Pilih siapa?

1 0 0
                                    

"Usir dia dari rumah ini! Saya gk sudi punya cucu seperti dia! Dia yang buat anak saya jadi sakit!"

"Bu, saya mohon tenang. Jangan asal bicara."

'oh Tuhan, apa lagi ini?' Nara membatin.

Langkah nya semakin dekat masuk ke rumah.Nafasnya tercekat melihat pecahan kaca tersebar di segala sisi.

Tangan nya di cekal kuat dan tubuh nya di dorong ke lantai.

"asshh" Nara meringis merasakan perih di kaki serta perut nya.

Aryo yang melihat kejadian itu hanya diam.

"Dasar anak tidak tahu malu, Jam segini baru pulang? kamu sekolah atau jual diri?!"

Nara diam. Hati nya sakit mendengar kalimat itu keluar dari mulut Maya. Maya adalah ibu mertua dari Aryo, ibu dari istri kedua nya.

"Bu, tolong jangan bicara seperti itu pada Nara. Nara tidak tahu apa-apa" Ucap Aryo.

"Diam kamu aryo! Kamu jangan terlalu memanjakan Nara. Kamu harus nya lebih perhatikan istri dan juga Ria, anak mu." Ucap Maya tak mau kalah.

"Bu, Nara juga anak saya. Cucu ibu"

Nara muak, sungguh. Badannya bahkan jiwa nya belum sembuh dari rasa kehilangan, namun ia harus merasakan hal ini juga? wow, dunia memang suka bercanda ya?

Nara mencoba berdiri dan menatap Maya tak suka.

"Dasar anak tidak sopan! Tundukan kepala mu! Saya tidak suka melihat mata mu, mata mu sama ibu mu si jal-hmpp" Kalimat dari mulut Maya sontak berhenti ketika Nara mencekiknya.

"Lo boleh ngatain gue apapun, tapi lo gk ada hak buat ngatain ibu gue!" Ucap Nara dengan Nada membentak.

"Lemphhss..."

Nara melepaskan tangan nya dari leher Maya, seketika Maya jatuh ke lantai.

"uhuk...uhuk..Dasar anak tidak tahu diri!"

Nara menatap Maya dengan tatapan kebencian.

"Gue gk tahu diri? Coba lihat anak sama cucu yang lo banggain, lihat mana yang lebih gk tahu diri, Gue atau anak dan cucu kesayangan lo?!"

"Nara! Tidak sopan ya kamu! masuk ke kamar kamu sekarang!" Ucap Aryo membentak.

Nara lelah untuk semakin berdebat dengan Maya ataupun Aryo, Nara memilih untuk berjalan masuk ke kamar nya. Nara melupakan rasa sakit pada kaki dan juga perut nya, hati nya lebih sakit.

-

-

-

-

Nara membuka pintu kamar dan menguci nya. Nara menjatuhkan diri nya di depan pintu dan menumpahkan rasa sakit nya dengan menangis.

Kehidupannya telah hilang. Rasa sepi mulai menyelimuti kehidupannya. Warna hidup nya sudah tak ada lagi. Kekuatannya hilang. Kenangan nya selalu ada di benak Nara.

Kehidupannya kacau tak tau arah, Nara gadis berusia 16 tahun ini harus menerima kenyataan pahit untuk hidup nya. Kehidupannya bukan lagi kehidupan yang tenang dan menyenangkan.

Aryo, Nara hanya punya bapaknya namun kenapa Aryo tidak melindungi nya atau membelanya? Aryo malah melakukan hal yang sebaliknya, Aryo membentak bahkan hanya diam saja ketika Nara kesakitan.

"Buk, Nara harus kemana? disini gk ada yang bisa ngelindungin Nara, mereka nyakitin fisik dan juga mental Nara...hikss...hikss...Nara mau ikut ibuk"

Ucap Nara sesenggukan.Setelah mengatakan itu Nara merasakan mata nya memberat, beberapa detik kemudian Nara terlelap bersama mimpi nya. Lantai dingin di kamar menjadi alas nya untuk menumpahkan segala lelah nya.

NarayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang