CHAPTER III - Don't Listen in Secret

1K 193 365
                                    

Chapt 3~

*****

Gue parkirin mobil gue Honda HR-V SE CVT di parkiran pinggir jalan, soalnya masuk ke warung got itu kudu lewat jalan sempit, gue gak mau dong mobil gue lecet soalnya cicilannya baru gue lunasi tiga bulan lalu. Jadi gue lebih memilih jalan kaki masuk ke warkop tongkrongan kita itu.

Gue liat Wonu dan si Jun orang yang nelpon gue tadi udah makan bakso granat lengkap dengan telur setengah mateng kesukaannya. Gak usah heran dengan perpaduan menu Jun yang aneh, gue juga bingung kenapa bakso di kombinasi dengan telur setengah matang tapi faktanya itu adalah makanan favoritnya Jun.

"Huh.. Haa..Huu.. Haa." mulutnya membentuk huruf U dan A bergantian dengan wajah kemerahan mirip buibu mau partus.

"Santai makannya, jir." Wonu menyodorkan mineral pada Jun yang langsung diteguknya habis.

"Ahhh... gue baru ngerti sekarang kenapa namanya bakso granat." Dia mengecap sejenak, "Karena pas sampe mulut berasa mau meledak tau gak lo?"

"Bukan baksonya yang pedas, porsi sambelnya yang mirip gunung meletus lo adukin tadi."

"Ya kan sesuai konsep menunya, harus pedaslah."

"Dahlah diem, lanjutin makan lo."

Gue ngakak doang mendengar perdebatan mereka, masih memperhatikan Jun yang melanjutkan makannya tiada jera. Dia makan lahap amat heran, padahal aroma sekitar tidak memungkinkan untuk selera makan. Sekarang bau got-nya udah agak gurih, soalnya jarang hujan sehingga pembuangan limbah rumah tangga ke got-got pinggir jalan gak bisa dibawa pergi menuju sungai terdekat.

"Wuzi mana?" tanya Wonu, karna yang mereka tau gue dan Wuzi masih ada jam praktek tadi.

"Tuh nongol, panjang umur dia." sahut gue sambil mencomot kuaci yang tergantung di stand warung.

"Woy, Zi, dateng-dateng udah kentut aja lo, setan." tuduh gue pada lelaki yang baru saja memarkirkan motor maticnya. Dia mengendus bau di sekitaran Warkop, kemudian tertawa saat sadar bahwa bau tidak sedap ini berasal dari basecamp no quality-nya Manjiw Squad.

"Sialan lo." jawabnya gak terima karena dituduh membawa aroma tidak sedap disekitar.

"Basecamp kita kok jadi bau surga gini sih?" Ujar gue yang buat mereka makin terkekeh, sampe ibu pemilik warung juga ngakak dari dalam stand-nya,

"Kalo surga baunya kayak gini mah, mending gua ke neraka supaya bisa cium bau daging panggang."

Perkataan Jun barusan berhasil membuat ringisan ngeri tergambar di wajah orang-orang, "Emang ada yang salah dari ucapan gue? Setau gue di neraka manusia pada dibakar, pasti baunya kayak daging panggang dong kan?" Sambungnya kalem pengen gue jitak.

"Gue sih mending luntang-lantung." Wuzi yang biasanya jarang menimpal tiba-tiba angkat bicara, "Masuk surga enggan, neraka juga ogah."

"Kata ustad gue, yang luntang-lantung kayak gitu tuh adalah manusia yang selama hidup di dunianya gak punya akal, alias gila." Gue gak ngerti banyak soal agama, gue juga gak tau apakah yang di ucapkan Wonu bercanda atau enggak, yang gue tau cuma; ketawa. Muka Wuzi mendadak asem, jelas banget dia gak terima dikata-katain sama Wonu.

"Sok banget lo semua ngomongin surga sama neraka, idup aja belom pada bener."

Pada akhirnya kita juga pesan makanan karna pengaruh bacot Jun. Wuzi dan Wonu masih dengan menu andalan mereka bakso, sedangkan menu andalan gue adalah indomie rebus.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DE JIVA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang