Jisung kembali ke apartemen Jaemin, dia melihat Jaemin yang sedang mengemasi beberapa barang. Jisung menatap bingung, pikiran buruk mulai menghantui Jisung, dia berpikir bahwa Jaemin sudah sangat risih kepada dirinya. Jisung saat ini benar-benar merasa bersalah.
Jisung berjalan mendekati Jaemin yang masih fokus mengemasi beberapa barang, Jisung dengan gugup membuka suaranya.
"Jaemin...."
Jaemin menatap Jisung, "Ada apa?"
Jisung menunduk, bahunya sedikit bergetar. Akibat terlalu sering diteror Jisung jadi mudah takut, tubuhnya juga jadi sering lemas dan menggigil akibat takut, pikiran-pikiran negatif menghantui Jisung secara terus menerus.
Satu lagi, Jisung menjadi sangat takut ditinggalkan. Karena saat ini tidak ada seorangpun yang bisa Jisung jadikan sandaran selain Jaemin. Hanya Jaemin yang melindungi dirinya dari stalker yang mengincar dirinya.
"Kau akan pergi?" Tanya Jisung gugup, suaranya bergetar.
"Iya, minggu depan aku akan dipindah tugaskan ke kampung halamanku, jadi aku akan kembali ke rumahku yang ada di desa," jawab Jaemin, pemuda itu masih fokus mengurus segala benda yang akan ia bawa.
"Begitu ya..." Gumam Jisung pelan.
"Iya, tapi jika kau ingin ikut aku tidak masalah! Aku tahu kau pasti merasa tidak aman jika tinggal di sini, karena itu aku mengajakmu untuk ikut ke desa bersamaku, siapa tahu stalker brengsek itu tidak akan menemukan dirimu jika kau pindah dari sini." Ucap Jaemin, dia tersenyum miring.
Begitu pula dengan Minjae yang mendengar semua percakapan mereka, sedari awal Minjae sudah mengawasi keduanya.
Jisung tersentak, dia tersenyum kaku. "Berikan aku beberapa waktu untuk memutuskan hal ini, oh. Sepertinya aku juga harus kembali ke apartemenku, aku tidak enak jika terus-menerus menyusahkan dirimu, Jaemin."
Jaemin mengangguk, "Baiklah, hati-hati. Jika butuh pertolongan telepon saja aku!"
Jisung mengangguk, kemudian meminta izin untuk masuk ke kamar Ema. Jisung mengambil barang-barangnya kemudian pergi dari apartemen Jaemin.
Setelah Jisung pergi, Minjae keluar dari persembunyiannya. Dia harus melakukan teror yang lebih mengerikan agar Jisung memutuskan untuk tinggal bersama Jaemin. Setelahnya mereka berdua akan bebas memiliki Jisung di rumah yang terpencil itu.
"Sekarang aku akan beraksi, kau pasti akan mendengar suara teriakan nyaring dari si manis," ucap Minjae, dia terkekeh kejam. Dia mulai membayangkan wajah ketakutan Jisung yang nampak begitu manis, Minjae benar-benar suka melihat wajah Jisung yang seperti itu.
Pertemuan pertama Jisung dengan Minjae itu sekitar tahun lalu, di mana Jisung memberikan Minjae bunga. Jisung memberikan bunga itu tepat di depan makam ayah dan ibunya Minjae, hal itulah yang membuat Minjae begitu terobsesi kepada Jisung.
Menurut Minjae dengan Jisung yang memberikan bunga tersebut di depan makam ayah dan ibunya itu berarti Jisung memutuskan untuk menjadi miliknya. Jadi Minjae tidak akan pernah melepaskan Jisung, Minjae selalu mengikuti Jisung sejak pertemuan pertama mereka.
Sedangkan Jaemin, pertemuan pertama Jaemin dan Jisung itu di mulai saat Jisung memberikan sebuah kue saat melihat Jaemin sedang sedih. Jisung melakukan itu untuk menghibur Jaemin yang sepertinya sangat sedih dan menderita, Jisung hanya ingin menghibur bukan memancing iblis yang ada di dalam diri Jaemin.
Akhirnya Jaemin juga melakukan hal yang sama dengan Minjae, hanya saja Jaemin mendekati secara perlahan agar Jisung merasa nyaman. Ketika sudah terjebak maka Jaemin pastikan Jisung tidak akan bisa keluar dari lingkaran hitam yang dibuat Jaemin.
Sedangkan Minjae, dia mengikuti Jisung dan mengancam serta meneror Jisung. Membuat pemuda cantik itu depresi, Minjae dan Jaemin bertemu beberapa bulan belakangan ini. Ketika pertama kali bertemu Jaemin dan Minjae selalu bertarung untuk memperebutkan Jisung, tapi pada akhirnya keduanya sepakat untuk berbagi Jisung.
"Lakukan apa yang kau inginkan, Minjae!"
"Baiklah,"
Minjae akhirnya berjalan menuju apartemen Jisung, bibirnya membentuk kurva keatas, Minjae bersiul bahagia bahkan sesekali tertawa.
"Jisung, Jisung, Jisung, hari ini aku akan membuatmu berteriak karena senang bertemu dengan diriku!"