PROLOG

359 45 11
                                    


"Apa?!" Teriak Putri Elena tak percaya. Raja Julian berdiri dari singgahsana nya. Sementara Ratu Clarissa hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Kau adalah seorang Putri, Eleanora! Tidak sepantasnya kau berteriak seperti itu, apalagi didepan ayah mu!" Bentak Raja Julian. Mata coklat Elena mulai berair, bibirnya mulai bergetar, Ia sangat kesal. Benar-benar kesal dengan ayahnya.

"Aku tidak menyangka, Ayah menjodohkan ku dengan seseorang yang tidak ku kenal. Ibu pernah berkata bahwa kita harus menikah dengan orang yang kita cintai, bukan dengan orang yang tidak kita kenal-" Kalimat protes milik Elena segera dipotong oleh ayahnya.

"Kau tidak boleh menolak, ayah sudah memikirkan semuanya secara matang. Lagi pula apa yang kau tahu tentang cinta, hah?! Tidak ada cinta di dunia ini, Elena! Hanya ada ke-serakahan dan cinta akan diri sendiri di dunia ini! Lagi pula kau akan belajar mencintai calon suami mu dengan sendirinya nanti." Jelas Raja Julian, Ia kembali duduk dikursi tahkta nya.

"Aku tidak percaya ini. I can't. Aku.. Aku benci kalian semua!" Teriak Elena sebelum kakinya mulai berlari kencang, menuju kamarnya.

"Eleanora Ceasaria Pryor!" Teriak Raja, yang sama sekali tak digubris oleh anak tunggalnya tersebut. Raja mengurut keningnya perlahan, sementara Ratu Clarissa hanya bisa memperhatikan semua nya dalam diam.

"Istriku, coba kamu bicara dengan El, bantu Ia merubah pemikiran kekanak-kanakannya. Ia harus mengerti bahwa dengan dia menikah dengan Prince William, maka kerajaan kita bisa semakin luas dan makmur, serta diakui oleh kerajaan-kerajaan disekitar kita." Ratu Clarissa mengangguk dan segera menyusul El.

***

"El, sayang, ini ibu." Ratu Clarissa mengetuk pintu kamar anaknya. Terdengar isak tangis dari dalam kamar, membuat hati Ratu pilu mendengarnya. Mendengar isak tangis anak semata wayangnya.

"M-m-masuk saja bu, ti-tidak ku kunci.." Jawab Elena pelan dari dalam kamar. Ratu Clarissa segera masuk ke dalam kamar. Betapa hatinya hancur saat melihat keadaan didalam ruangan Elena.

Kaca rias kamarnya retak, barang-barang milik Elena berhamburan dilantai, beberapa ada yang pecah. Elena sedang berbaring diranjang, dengan badan terlungkup. Ia menenggelamkan kepalanya ke dalam bantal tidurnya. Suara tangis nya terdengar jelas, sesunggukan.

Ratu Clarissa duduk disamping El, tangannya mulai mengelus rambut brunette milik Eleanora. Alisnya bertaut bersama, raut wajahnya sangat pilu.

"El sayang, ibu mohon. Mengertilah. Ayah hanya ingin yang terbaik untuk mu."

"Yang terbaik untuk ku atau yang terbaik bagi kepentingannya sendiri bu?!"

Ratu Clarissa tersenyum sedih, sambil menggelengkan kepalanya.

"Sayang, ibu mohon-"

"Aku akan memikirkannya bu, ini sudah malam. Ibu bisa kembali kekamar ibu sekarang." Jawab El segera memutus kalimat ibunya. Ia tidak ingin berdebat lagi. Ia lelah, dan rasanya Ia seperti ingin kabur saja.

Ratu Clarissa mengangguk pelan, dan mencium kening El sebelum meninggalkan Eleanora sendiri dikamarnya.

Aku tidak akan menikah dengan Prince William. Batinnya.

Setelah memastikan ibu nya sudah benar-benar masuk ke kamarnya, El mulai bergerak dari tempat tidurnya. Dibukanya lemari pakaian miliknya yang sangat besar, satu persatu dikeluarkan baju-baju nya. Ia mulai melakukan aksinya. Baju pertama diikatkan di tiang jendela kamarnya, kemudian baju kedua diikatkan pergelangan tangannya dengan ujung baju pertama tadi, begitu terus menerus hingga menjadi tali (yang terbuat dari baju) yang panjang.

