Mesin besi ini terus melaju ke tempat tujuan. Nara duduk terdiam di kursi sambil memandangi banyak nya sawah yang ia lewati dari jendela di samping nya.
"Nara mau makan apa?" Tanya Aryo, Bapak Nara.
Nara menggelengkan kepala sebagai jawaban.
Aryo tersenyum simpul dan menghembuskan nafas nya perlahan.
"Nduk, Sekarang kamu harus tinggal sama bapak. Ibu mu yang di jogja juga adalah ibumu, jadi anak yang nurut ya Nara."
Nara mengambil headphone lalu memutar lagu kesukaannya.
Bukannya Nara ingin bersikap tak sopan pada bapak nya, namun bagi Nara ini adalah hal yang belum bisa Nara terima.
Nara merasa dunia tak adil padanya.
Air mata jatuh, segera Nara usap kedua mata nya. Nara mencoba untuk tidak menangis di hadapan bapak.
Lagu di headphone Nara terus berputar hingga tak terasa kereta yang ia dan bapak naiki sudah sampai di tujuan.
Ramai, itulah hal pertama yang Nara bisa lihat dan rasakan.
"Ayo Nara" Ajak Aryo
Kaki nya melangkah mengikuti bapak yang menuju ke area parkir.
Sekarang di hadapannya terdapat satu mobil berwarna silver.
"Nara ayo masuk"
Anggukan kecil di berikan Nara. Nara naik dan duduk di sebelah bapak, ini adalah hal yang tak pernah Nara rasakan bahkan ini adalah hal yang tak pernah Nara inginkan.
Sepanjang perjalanan tak ada obrolan, Nara sibuk dengan hp nya dan bapak yang fokus pada jalanan.
Rasa kantuk yang Nara rasakan semakin tak tertahankan, akhirnya Nara memilih untuk tidur selama perjalanan.
*Nduk = Panggilan sayang untuk anak perempuan. Panggilan ini biasa di gunakan oleh orang tua jawa pada anak perempuannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Naraya
Teen FictionSabiru Naraya, Nara panggilannya. Nara hanya seorang gadis SMA biasa, gadis yang setiap senin sampai jumat harus bangun pagi, pergi sekolah dan pulang sampai sore. Tak ada hal yang spesial dan menarik dari Nara kecuali kisah hidup nya. Pradana Malik...