bab 8

8 0 0
                                    

di bawah pohon yang rimbun nampak nana sedang duduk di bangku yang berada di bawah pohon itu sambil melihat kosong kearah depannya, tenggelam dengan memori yang sudah coba ia lupakan beberpa tahun ini, namun tiba tiba lamunan itu buyar saat merasakan tepukan di bahu kanannya, nana menoleh dan mendapati dewa yang tersenyum lebar sebelum akhirnya duduk di sebelahnya, tepat di lahan kursi yang masih kosong

"kamu lagi ga mikir macem-macem kan na?" terlihat gurat khawatir di wajah dewa karna nampak guratan cemas di muka nana yang membuat nana tersenyum tipis

"aku ketemu kak bian beberapa hari lalu wa" nana nampak memperlihatkan kesedihan dalam perkataanya

"sama om galih dan tante rena?" nana menggelengkan kepalanya yang mebuat dewa menghela nafas lega

"kak bian sudah sehat wa, dia udah mulai berisi dan keliatan gagah" 

"aku seneng ketemu kak bian tapi juga takut, kalo papa galih atau mama rena tau aku ketemu kak bian" 

"mereka pasti ga seneng liat aku masi hidup dan ketemu kak bian" nana tersenyum tipis dan mencoba menahan segala gejolak emosi yang ingin di luapkan. dewa menggenggam tangan nana erat mencoba menyalurkan kekuatannya untuk teman masa kecilnya ini

"shhh, jangan bilang gitu na, aku ga mau karna ini kamu kembali terjebak di masa- masa itu, udah dua tahun na dan kamu berhasil buat ada di sini" dewa mengelus punggung tangan nana yang ia genggam erat dengan pelan

"mau ketempat biasa? udah lama kita ga ke sana" nana memandang dewa terlihat tertarik dengan ajakan dewa, belum membalas nana langsung ditarik oleh dewa dan membawanya ke sebuah taman bermain, mencoba berbagai macam permainan yang cukup memacu adrenalin dan membuat nana dapat mengeluarkan semua yang ia pendam, senyuman lebar mulai tercetak di wajahnya, dewa yang melihat senyuman nana mulai kembali ikut tersenyum, ia hanya ingin teman masa kecilnya ini bisa berbahagia. bertahun-tahun bersama nana membuat  dewa hanya ingin melihat senyuman yang menghias di wajah nana dan bukan tatapan sedih maupun tangisnya. 

setelah mencoba berbagai mainan saat ini nana dan dewa sedang duduk di salah satu tempat makan di taman bermain itu, menikamti es krim cone dengan 2 tingkatan. senyum masih terpatri di wajah nana, senang karna kegiatan mereka hari ini

"makasi ya wa" nana memandang dewa dengan senyum lebarnya, tampa sadar cairan es krim di sudut bibirnya membuat dewa mengambil tisu dan membersihkan sisa es krim di sudut bbir nana

'anything for you na'

"udah lega?" nana mengangguk antusias membuat dewa tersenyum atas jawaban nana

"baguslah, aku ga mau vokalis kita gamau rekaman karna sedang sedih" dewa memasang wajah mengejeknya membuat nana mengerutkan wajahnya kesal

"oh jadi ga ikhlas nemenin aku?" kesal nana yang membuat dewa menaikkan satu alisnya

"siapa bilang?" 

"itu tadi bilang biar aku mau rekaman makanya di temenin"

"kan ga ada aku bilang ga ikhlas" jawaban dewa membuat menghela nafasnya, malas berdebat dengan dewa

"next time, cerita aja na, jangan diem aja"

"kamu itu kebiasaan di pendem" lanjut dewa, nana hanya tersenyum tipis

"kemarin aku bareng arbi waktu ketemu kak bian" nana memandang kosong es krim yang berada di genggamannya

"wa, aku takut buat cerita ke arbi" dewa menghela nafasnya melihat nana kembali murung

"arbi nanya?" mendengar pertanyaan dewa, nana hanya menggeleng, setelah menyeret arbi untuk segera pulang tidak ada pertanyaan yang arbi lontarkan mengenai siapa lelaki yang membawanya tadi, seolah tidak ada hal yang terjadi saat di resort, membuat nana sedikit merasa bersalah dan berhutang penjelasan, namun ia masih belum berani menceritakannya

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang