SATU 🏡

389 22 0
                                    

Jam baru saja menunjukkan pukul tujuh pagi namun polusi suara sudah terdengar dari beberapa ruangan di dalam sebuah rumah mewah yang berada di ujung jalan.

Satu satunya wanita yang berada disana memijit dahinya pelan disela sela kegiatan nya mengolah bahan makanan, tampak sedikit frustasi menghadapi teriakan anak bungsunya yang belum juga reda.

"Miiii!!!"

"IYA YUJIN TUNGGU SEBENTAR MAMI CARIKAN." tandasnya, lalu dengan gerakan cepat mematikan kompor yang sejak tadi ia gunakan sebelum berlalu menuju lantai dua.

Terhitung sudah ketiga kalinya dalam sehari wanita itu memasuki ruangan bercat biru langit tersebut, pertama saat membangunkan si bungsu, kedua saat mencarikan dalaman putranya yang tiba tiba menghilang lalu sekarang ia kembali datang untuk mencarikan dasi si kecil yang di klaim juga hilang, entah mengapa semua barang barang anak bungsu nya ini tiba tiba lenyap begitu saja atau mungkin hanya pemilik nya saja yang tak tahu cara menyimpan barang.

"Kamu udah cari di lemari bawah?" Tanya nya sembari membuka lebar pintu lemari yang isinya tampak sudah berantakan.

"Udah mi tapi ngga ada." Jawab si bungsu yang tampak frustasi kini duduk di atas tempat tidur.

Selang beberapa menit sebelum kain panjang itu mendarat di pucuk kepala si bungsu, setelah sang ibu menaruhnya begitu saja di atas kepalanya lalu berjalan meninggalkan kamarnya.

"Makanya kalau nyari barang jangan pake emosi, itu lemarinya di beresin dulu dek, kemarin udah mami rapihin, jangan di berantakin lagi." pesan Selen sebelum benar benar menghilang dari balik pintu.

Yujin mengamati dasi biru di tangan nya, dengan dahi mengerut, ia yakin tak melihat benda tersebut di dalam lemarinya, kenapa sekarang tiba tiba muncul.

"Aneh banget lo, tadi gue cariin ngga ada giliran mami yang nyari ketemu, dasar carper." dumel si bungsu kepada selembar kain tak bernyawa itu.

Tak ingin berlama lama, bocah kelas dua SMP dengan tinggi menjulang itu segera bergegas, mengenakan atribut seolah nya sebelum melaksanakan titah sang ibu membereskan kekacauan yang ia buat pada lemari pakaiannya.

Sebelum kembali menuju dapur perempuan bergaun panjang itu menyempatkan diri untuk mengecek kondisi kamar putra sulung nya yang masih tertutup rapat.

Di ketuk nya pelan pintu tersebut sembari memanggil nama sang anak.

"Kak belum selesai juga?"

"Bentar mi lagi pake Pomade biar makin kece badai." Sahut si sulung dari dalam kamar, membuat ibunya mendengus pelan.

"Abis itu turun ya jangan lama lama udah jam tujuh loh."

"Siap Mi."

Setelah memastikan anak sulungnya tidak ketiduran lagi seperti beberapa hari lalu wanita itu pun kembali ke dapur, netra nya mendapati sang kepala keluarga tengah menggantikan tugasnya memindahkan beberapa hidangan yang telah ia buat ke atas meja makan, dengan pakaian rapi khas seragam kantor.

"Mas biar aku aja yang selesain, kamu duduk aja, nanti pakaian mu kotor." Ujarnya sembari mengambil alih pekerjaan nya membereskan kitchen set.

Jiwoong mendekat, berdiri menyamping menghadap istrinya sembari tersenyum tipis.

"Nggak papa, Yujin dari tadi rewel kamu pasti capek naik turun tangga." Ujar sang suami sembari mengusap pucuk kepala istrinya.

"Iya nggak tau deh kenapa anak kamu hari ini rewel banget." Wanita yang lebih senang di panggil mami oleh anak anak nya alih alih dengan sebutan mama itu tersenyum sabar, mengasuh anak selama belasan tahun membuat nya sudah akrab dengan hal hal seperti ini.

"Lagi males sekolah kayaknya kemarin ngeluh minta liburan terus ngajak ke Bandung."

"Hah masa? Terus kamu jawab apa mas?"

"Ya nggak bisa kan belum musim liburan."

"Yahhh."

"Kok jadi kamu yang kecewa? Mau liburan juga?" ujar si pria dengan tawa kecil.

"Iyaa kangen Bandung juga." jawab nya dengan raut wajah sendu. Bandung adalah salah satu Kota favorit nya.

"Sabar ya, nanti akhir tahun kita kesana." Ucapnya sembari mencuri satu kecupan di pipi istrinya lalu beranjak menuju kursi makan.

Selen yang masih saja tersipu setiap mendapat serangan tiba tiba dari suaminya hanya bisa mendegus kecil untuk menyamarkam kegugupan nya.

"Morning Pa." Keita datang dengan senyum cerahnya menyapa sekilas sang ayah di meja makan sebelum menghampiri sang ibu untuk melakukan rutinitas nya, memberi kecupan selamat pagi.

"Morning mi."

"Morning kak." Balas sang ibu dengan senyum teduh.

"Adek mu mana?" Tanya Selen begitu tak mendapati figur si kecil di sebelah kakaknya.

"Masih beresin lemari, bentar lagi turun katanya."

"ADEK TINGGALIN AJA KALAU MASIH LAMA NANTI MAMI BERESIN." teriak Selena memperingati anak bungsunya. Tak ingin si bungsu terlambat ke sekolah jika harus merapikan isi lemarinya.

"Udah selesai mi."  Si bungsu ternyata sudah selesai lebih dulu, bocah berumur 14 tahun itu menghampiri sang ibu, untuk meninggalkan kecupan selamat pagi seperti yang telah dilakukan kakak dan ayahnya.

Betapa beruntungnya kehidupan Selen bahkan matahari baru saja menampakkan sinarnya namun Selen sudah mendapatkan sapaan hangat dari ketiga pangeran nya.

"Wangi banget kak, parfum sebotol kamu pake semua?" Celetuk Jiwoong begitu mencium aroma tubuh anak bungsunya.

"Enggak lah pa, setengah doang kalau sebotol sayang duit, kan uang bulanan belum cair hehe." jawab Keita diikuti cengiran khasnya.

Mendengar kata uang bulanan Yujin seketika bersemangat.

"Mi adek juga mau uang bulanan."

"Nanti kalau udah SMA kalau sekarang adek belum bisa atur keuangan sendiri nanti uang nya malah di pake beli vidio game semua bareng Junghwan." jelas sang mami.

"Yahh masih lama mi."  Yujin seketika mendegus lesu.

"Udah ayo sarapan nanti kalian telat."

F4 ROYAL GARDEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang