bab 9

7 0 0
                                    


pagi ini terasa lebih hangat di bandingkan kemarin, ku gerakkan kepalaku ke kiri melihat lelaki yang sangat kusayangi masi tertidur lelap, ah.. setiap pagiku menjadi indah berkat kehadiran arbi di sisiku, ku kembangkan senyum di wajahku dan mengangkat tanganku menuju wajah nya yang masih damai, ku elus pipinya pelan. 

aku selalu bersyukur tuhan mengirimkan dirimu padaku

setelah cukup memandangi wajah damai dan tampannya, ku bangkit dari tempat tidur dan mengikat rambutku, kemudian pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan segera menuju dapur, pagi ini sepertinya aku hanya akan memasak telur orak arik, sosis dan roti panggang, malas sekali membuat masakan yang sedikit ribet di pagi ini. saat akan mengambil roti panggang yang sudah jadi, kurasakan sebuah tangan melingkar di pinggangku membuatku tersenyum dan segera menoleh kesamping dimana arbi meletakkan kepalanya di bahuku, segera kucium pipinya dan kembali mengambil roti yang akan ku letakkan di masing masing piring kami

"tumben masak simple" aku melihat ke arah arbi yang baru saja duduk di kursinya ketika ku letakkan piring di mejanya

"lagi males masak yang ribet, tadinya mau masak sup sama roti tapi ga jadi" arbi hanya mengaggukkan kepalanya yang kemudian menikmati sarapan paginya

"rekaman jam berapa nanti?" 

"jam 10, nanti dewa jemput aku ke sini" gerakan arbi berhenti dan menatapku sambil menaikkan satu alisnya

"dewa tau kamu disini?" aku hanya menganggukan kepalaku

"iya, aku cerita ke dewa" arbi mengerutkan dahinya nampak tak senang dengan apa yang baru saja ku katakan

"kenapa ar? aku ga boleh cerita kita tinggal bareng?"

"bukan gitu, tapi kenapa dewa?" aku tertawa kecil, lucu sekali dia, arbi cemburu karna aku cerita ke dewa ?

"well, dewa teman dekatku dari kecil, dan dia salah satu orang yang cukup tau dengan kehidupanku dan begitupun aku ke dewa, dia dah ku anggap seperti saudaraku" arbi masi terdiam mencerna apa yang baru saja di sampaikan

"oh, iya, beberapa hari lalu dewa ngajak aku main ke taman bermain, karna dah lama ga ngeluarin pent up , trus sekalian aku cerita juga tentang kita tinggal bareng" arbi menghela nafasnya

"aku nunggu di lobi kok ar, ga sampe ke sini" arbi mengelap ujung bibirnya, membersihkan sisa remahan roti yang tersisa

"maaf, jangan marah ar"ku menatap arbi dengan tatapan memohon dan mengelus punggung tangannya namun  arbi bangkit dari kursinya dan berjalan ke belakangku kemudian menundukkan tubuhnya dan mencium pipiku

"aku gamarah kok na, its okay"

"kalo dah selesai taruh di tempat cuci piring ya, biar nanti ku cuci setelah siap siap" arbi melenggang pergi menuju kamar, sedangkan aku masi terdiam, 

apakah aku salah ya kalo cerita ke dewa, tapi aku kan cuma cerita kita yang tinggal bareng dan mengenai kebimbanganku untuk mengatakan yang sebenarnya ke arbi

ku menghela nafasku dan kembali malanjutkan makanku

sepertinya aku memang harus menyimpannya sendiri, aku gamau lihat ekspresi arbi yang tidak menyenangkan seperti tadi

----

pintu kamar terbuka saat aku baru saja selesai mencuci piring, arbi sudah rapi dengan kemeja biru mudanya dan celana bahan krem nya, aku tersenyum

"kok dah di bersihin" tanyanya

"kamu kan dah rapi gitu masa masi mau beberes di dapur, ntar kotor lagi" ku mendekat dan mengelus telapak tangannya

LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang