07

1K 108 14
                                    

Jisung kini masuk ke dalam kamarnya, dia menghirup udara di dalam kamarnya dengan sangat berat kemudian menghela napasnya. Jaemin terlihat sangat baik saat mengajaknya untuk pergi dari tempat yang penuh kenangan menyesakkan ini, kenangan di mana dia kejar-kejar oleh seseorang yang terobsesi pada dirinya.

Jisung bisa saja pergi dengan Jaemin hanya saja hatinya meragu, melihat amarah Jaemin beberapa hari ini membuat dirinya takut. Belum lagi jika Jisung pergi, siapa yang akan mengurus toko bunganya? Pendapatan Jisung hanya berasal dari toko itu. Jika dia pergi maka sumber pencahariannya juga menghilang, Jisung akan benar-benar merasa menumpang hidup dan hanya mengandalkan Jaemin.

Jisung tidak ingin menyusahkan Jaemin, sudah cukup beberapa waktu ini dia menumpang pada Jaemin. Sebenarnya Jisung sadar bahwa dia menyusahkan sejak Jaemin menatapnya marah karena penasaran dengan wajah mendiang istri Jaemin. Sepertinya, Jaemin masih menganggap Jisung orang asing. Jadi Jisung tidak ingin membuat Jaemin terbebani apalagi Jaemin hanya menganggap dirinya orang asing.

Jika boleh jujur maka Jisung ingin mengatakan bahwa dia telah memiliki perasaan terhadap Jaemin, pria baik yang menolongnya saat stalker itu terus-menerus mengganggu dirinya. Hanya Jaemin yang menemani dia, Jaemin memperlakukan Jisung dengan lembut, itu semua membuat hati Jisung menghangat. Tanpa sadar dia telah jatuh hati pada pemuda Na itu.

Namun, Jisung sadar bahwa Jaemin masih sangat mencintai mendiang istrinya, tidak ada tempat untuk Jisung. Karenanya saat Jaemin mengajak Jisung untuk ikut dengan dirinya membuat Jisung meragu. Dia takut tidak bisa menahan perasaannya terhadap Jaemin dan merusak hubungan pertemanan mereka yang harmonis ini.

Saat sedang sibuk dengan pikirannya, Jisung dikejutkan dengan suara gedoran kasar yang berasal dari pintu kamarnya.

"Sayang! Kau sudah kembali? Aku sangat-sangat merindukanmu, ayo bertemu!" Teriak Minjae, dia memakai hoodie hitam dengan masker bewarna hitam.

Jisung tersentak, tubuhnya bergetar saat mendengar suara itu. Dia jatuh terduduk dilantai kamarnya, wajah merah merona Jisung berubah warna menjadi pucat, bibirnya bergetar, tubuhnya melemas.

"Sayang! Buka pintunya, aku ingin melihat wajah cantikmu! Saat aku sudah melihat mu mari habiskan malam yang panas, aku akan menjamah seluruh tubuhmu, aku akan mengisi lubangmu penuh dengan spermaku! Ayo sayang! Buka! Kau pasti akan menyukai ini!" Teriak Minjae, dia dengan kasar terus menggedor pintu Jisung.

"P-PERGI!" teriak Jisung ketakutan.

Dia menyeret tubuhnya untuk mundur, mencari barang yang bisa melindungi dirinya.

"Kenapa kau berteriak seperti itu, sayang? Apakah kau terlalu senang? Iya akan akau pergi tentunya bersamamu, setelahnya kita akan bercinta sepanjang hari...."

Minjae tertawa kencang, dia tahu bahwa Jisung pasti ketakutan tapi dia sangat menyukai ini, membayangkan dia menyetubuhi Jisung dengan keras dan mengisi lubang Jisung dengan spermanya membuat Minjae terangsang.

"P-PERGI! AKU MOHON PERGI! KAU MENAKUTIKU!" teriak Jisung, dia menangis dengan keras. Jisung menjambak rambutnya guna menyalurkan rasa kesal dan tertekan yang dia rasakan.

Minjae mendecih dia tidak suka dengan balasan Jisung, seharusnya Jisung bahagia karena dicintai dengan begitu tulus oleh dirinya.

"Kau tidak seharusnya takut sayang! Kau harusnya bahagia, karena aku benar-benar mencintaimu dengan tulus, sebagai ketulusanku maka aku akan menyetubuhi dirimu dengan kasar! Jadi ayo buka pintunya, jika tidak aku akan mendobrak pintu ini!"

Jisung tidak bisa berpikir jernih, pintu itu terus di dobrak oleh Minjae, Jisung mulai melemparkan barang-barang seakan memberikan peringatan agar Minjae tidak macam-macam.

"PEGI!"

"Tidak akan sayang, lagipula aku tahu kau sangat senang saat mendapatkan kotak kiriman ku, di mana aku memberikan spermaku kepada mu!"

Jisung semakin takut, dia harus pergi dari sini. Perkataan Jaemin adalah benar bahwa dia harus pergi agar stalker mesum ini tidak menemukan dirinya lagi.

Jisung mengambil ponselnya, dengan tangan gemetar dia menekan nomor Jaemin dan menelepon Jaemin. Hanya Jaemin yang bisa menyelamatkan dirinya saat ini karena hanya Jaemin yang mau membantu Jisung, ya hanya Jaemin.

"Jaemin, tolong aku! Dia ada di sini! Dia mulai mendobrak pintu kamarku!" Ucap Jisung penuh tangisan saat Jaemin mengangkat teleponnya.

"Aku akan segera ke sana Jisung!" Ucap Jaemin panik.

"Kau mengadu pada orang sayang! Sungguh nakal, setelah ini aku akan menyiksa mu tunggu saja!"

Brak!

Minjae menendang pintu Jisung, pintu itu terjatuh tepat di depan hadapan Jisung, Minjae kini mulai masuk dia tertawa saat melihat Jisung menangis gemetaran.

"Padahal aku belum menyetubuhi dirimu, kenapa kau sudah gemetaran sayang?"

Stalker : JaemSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang