Chapter 11

31 7 27
                                    

Chapter 11

***

Sebelum baca, siapkan hati dulu. Wkwk


***

♡♡♡ Happy Reading ♡♡♡

***



"Ck, lo jadi laki-laki jangan lemah cuma karena luka kecil doang," kesal Ken.

Mataku berkaca-kaca mendengar ucapan Ken, yang seperti Ibu ketika memarahinya.

'Aku juga gak mau jadi laki-laki seperti ini. Meskipun tubuhku laki-laki tapi jiwaku ini masih perempuan, perempuan lemah, tidak seperti Vay yang terlahir kuat.'

Ken menarik lenganku, memaksa untuk duduk. Aku hanya bisa terisak-isak kesakitan.

"Sa-sakit, Ken—" ucapku dengan suara serak.

"Ck, kan sudah gue bilang lo langsung pulang. Lo gak dengerin ucapan gue, jadi begini 'kan?" ucap Ken kesal.

Ken melepas satu persatu kancing bajuku dan memeriksa mungkin saja ada luka parah di sana. Ken mengernyit heran, ketika tak menemukan luka di sana, tapi wajahku menunjukkan kesakitan yang serius.

Ken mengamati tubuh kecil dan kurusku lalu mengambil handuk basah dan membersihkan tubuhku yang kotor karena debu. Ken memutar tubuhku dan terkejut melihat punggungku yang sangat merah dan ada sebuah tanda di sana. Awalnya Ken mengira itu sebuah tato. Namun, ketika diamati lebih jelas tanda itu bukan sebuah tato.

"Tanda apa yang ada di punggung lo?" tanya Ken.

Aku menggeleng tidak tau, karena aku memang tidak tau itu. Ibu tidak pernah mengatakan tanda apa itu dan menyuruhku untuk menyembunyikannya dari siapapun.

Aku cukup terkejut saat tangan Ken menyentuh tanda itu, lalu mengusapnya penasaran, mungkin dia pikir tanda di punggung ku ini timbul. Rasa sakit di punggungku berangsur-angsur memudar saat Ken menyentuhnya. Nafasku mulai membaik.
Ken yang menyadari bahwa keadaanku mulai membaik, mulai membasuh punggungku dengan handuk basah.

Cklek

Suara pintu terbuka sedikit menyadarkanku. Vay baru selesai keluar dari kamar mandi, dia menatapku bergantian dengan Ken.

"Ken, pinjam baju lo, dong. Seragam gue kotor banget nih," ucap Vay.

Ken meletakkan handuk basah itu ke baskom, lalu beranjak menuju kamarnya.

"Lo sudah baikan?" tanya Vay menatapku lekat.

Aku mengangguk malu.

"Hah, syukurlah," ucap Vay senang.

Aku menatap pergerakan Vay yang sedang membuka kotak obat, lalu mengeluarkan obat luka. Vay meletakkan obat itu ke kapas dan menaruhnya hati-hati di wajah. Tangan lainnya ikut serta memegang cermin kecil.

Aku ikutan meringis, saat melihat Vay meringis merasakan perih.

"Terima kasih," ucapku tiba-tiba.

Vay meletakkan kapas, lalu tersenyum, "Hm ... santai saja, yang penting lo baik-baik saja 'kan?"

Aku mengangguk sembari menunduk malu.

Aku mengalih pandang, saat Ken datang dengan tangan membawa dua pasang baju. Satu dia berikan kepada Vay dan satu lagi untukku. Ken tampak sudah mengganti seragamnya dengan kaos biasa, bisa ku lihat perubahan saat dia datang. Ken duduk di samping ku. Sementara Vay bangkit dari sofa menuju kamar Ken, untuk mengganti pakaian.

Pretty Cursed Soul { END√}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang