendongak menatap Jaemin, wajahnya memerah karena tangis. "Jaemin, hiks dia..."
Jaemin langsung memeluk Jisung mencoba menenangkan Jisung, Jaemin mengelus punggung Jisung, "Ada apa? Dia kenapa?'
Tangisan Jisung semakin pecah karena Jaemin, dirinya benar-benar takut. Syukurlah, ada Jaemin yang menemani dirinya sehingga dia merasa sedikit aman.
"Dia hiks masuk ke sini! Hiks dia akan membawa ku pergi hiks Jaemin aku takut," ucap Jisung dengan suara bergetar ketakutan.
Jaemin hanya bisa diam, dia tidak bisa memberikan kalimat penenang apapun. Karena semuanya akan terasa seperti kebohongan jika dia menjanjikan keamanan kepada Jisung. Apalagi sosok yang mengikuti Jisung sudah tahu alamat serta bisa masuk ke dalam apartemen Jisung.
"Tarik napas dalam-dalam lalu lepaskan secara perlahan!" Ucap Jaemin lembut.
"Tidak bisa...kau lihat kotak hijau itu hiks itu sperma miliknya hiks ada fotoku hiks disana saat sedang mandi hiks..." Jisung menunjuk kotak hijau di dekat tembok.
Jaemin bangkit dirinya mendekati kotak itu, benar saja ada foto Jisung yang sedang bertelanjang dengan cairan sperma yang membasahi foto itu serta surat yang berisikan hal-hal tak pantas. Jaemin mengeraskan genggaman tangannya, sungguh baru pertama kali ini dia melihat tindakan yang benar-benar tidak tahu malu dan menjijikan seperti ini.
Jaemin berjalan menuju dapur, dia akan memberikan Jisung segelas air mineral agar pemuda itu tenang.
Tak!
Jaemin menaruh gelas di atas meja, dia mendekati Jisung yang masih memeluk lututnya. "Minumlah air ini, cobalah tenang."
Jaemin memberikan gelas itu, Jisung langsung meminum air yang berada di gelas itu.
"Apakah kau akan melaporkan kejadian ini kepada pihak yang berwajib?" Tanya Jaemin dengan serius, jujur saja kelakuan orang ini sudah tidak bisa di toleran lagi.
Jisung mengangguk, "Tapi aku takut, bagaimana jika aku tertidur nanti dia datang dan membawa ku pergi dari sini hiks..."
Jaemin menghela napas, benar perkataan Jisung. Stalker itu sudah tahu sandi apartemen milik Jisung, sangat mudah baginya untuk melakukan hal buruk kepada Jisung sekarang.
"Bagaimana jika kau pindah untuk sementara ke apartemen ku? Kau bisa tidur di kamar Ema!" Tawar Jaemin.
"Bolehkah?" Tanya Jisung.
Jaemin mengangguk walaupun dengan berat hati, Jaemin tidak pernah membiarkan orang lain masuk ke kamar Ema yang merupakan kamar mendiang istrinya. Tapi karena kondisi yang tidak memungkinkan Jaemin akhirnya harus membiarkan orang lain untuk tidur di kamar milik istrinya itu.
"Iya tentu saja, jadi ayo tinggalkan tempat ini untuk sementara," ucap Jaemin yang berusaha membantu Jisung untuk bangkit.
"Terima kasih!"
"Sama-sama, ngomong-ngomong untuk sementara lebih baik kau jangan kemana-mana terlebih dahulu," saran Jaemin.
"Tidak bisa, aku harus tetap membuka toko bungaku, jika tidak membuka toko bunga maka aku tidak akan punya penghasilan." Terang Jisung.
"Kalau begitu kau harus menutup toko bungamu lebih cepat dari biasanya. Aku mengkhawatirkan keamanan dirimu!" Ucap Jaemin.
"Terima kasih, aku yakin Ema pasti bahagia punya suami seperti dirimu." Jisung tersenyum menatap Jaemin.
"Iya, aku harap begitu." Gumam Jaemin.
"Sekarang tidurlah, bukankah besok kau harus melaporkan kejadian itu ke polisi?" Ucap Jaemin.
"Iya, terima kasih Jaemin." Ucap Jisung yang kini merebahkan dirinya di kamar milik Ema.
Jaemin hanya mengangguk, menutup pintu kamar milik mendiang istrinya yang sekarang ditempati oleh Jisung.
Jaemin membuka pintu kamarnya, kemudian mengunci pintu tersebut, Jaemin menatap sebuah foto yang ada di meja kamarnya, foto dimana dia dan pasangannya tersenyum bahagia, "Maaf."
°°°°
"Kenapa kau melakukan tindakan-tindakan bodoh itu?" Ucap seseorang yang sedang menatap cermin besar yang menampilkan wajahnya sendiri.
"Memangnya kenapa? Itu lebih baik daripada cara kuno yang kau gunakan!" Balas bayangan tersebut meremehkan orang di depannya.
"Tapi kau membuat nya takut, sialan!"
"A-aku tidak bermaksud membuat nya takut! Aku hanya..."
"Hanya apa?"
"Aku hanya ingin memberi tahu dia bahwa aku sangat-sangat mencintai dirinya, aku ingin dia benar-benar menjadi milikku! Oleh karena itu aku mengirim hadiah itu kepadanya, sebagai tanda bahwa dia adalah milikku dan juga sebagai bentuk aku bahagia ketika bertemu dengannya."
"Bukan hanya kau yang mencintainya sialan! Aku juga mencintai dirinya! Jadi dia bukan hanya milikmu, dia adalah milik kita"
"Hahaha, iya. Karena kau dan aku adalah satu orang yang sama."
Pemuda itu kini tertawa di depan cermin yang hanya menampilkan wajahnya.
°°°°
Bersambung...