Dengan menggunakan baju-baju yang sudah Ia ikat menjadi berbentuk tali tersebut, Ia segera keluar melalui jendela. Perlahan-lahan, dan sampai akhirnya ia tiba dibawah. Dinginnya malam tidak menganggu tekadnya untuk kabur dari istana.

Mengendap-endap sampai akhirnya Ia tiba di kandang kuda kerajaan. Ia segera menuju ke kandang paling terakhir, tempat kuda kesayangannya, Blade. Kuda kerajaan yang sangat tangguh dan tinggi. Berwarna putih bersih. Dan El sendiri yang merawat dan memandikannya.

"Hi Blade, maaf menganggu mu malam-malam, buddy." Ujar El sambil mengelus kepala Blade. Blade meringkik seakan-akan mengatakan "It's okay, El."

"I really need your help Blade." El segera membuka tali pengait Blade dan naik ke atas punggung Blade dengan tangkas. Baju gaunnya tidak menganggu nya sama sekali. Dengan sekali hentakan, Blade yang tangguh menembus dinginnya malam di Mandaelafia.

Kaki tangguh Blade berlari dengan kencang, menembus hutan terlarang yang ada dibelakang kastil. El tahu Ia tidak boleh kesana, tapi Ia berfikir tidak mungkin ada orang yang mau mengejarnya ke dalam hutan terlarang, mereka terlalu takut untuk melakukan itu.

Kira-kira 2 jam lamanya, setelah Blade letih berlari, Blade berhenti didepan sebuah sumur tua yang sudah agak berlumut. El tidak takut sama sekali berada didalam hutan terlarang. Karna menurutnya lebih baik Ia dimakan binatang buas disini daripada harus dijodohkan dengan orang yang tidak Ia cintai.

"Kau ingin minum, little boy?" Tanya Elena. Ia segera turun dari punggung Blade. Kaki nya yang telanjang mendekati sumur tersebut. Tepat disamping sumur itu, ada sebuah batu dengan tulisan ter-ukir rapih di atasnya,

"If It Really Was True Love, It Will Find A Way To Come Back"

Elena menaikkan satu alisnya, sangat aneh pikirnya. Tapi Ia mengabaikan tulisan itu dan segera melihat ke dalam sumur. Ia tersenyum saat melihat ada air didalamnnya.

"Wait a minute," Ia segera menurunkan ember yang entah darimana, ada disana. Saat ember terisi penuh, Ia menarik tali katrolnya agar ember terangkat ke atas. Melihat air yang sangat jernih dihadapannya, membuat Ia tergiur untuk mencoba.
Ia membentuk kedua telapak tangannya seperti mangkuk dan segera mengambil air yang ada didalam ember.

Air tersebut bersinar, saat terkena cahaya rembulan malam. Elena segera meneguk air yang nampaknya sangat menggiurkan tersebut. Tapi tiba-tiba...

Cahaya putih yang sangat terang mengelilinginya. Membuat nya susah untuk melihat. Tenggorokannya bagaikan padang gurun yang sangat kering, tidak bisa mengeluarkan suara untuk berteriak. Tubuhnya serasa seperti sehelai bulu burung sangat ringan, Ia merasa seperti terbang. Ia menutup matanya, tak kuasa melihat cahaya yang mengelilinginya.

Tak lebih dari 10 detik, cahaya itu mulai memudar, membuat Elena membuka matanya perlahan. Namun betapa terkejutnya Ia saat mendapati dirinya tidak lagi berada didalam hutan terlarang, melainkan dikelilingi gedung-gedung yang menjulang tinggi ke langit, bukan itu saja yang membuat El semakin bingung, ketika ia memfokuskan pandangannya, ia baru menyadari seorang laki-laki tampan berambut keriting tengah berdiri dihadapannya dengan ekspresi wajah yang sama-sama terkejut setengah mati.

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Please comment and vote! I'll update as fast as i can.
Love,

xxx

The Lost Princess ( Harry Styles FanFiction )Where stories live. Discover now