08

568 92 28
                                    

Jisung berteriak dengan keras, dia berusaha untuk meminta pertolongan. Tubuhnya sudah lemas karena ketakutan bahkan sebenarnya Jisung tidak bisa mengelus suara karena takut hanya saja dia memaksa untuk berteriak sehingga nada suara yang dikeluarkan terdengar gagap dan bergetar. Jisung menangis, dia mencoba menggapai segala macam barang dan melemparnya ke arah MinJae yang semakin tertawa puas.

"Kenapa, sayang? Jangan menangis seperti itu, hatiku sakit melihat mu menangis. Kamu harusnya tersenyum!" Ucap MinJae dengan tawanya.

Langkahnya semakin dekat, Jisung semakin ketakutan dengan tangan gemetaran dia berusaha untuk menghubungi Jaemin.

"Aku mohon cepatlah kemari," gumam Jisung sembari terus-menerus menelepon Jaemin.

Hanya Jaemin lah yang bisa dia harapkan pada situasi seperti ini. Jisung tidak memiliki siapapun dan tidak punya teman hanya Jaemin yang bisa dia harapkan. Jisung benar-benar bergantung pada Jaemin.

MinJae yang melihat Jisung bolak-balik menekan ponselnya memasang wajah penuh amarah dan tidak suka di balik topeng wajah yang dia gunakan. Sesuai rencana MinJae tidak boleh menunjukkan wajahnya saat meneror Jisung karena akan bahaya jika hal itu terjadi.

Minjae berjalan dengan sangat cepat kemudian mengambil ponsel Jisung, dia membanting ponsel Jisung hingga tidak bisa hidup kembali.

Minjae kini mencengkram bahu Jisung, dia berteriak di depan wajah Jisung dengan nada penuh amarah.

"BERANI SEKALI KAU MENELEPON ORANG LAIN DI HADAPANKU! KAU INGIN BERSELINGKUH DARIKU?" teriak Minjae marah layaknya orang kesetanan.

Minjae memang sangat buruk dalam mengontrol emosi, dia mudah marah dan mudah untuk melukai orang lain. Selain itu Minjae adalah orang yang sangat posesif, dia tidak suka suatu hal yang sudah menjadi miliknya harus dibagi kecuali dengan kembarannya. Menurut MinJae, Jaemin juga adalah dirinya jadi tidak masalah jika mereka berbagi termasuk berbagi orang yang mereka suka, Jisung.

Jisung menangis, tangannya yang lemas berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman Minjae.

"Lepaskan aku, kau adalah monster!" Ucap Jisung dengan suara lemah, dia benar-benar lemah.

Jisung mengalami trauma sehingga dia kehilangan tenaga dengan cepat, berterima kasihlah pada Minjae yang dengan konsisten mengganggu Jisung sehingga pemuda itu memiliki trauma yang mendalam.

"Monster! Apa yang kau bilang? Aku monster?" Pekik Minjae, dia sangat marah saat orang yang sangat dia cintai mengatakan bahwa dirinya adalah monster. Tidak seharusnya Jisung mengatakan hal itu, kini Minjae benar-benar kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Akal sehatnya menguap begitu saja digantikan dengan amarah yang menguasai seluruh pikiran dan hatinya.

Minjae kini mencekik Jisung, "Kau ingin melihat monster kan? Maka inilah monster itu!"

Jisung yang lemas tidak berdaya untuk melepaskan diri, dia hanya bisa berusaha namun, tidak ada perubahan. Cekikan itu semakin kencang membuat Jisung kesulitan dalam bernapas.

"Lepashhh argh!" Pekik Jisung, masih berusaha untuk melepaskan diri.

"Kaulah yang memancing diriku, Jisung. Jadi kau harus tahu akibatnya! Inilah akibat jika menolak diriku!" Marah Minjae.

Kadar oksigen semakin menipis, Jisung sudah lelah, dia lelah menangis, dia juga lelah merasakan ketakutan. Dia lelah dengan hidupnya yang sangat mengerikan ini, padahal Jisung bukan siapa-siapa tetapi dirinya malah memiliki seorang stalker yang sangat mengerikan seperti ini.

Pusing mendera kepala Jisung yang memang kehabisan oksigen, perlahan matanya terpejam, dia mulai kehilangan kesadarannya. Sebelum benar-benar kehilangan kesadarannya Jisung berpikir.

'Sepertinya tuhan membenciku, karenanya dia memberikan nasib yang buruk padaku! Aku sudah lelah, aku rasa tidak masalah jika akhirnya aku mati di tangan stalkerku sendiri!' itulah isi hati Jisung yang kini benar-benar kehilangan kesadarannya.

Setelah Jisung pingsan, Minjae melepaskan cekikannya, dia membuka topengnya dan menampilkan wajah tampannya yang begitu identik dengan Jaemin, kemudian Jaemin yang sebenarnya sudah sedari tadi menunggu di depan pintu kini masuk menghampiri Minjae yang kini memeluk mesra Jisung.

Jaemin melihat Minjae yang mengecup bibir Jisung dengan brutal hingga bibir delima Jisung membengkak, Jaemin tidak mau kalah dia mendekati Jisung lalu mengecup bibir itu juga, setelah mengecup Jaemin mulai melumat bibir itu dengan kasar sehingga menciptakan luka yang sama dengan pemberian Minjae.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan pada si cantik ini?" Tanya Minjae.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stalker : JaemSungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang