"Aku pulang ahk!! mereka pasti sudah tidur" Gumam Jisoo sendiri memasuki rumah dengan lampu yang redup pada pukul 2 pagi, setelah semua urusannya selesai.
"Aaaa!! Ahjussi sedang apa disitu kau mengejutkanku" Teriak Jisoo, bagaimana tidak saat menyalakan lampu ruang tengah Haein duduk diam dengan pakaiannya yang serba hitam.
"Aku menunggumu bukankah tak baik anak gadis pukul segini belum pulang dan lagi tadi kau bilang ingin berbicara mengenai kita di gang se..." Jawab Haein terpotong lagi-lagi mulutnya dibungkam oleh Jisoo dan menariknya keluar rumah.
"Ahjussi apa kau sudah gila?? Bisa-bisanya membahasnya dirumah bagaimana kalau appa dan Junkyu mendengarnya?? Dan lagi jangan pernah membahasnya lagi apalagi jika dirumah" Kata Jisoo pada Haein yang menatap Jisoo yang mengomel tanpa henti.
"Kenapa?? apa itu first kis..." Kata Haein terpotong dia sekarang sudah tersungkur di tanah, siapa lagi kalau bukan Jisoo yang membanting Haein secepat kilat.
"Huh tak sia-sia appa menyuruhku taekwondo dulu dan lagi ahjussi diamlah anda menganggu sekali" Ucap Jisoo pada Haein yang berusaha berdiri.
"Kenapa apakah benar??" Tanya Haein menggoda. "Diam!!" Teriak Jisoo memukul lengan Haein.
"Ratuku kau kasar sekali tidak seperti dirimu yang dulu" Kata Haein dibalas tatapan tajam Jisoo.
"Aku bukan ratumu, ahjussi cepatlah pergi besok jangan kembali" Ucap Jisoo meninggalkan Haein tapi ditarik oleh Haein dan berakhirlah mereka berpelukan.
"Diamlah biarkan seperti ini untuk sementara, kau memang bukan ratuku tapi aku yakin itu pasti dirimu. Biarkanlah aku tinggal disini aku ingin melindungimu dan keluargamu aku tak ingin kalian pergi lagi" Kata Haein memeluk erat Jisoo.
"Ahjussi lepaskan aku nanti appa dan Junkyu bangun" Brontak Jisoo tapi ini berhenti saat merasakan tetesan air di bahunya.
"Ahjussi kau menangis??" Tanya Jisoo dengan nada yang melembut.
"Maafkan aku, kumohon aku tak ingin kita terpisah lagi aku hanya ingin bersamamu" Jawab Haein menyenderkan kepalanya pada bahu Jisoo.
"Aih, berhentilah menangis. Lelaki lemah sekali" Ucap Jisoo menepuk pelan punggung Haein menenangkan.
***
"Noona!!" Teriak Junkyu dari meja makan dekat kamar Jisoo.
"Junkyu jangan teriak ini masih pagi. Kau tampan bangunkan Jisoo, dia memang susah sekali bangun. Kalau belum bangun siram saja dengan air" Kata Ayah Jisoo pada Haein yang tengah memandang Junkyu duduk menikmati sarapannya.
"Jisoo, bangunlah sekarang sudah pukul 7 pagi" Kata Haein membangunkan Jisoo pelan dengan berjongkok disebelah kasur Jisoo.
"Jis..akh!!" Teriak Haein cukup keras saat tangan Jisoo mengenai dadanya.
"Noona!!" Teriak Junkyu memasuki kamar Jisoo saat mendengar teriakan Haein.
"Ahjussi sedang apa?? Kau apakan noona, pergilah aku selalu gelisah jika noona didekat ahjussi, cepat pergi!!" Lanjut Junkyu berlari memasuki kamar.
"Jun..akh..sakiht.." Rintih Haein kesakitan, wajahnya memucat sangat dari dadanya keluar cairan hitam pekat hingga menetes ke lantai.
"Kenapa ribu.. ahjussi kau berdarah" Ucap Jisoo segera saat ia terbangun dan melihat Haein yang menjongkok dengan wajah pucat.
"Kim Junkyu!! Kenapa? Kau apakan ahjusii lihat dia berdarah" Lanjut Jisoo turun dari kasur dan menolong Haein untuk berdiri dan duduk di kasurnya.
"Aku?!? Noona aku tak melakukan apa-apa. Ahjussi tadi masuk dan aku mendengar teriakan, mungkin ahjussi akan melakukan sesuatu pada noona"Jawab Junkyu dengan wajah yang sudah terbawa emosi.
"Kim Junkyu?!? Jaga ucapanmu" Kata Jisoo. "Terserah!!"Saut Junkyu dan keluar.
"Ahjusii kau tak apa?? Apakah sakit sekali?? Aigo anak itu memang harus diberi pelajaran" Cerca Jisoo.
"Jisoo-ssi, ini bukan salah Junkyu. Akh ini sakit sekalhi, kenapa tiba-tiba keluar banhak darah" Kata Haein sembari memegangi dadanya yang terus mengalirkan darah.
"Berhentilah berbicara, darahnya terus keluar" Ucap Jisoo hendak membuka kancing baju Haein untuk mengobati lukanya.
"Akh,jankh jangan disentkhu" Kata Haein menahan tangan Jisoo yang hendak mengobatinya.
Haein POV
Hari pertama aku hidup bersama keluarga kecil ini. Aku sangat bahagia meski kesedihan selalu menghantuiku. Setidaknya aku dapat hidup bersama mereka. Pagi ini aku membangunkan Jisoo, tapi tiba-tiba, saat tangannya tak sengaja menyentuh dadaku lebih tepatnya lubang hitamku yang tertutup baju. Rasa sesak menjalar seketika, aku tak bisa bernafas "apakah aku akan berakhir seperti ini, bahkan belum sempat hidup bersama lagi dengan ratuku??" Aku segera memikirkan itu saat darah mulai mengalir begitu saja.
Sakit sangat sekali sakitnya, apakah seperti ini sakitnya Ratuku saat ia menusuk dadanya sendiri. Seharusnya aku menahannya saat itu, mengajaknya berlari dan berteduh agar,kita tetap hidup bahagia.
"Ratuku maafkan aku" Batinku yang kemudian semua berubah gelap seketika. Aku pingsan ya aku pasti pingsan, tapi kenapa aku masih merasakan diriku yang sadar. Setelah kubuka mataku aku kembali ke ruangan putih yang terdapat bercakan darah dimana-mana.
"Ratu" Lirihku ketika melihat seorang dengan jubah kerajaan berdiri jauh didepanku. Aku berusaha berlari tapi kenapa tubuhku tak dapat bergerak.
"Ratuku tolong aku, maafkan aku. Kumohon" Teriakku melihatnya yang berjalan semakin mendekat dan tiba-tiba berada tepat didepanku.
"Tolong?? meminta tolonglah pada dirimu sendiri yang angkuh itu" Ucapnya yang kini memegang sebuah pedang tajam ditangan kirinya.
"Tidak, aku maafkan aku. Kumohon aku mengakui segalanya" Kataku memegangi kakinya yang berdiri dengan wajah yang marah.
"Maaf tidak akan cukup, kau telah membunuhku, ayahku dan bahkan anakmu sendiri. Kau benar-benar seorang yang penuh dosa" Ucapnya yang dengan cepat menusukkan pedang pada dirinya sendiri dan tersungkur tepat didepanku yang masih terduduk tak bisa bergerak.
"RATUU!!!" Teriakku, lagi dia selalu saja muncul dimimpiku, dengan ucapan yang sama dan pedang yang sama, adegan yang sama pula. Marah, sedih, kesal, tak bisa lagi aku berkata. Hanya linangan air mata dan penyesalan tiap kali melihatnya yang berakhir didepanku yang tak bisa berbuat apa-apa.
◇◇◇
Terima kasih sudah membaca ♡. Jangan lupa vote dan semoga kalian menyukai ceritanya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
eternal
FantasyEternal menceritakan kisah sang ratu yang mengutuk rajanya untuk hidup abadi karena,telah menelantarkan dan mencurigai keluarga ratu dan ratumya sendiri. Sang raja hidup beribu tahun untuk menemui sang ratu yang telah hidup kembali dengan nama,jiwa...